Cegah hobi burung jadi “petaka”….

KETIK DI KOLOM BAWAH INI 👇🏿 SOLUSI MASALAH BURUNG YANG PINGIN ANDA CARI…

Berikut ini saya sampaikan sejumlah tips memelihara burung, khususnya untuk penghobi pemula, agar Anda tidak stres dan sangat terkungkung justru oleh hobi Anda yang satu ini:

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

1. Tidak membeli burung kicauan utama (bukan isian) yang masih bakalan (belum jadi):

Sebagaimana menjalankan sebuah hobi pada umumnya, hobi burung bisa membuat kecanduan. Kecanduan harus diantisipasi agar tidak membuat Anda terjerumus. Untuk menghindari hal itu, maka saya nasihatkan hendaknya Anda tidak memulai memelihara burung yang belum jadi (belum gacor, anakan, muda hutan dan sebagainya).

Burung yang belum gacor, selain membuat kita pusing mencari pola rawatan yang pas, memaster, membuat jinak dsb, juga menjadikan kita selalu “ngiler” dan terpesona oleh burung yang lebih bagus dari yang kita miliki. Karena burung Anda pada dasarnya burung bakalan, maka burung yang lebih bagus dari milik Anda jumlahnya banyak sekali dan sering sekali Anda jumpai. Hal itu membuat Anda selalu tertarik oleh burung lain yang Anda anggap lebih bagus dari milik Anda itu dan selalu “hunting” yang pada akhirnya menggerus kocek Anda. Bisa jadi Anda nambah momongan, bisa pula Anda melakukan tukar tambah (TT).

Tidak sampai di situ, ketika Anda melihat burung lain yang Anda lebih bagus lagi, maka Anda akan segera tertarik untuk membelinya atau melakukan lagi TT dan begitu seterusnya. Tanpa terasa, hanya untuk memiliki burung yang menurut Anda ideal, Anda sudah mengeluarkan uang yang relatif banyak.

Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...

Katakanlah kita beli MB muda hutan/bakalan dengan harga Rp. 500.000. Sebulan kemudian, ketika Anda melihat MB yang sudah ngeplong dan relatif jinak, Anda TT-kan dengan milik Anda dan Anda menambah Rp 300.000. Sebulan kemudian, Anda ketemu MB lain yang sudah gacor (tanpa isian khusus), Anda TT-kan dengan milik Anda dengan nambah Rp 400.000. Besok kapan lagi Anda ketemu dengan MB gacor dengan isian LB, CJ dsb, maka Anda TT-kan MB itu dengan milik Anda dan nambah Rp 500.000. Jadi berapa nilai MB terakhir yang Anda miliki? Minimal adalah 500.000 + 300.000 + 400.000 + 500.000 = Rp. 1.700.000. Ini belum termasuk ongkos pakan dan rawatan Anda untuk MB2 yang belum jadi yang pernah Anda miliki sebelumnya, ya katakanlah Rp 300.000. Maka total uang yang sudah Anda keluarkan adalah Rp. 2.000.000. Padahal, dengan jumlah uang yang sama, seharusnya kita sudah bisa membeli MB bagus (minimal bisa memilih2 burung di latberan) tanpa kehilangan tenaga dan mengalami stres panjang (karena sempat memelihara burung bakalan yang seringkali tidak membuat habby malah membuat jengkel).

Keuntungan membeli “burung jadi” dan bagus adalah Anda relatif jarang menemui burung yang kualitasnya berada di atas milik Anda. Hal ini selain meningkatkan kasih sayang Anda kepada momongan yang sudah Anda miliki, juga membuat Anda tidak selalu “ngiler” jika melihat burung lain, sebab Anda selalu berkata dalam hati, “Ah belum menang dengan punya saya, hehehe.”

2. Jangan sekali-sekali membeli burung isian bakalan

Kalau untuk burung kicauan utama saya menasihatkan “tidak membeli” bakalan, maka untuk burung isian saya katakan “jangan sekali-sekali” membeli bakalan. Mengapa? Sungguh melelahkan memelihara burung isian yang belum jadi. Kadang ketika burung isian ini jadi (minimal setelah dirawat 1 tahun), Anda tidak memiliki burung yang sedang sangat membutuhkan isian (dimaster). Juga waktu Anda untuk merawatnya, relatif lama dan karenanya sudah menyedot kocek yang banyak juga. Katakanlah Anda membeli CJ bakalan seharga Rp 60.000 kemudian Anda merawatnya sampai 1 tahun baru jadi. Maka harga perawatan dan pakannya mungkin sudah lebih dari Rp. 300.000. Maka harga burung isian Anda itu sudah Rp. 400.000. Belum lagi Anda sudah membuang waktu percuma selama 1 tahun.

