Ketika indukan “makan” anak sendiri

KETIK DI KOLOM BAWAH INI 👇🏿 SOLUSI MASALAH BURUNG YANG PINGIN ANDA CARI…

Banyak sekali kasus dalam penangkaran burung mengenai “hilangnya” telor atau indukan “makan” anak-anak sendiri. Atas kasus itu, muncul berbagai dugaan dan kesimpulan. Salah satu dugaan dan kesimpulan saya, akan saya sharing di sini.

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Mohon hal ini diterima dengan kekritisan yang mendalam. Tetapi saya tidak siap berdebat. Ya, saya tidak siap sepenuhnya untuk mendiskusikan masalah ini karena apa yang saya sampaikan benar-benar berdasar analisis yang didasarkan pada feeling, “rasa” dan pemahaman saya yang cetek mengenai fenomena hidup yang penuh misteri.

induk murai mengerami telur
Benarkah burung makan anakan sendiri?

Apa yang disebut feeling dan rasa, sampai kapan pun, tidak bisa saya paksakan dengan argumen ilmiah apapun, kepada siapa pun.

Nah, mengapa burung “makan” anak sendiri? Berdasar pengalaman sejumlah breeder yang saya kumpulkan dan juga pengalaman sendiri, ada beberapa penyebab dan kesimpulan (yang bisa salah bisa benar) mengapa burung makan/membunuh anakan sendiri.

Pepatah yang mengatakan “bahkan harimau pun tak akan memakan anaknya sendiri”, saya kira itu adalah sebuah falsafah yang 100% benar. Sebuah filosofi mendasar dalam kehidupan di alam semesta ini. Kalau ada makhluk yang makan anaknya sendiri, maka itu adalah sebuah anomali yang pasti ada alasanya.

Kalau “makan anak sendiri” merupakan karakter bawaan, maka itu sangat bertolak belakang dengan naluri “mempertahankan keturunan” yang melekat pada semua makhluk hidup. Itu menyalahi kodrat yang dilekatkan oleh Tuhan YME pada kehidupan makhluk-Nya.

Bukan hanya lovebird (ini adalah salah satu kasus kasus yang dialami teman saya di di forum penangkaran burung paruh bengkok kicaumania.or.id), banyak sekali MB dan juga CR yang “makan” anakannya sendiri.

Dalam banyak kasus, saya tidak bisa menjelaskan alasannya secara logis, tetapi saya hanya bisa menyimpulkan berdasar kejadian-kejaian yang sudah ada/pernah terjadi.

Burung membunuh anakan sendiri dipacu oleh “rasa kekhawatiran” si indukan bahwa nantinya tidak akan tersedia pakan yang cukup untuk anak-anak ketika indukan itu membesarkan anakan mereka.

Kejadiannya adalah seperti ini:

1. Ada pasangan CR yang “membunuh” anaknya begitu menetas bahkan juga mematuki hingga pecah telor yang sedang dierami karena selama masa mengeram si penangkar mengurangi jatah pemberian jangkrik secara drastis (dari 30 ekor per hari, menjadi 10 ekor karena kekhawatiran bahwa pejantannya menjadi birahi dan galak).

2. Ada pasangan MB yang membunuh anaknya begitu menetas karena selama pengeraman itu si penangkar menghilangkan jatah kroto dan mengurangi drastis jumlah jangkrik (dengan alasan yang sama dengan kasus CR). Artinya, begitu MB anakan menetas, MB indukan kebingungan mau memberi makan anaknya apa (meski secara logika, dia bisa memotong2 jangkrik untuk diberikan ke anaknya).

Dalam dua kasus itu, ketika setting pakan selama mengeram dan masa tidak mengeram tidak diubah drastis, ternyata semuanya berjalan normal. Tidak ada lagi indukan “makan” anaknya.

Dalam kasus LB kawan kita, indukan membunuh anak/makan telor sendiri, maka saya menduga (kuat) hal itu disebabkan ada perubahan/pengurangan menu (jenis maupun jumlah) pakan yang disengaja ataupun tidak oleh penangkar, yang menyebabkan burung khawatir akan masa depan anak-anaknya.

Oleh karena itu saya menyarankan kepada para penangkar, jangan mengubah menu pakan secara drastis ketika burung memasuki masa mengeram.

Cukupkan pakan dan pastikan lingkungan tenang.
Cukupkan pakan dan pastikan lingkungan tenang.

Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.

Khusus untuk MB, ketika masa mengeram memasuki hari ke 10, selalu sediakan kroto bersih meski sedikit di wadah pakan MB yang ditangkar.

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis... Dapatkan Aplikasi Omkicau untuk Android di Google Play Dapatkan Aplikasi Omkicau untuk iPhone di App Store

Barangkali apa yang saya sampaikan memang tidak masuk akal atau sekadar alasan yang menurut Anda semua “dilogis-logiskan”. Tetapi saya logis-logiskan seperti apapun, alasan seperti itu tetap tidak bisa disebut logis. Betul, itu hanya masalah feeling dan rasa yang ada di hati saya yang tidak/belum bisa saya rumuskan bagaimana “mengeluarkannya” dalam sebuah paparan yang “ilmiah” sehingga bisa didebat secara ilmiah pula.

Ada sebuah ilustrasi yang mungkin bisa membantu saya untuk menjelaskan fenomena itu.

Ketika memasuki musim hujan, di mana ketersediaan pakan burung di hutan melimpah (tumbuhan berbunga, serangga berkembang biak), maka burung-burung pun memadu kasih dan bertelor untuk meneruskan keturunan.

Di Bali sana, pasangan AM yang anakannya baru saja diambil penangkar hutan, akan segera betelor lagi dan menetaskan anaknya. Kalau anakan mereka diambil lagi; mereka segera bertelor lagi. Hal itu berulang sampai tiga kali. Mengapa cuma sampai tiga kali? Karena setelah anakan ketiga, biasanya tanda-tanda alam untuk memasuki musim kemarau sudah terlihat. Saat itulah burung tidak akan memproduksi anak lagi karena mereka tahu persis bahwa anakan-anakan mereka nanti bakal kekurangan pakan.

Nah, pertanyaannya adalah, kalau burung yang sedang mengeram di penangkaran merasa khawatir bahwa anak-anak mereka nanti bakal kekurangan pakan; apa yang mereka lakukan? Membunuh (calon) anak-anak mereka? Bisa jadi….

Ah, seandainya indukan-indukan itu punya cara untuk bunuh diri dan tahu rasa bersedih hati, saya kira mereka akan melakukannya bersama anak-anak terkasih mereka…. Bahkan banyak ibu rumah tangga yang sedemikian mengundang iba ketika mereka putus asa dan memutuskan untuk membunuh anak-anak mereka dilanjutkan kemudian dengan membunuh diri karena telah kehilangan harapan atas kehidupan ini….

Ya….seandainya burung-burung itu bisa merasakan kesedihan dan tahu cara membunuh diri.. mereka pasti akan mengikuti jejak anak-anak mereka yang telah mereka bunuh duluan….

Pakan induk lovebird
Kekurangan extra fooding misalnya, bisa membuat burung lovebird cemas.

Sebagai penutup cerita, untuk para penangkar yang mengalami hal seperti itu, sebaiknya Anda memastikan bahwa burung tidak akan khawatir dengan ketersediaan pakan yang cukup untuk anak-anak mereka. Selain itu, kondisi kecukupan gizi untuk indukan pun perlu Anda penuhi sehingga mereka tidak merasa “kelaparan” dan kebelet untuk makan cangkang telur keturunan sendiri. Dalam kaitan ini menjadi wajib bagi Anda untuk memenuhi kebutuhan asupan sebagaimana saya sebutkan dalam tulisan Bird Mineral.

Di sana misalnya saya sebutkan adanya beberapa sari makanan yang sangat diperlukan oleh burung, terutama untuk burung-burung yang sedang ditangkar.

Salam.

Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.

BURUNG SEHAT BERANAK PINAK… CARANYA? PASTIKAN BIRD MINERAL DAN BIRD MATURE JADI PENDAMPING MEREKA.

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.

5 Comments

  1. menurut saya apa yang sudah dipaparkan om Duto cukup masuk akal…info yang sangat berguna buat saya yang lg coba2 breding…

  2. Wah disini banyak burung ya 🙂 hm…diajeng mau komen tp ndak banyak tahu tentang burung mas…maaf ya…tapi boleh mampir kan ? supaya belajar tentang burung 🙂

    Jawab:
    Boleh saja Tante. Silakan tengok-tengok siapa tahu tertarik burung juga, heheheh.
    Terima kasih telah berkunjung.
    Salam.

  3. Behavior of animal (bird)

    suatu respon tingkah laku yang disebabkan oleh interaksi hewan tersebut dengan kondisi lingkungannya. Respon dapat berupa insting atau kebiasaan perilaku. Saya pernah membaca artikel yang menyatakan bahwa perilaku hewan yang biasanya terkait dengan hidup dan reproduksi termasuk dalam insting driven.

    dan hal ini dipelajari dalam ilmu biologi, he….he….he…

    Jawab:
    Ditunggu terus masukannya Pak Biologer Keren hehehe. Bener loh…

Komentar ditutup.