Lagi pula perlu dicatat bahwa burung isian bakalan dan burung isian yang sudah gacor-cor, selisih harganya biasanya tidak terlalu besar. Misalnya bakalan Rp. 60.000, biasanya yang sudah gacor-cor cuma Rp. 150.000. Mengapa harus menyiksa diri selama 1 tahun sekadar untuk memiliki burung isian gacor dengan alasan Anda merasa sayang menambah uang (150.000-60.000) = Rp 90.000 untuk mendapatkannya? Maukah Anda saya gaji tiga kali lipat dari Rp 90.000 untuk merawat burung isian bakalan saya selama 1 tahun sementara Anda juga menanggung pakan dan segala tetek bengek perawatannya? Hehehe, pasti nggak mau dan Anda akan berkilah, “Ya beda dong… ini kan hobi…:” Aha, hobi kok bikin stres…. Memangnya bagaimana membuat hobi kicauan menjadikan hidup lebih hidup? Ya, teruskan dulu baca ini….

3.Lakukan strategi tukar tambah (TT) dalam mendapatkan burung baru.

Kalau Anda melihat burung yang lebih bagus ketimbang punya Anda, coba lakukan strategi TT untuk mendapatkannya.

Strategi ini selain lebih irit untuk keuangan, juga membuat Anda tidak kerepotan memelihara banyak burung. Sebab, sebagian besar pemula, tanpa mereka sadari telah “menumpuk” banyak burung di rumah tetapi secara umum tidak ada yang berkualitas. Ada seorang teman saya punya burung 15 ekor (5 kenari, 2 MB, 2 LB, 1 branjangan, 1 CI, 1 CJ, 2 BT, 1 kacer). Dari sekian burung itu, yang gacor cuma 1 kenari, 1 MB dan 1 BT. Lainnya, bakalan semua. Anda pasti bisa membayangkan betapa repotnya dia. Alih-alih bisa menikmati kicauan MB yang gacor, dia malah pusing memikirkan burung lain yang belum jadi dan entah kapan jadinya……….

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis... Dapatkan Aplikasi Omkicau untuk Android di Google Play Dapatkan Aplikasi Omkicau untuk iPhone di App Store

Jadi memang begitulah kecenderungannya bahwa pemula suka membeli burung bakalan, dan ketika tertarik burung lagi, dia cenderung tetap mempertahankan burung yang sudah dimilikinya. Mulai dari satu, dua, tiga dan seterusnya tanpa terasa sudah punya belasan burung. Celakanya…… semuanya masih bakalan.

Kerugian menumpuk burung bakalan:

  1. Repot berlebih
  2. Membuat Anda mengurangi banyak waktu untuk bersenang-senang dengan keluarga
  3. Menyedot keuangan keluarga
  4. Menambah frekuensi “berbohong” kepada isteri (banyak kan yang bilang membeli burung “hanya” Rp. 50.000 padahal Rp. 500.000, hehehehe…).
  5. Menyita ruangan di rumah Anda. Ini sangat tidak menguntungkan bagi penghobi yang rumahnya relatif kecil. Selain membuat kita merasa rumah semakin lama semakin sesak saja, kicauan pun tidak bisa mengembangkan potensi kicauannya secara maksimal.

MENUMPUK BURUNG BAKALAN ADALAH KECENDERUNGAN UTAMA YANG TIDAK DISADARI PARA PEMULA. HAL ITU MENYEBABKAN HOBI BUKAN MEMBUAT HAPPY, JUSTRU MEMBUAT SENGSARA.

Barangkali pemula bisa berkilah “Ah enggak… ini kan hobi.. Ya happy-happy saja”. Mungkin memang demikian kalau hanya berjalan sebulan-dua bulan. Lebuh dari itu?………Mana tahan…..

Lebih dari itu, kita harus menyadari bahwa hobi burung, baik langsung maupun tidak langsung, adalah merusak alam. Karena itu, kurangilah “konsumsi burung” kita. Saya juga berseru dengan penuh pengharapan, mulailah kita memelihara burung-burung hasil tangkaran agar para penangkar semakin bersemangat, selain juga meminimalisasi konsumsi kita atas burung-burung tangkapan hutan.

4.Jangan memaksakan agar semua anggota keluarga juga menyukai hobi Anda

Siapapun Anda, jangan memaksakan agar semua anggota keluarga “memaklumi” hobi Anda dan minta toleransi hanya karena Anda repot mengurus burung. Alih-alih membuat anggota keluarga menyenangi burung, mereka justru membenci burung-burung Anda. Masih untung kalau setiap Anda pulang rumah, burung masih ada di sangkar…. dalam kondisi segar bugar… Kalau pintu sudah membuka, atau burung sudah menggelepar karena iseng diberi premen karet…. hayo…

Berkaitan dengan keperluan “membuat keluarga juga suka burung” itulah Anda cukup punya satu-dua-tiga burung yang benar-benar gacor-ceriwis. Dengan burung yang gacor dan ceriwis, Anda cukup waktu untuk keluarga dan si gacor-ceriwis bisa membuat orang serumah jatuh cinta.

Memiliki hanya 1-2 burung bagus, juga bisa menjadi sarana Anda berekreasi dengan keluarga ke arena lomba tanpa terbebani pikiran bagaimana merawat burung yang ada di rumah karena memang tidak ada burung lain selain yang Anda bawa ke arena lomba.

Hal ini juga tidak merepotkan ketika datang musim liburan panjang. Karena hanya punya 1-2 burung yang bagus, Anda tidak perlu repot menitipkan ke tetangga, kawan, atau kios burung ketika berlibur panjang. Ya bawa saja sekalian burung-burung Anda untuk ikut liburan ke kampung halaman dan sebagainya. (Ini pernah terjadi dengan kawan saya yang punya kacer dan berlibur selama 1 minggu di Bali dan kebetulan membawa mobil sendiri. Ya… kacernya ikut deh terbang berlibur ke Bali).

Demikian sekelumit nasihat dari saya, semoga bisa menjadi bahan renungan agar hobi burung tidak justru menjadi beban bagi Anda atau minimal tidak menjadi beban keluarga….

Untuk Anda yang sudah telanjur punya banyak momongan, apalagi berkualitas “biasa-biasa” saja, segera saja “lipat” semuanya. Ganti dengan 1-2 burung yang gacor-ceriwis-berkualitas. Saya jamin Anda akan merasakan “kelegaan” hidup yang lebih banyak ketimbang hari-hari sebelumnya serta membuat Anda dan keluarga lebih bergairah. Yakinlah……

Salam,

Om Kicau

tulisan ini juga saya kirim untuk www.kicaumania.or.id

Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.

BURUNG SEHAT BERANAK PINAK… CARANYA? PASTIKAN BIRD MINERAL DAN BIRD MATURE JADI PENDAMPING MEREKA.

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.

6 Comments

  1. Om “Kicau” Duto, memang idealnya sih kalo piara burung adalah burung yang sudah jadi tapi kita kan semua tau ngga semua penghoby burung punya uang yg berlebih (maaf ya), jadi banyak juga penghoby yg pengen piara burung contohnya MB, dengan semangat rawat, do’a dan biaya seminimal mungkin penghoby tsb akhirnya membeli seekor MB muda hutan yg belum kedenger suaranya (tentu dengan harga murah) dengan harapan pada suatu saat nanti murai batu hasil rawatannya bisa bunyi seperti apa yg dia obsesikan selama ini…….saya rasa ini wajar saja karena memang kemampuan financial dari penghoby tsb baru sampai disitu…maklumlah om harga burung sekarang kan mahal-mahal harga burung bakalan sekarang sama dengan harga burung jadi pada 12 tahun silam…..(om pasti lebih tau deh)….nah yang saya harapkan sekarang om menulis artikel dengan judul ” seberapa besar nantinya peluang murai batu bakalan untuk bisa benar-benar siap diturunkan di arena lomba ” nah dengan pengalaman om kicau yang segudang tentu om bisa memberi sedikit gambaran type dan ciri murai bakalan yang bisa diharapkan (bukan yang asal bunyi saja om) dan bisa berlaga di arena lomba kicau burung…..saya tunggu tanggapannya ya om…..trims…salam.

  2. nasihatnya betul2 ces pleng, kayaknya hasil pengamatan yang cukup lama pada tingkah polah para pemula kicau mania yang menyedihkan sekaligus menggelikan

  3. klo orang berpikiran seperti itu semu terus siapa om yang ngurus burung dari kecil sampe jadi.justru kata saya sih itu seninya pelihara burung.justru klo jd juara ada kepuasan batin yang tidak terbilang harganya.trus tidak membutuhkan biaya yang besar lagi.klopun kita punya biaya yang banyak dan terus pengen yang juara ya kita beli aja yang juara I semua pasti menang terus om.kayanya ga ada kepuasan deh.

    • @ Om johan arifin: Yang piara bakalan tentunya biar yang sudah berpengalaman saja sehingga burung “selamat sampai tujuan” hehehe. Just joke… Ya memang itulah seninya piara burung…tetapi kalau lebih banyak stress bagaimana hayo…. Itu sekadar sharing pengalaman selama ini Om.

  4. huahuahua … jujur aja om, setiap kali ada bonusan dari kantor saya gak pernah bohong sama istri. selalu saya kasih semua (paling kalo ngentit ya cuma sedikit buat uang rokok) …
    begitu kena urusan burung, udah deh jadi nambah “dosa” … gak ada jujurnya sama istri … (hehehe i love you full istriku) … setiap kali diomelin senjata andalan saya cuma bilang “pilih mana suami dirumah pelihara burung, dari pada di luaran beli “makanan burung” … cep sirep langsung mingkem gak bersuara … hahahaha … secara khusus saya acungi jempol untuk point 4, begitu burung TL saya bunyi isian macem2, langsung istri saya ikut seneng … “lho itu burungnya mas ya, kok bisa bunyi macem2 ?” … ehem … ehem …

  5. selain ahli per”manuk”an om Duto ternyata juga ahli psikologi juga :)…hehehe…btw gmn caranya “nglipat” burung2 bakalan kita om? dilepas sayang ntar ditembak senapan angin ama orang…dijual jg gak seberapa harganya…jd bingung 😛

Komentar ditutup.