Obati metastasis kanker pita suara: Lagi, cerita keampuhan daun sirsak (4)

KETIK DI KOLOM BAWAH INI 👇🏿 SOLUSI MASALAH BURUNG YANG PINGIN ANDA CARI…

Cerita sukses pengobatan kanker dengan daun sirsak kali ini diawali ketika Ng Tung Hauw merasakan dadanya sesak ketika menggoda dua cucunya. Dia merasakan leher bagai tercekik. Sangat berat untuk bernapas, dan kedua kaki terasa lemas. Dalam hitungan detik tubuh Hauw ambruk ke lantai. Di lantai keramik putih itu wajahnya tampak biru lebam. Sontak suasana yang awalnya ceria berubah mendung. Semua penghuni rumah panik. Sang anak lalu membopong Hauw ke mobil untuk dibawa ke rumahsakit.

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Beruntung sepanjang perjalanan tidak ada kemacetan. Selang 30 menit mobil bercat hitam tiba di sebuah rumahsakit di Kelapagading, Jakarta Utara. Hauw langsung dibawa ke unit gawat darurat (UGD). Di sana perawat memasangkan masker oksigen untuk membantunya bernapas. Tetap saja pria 66 tahun itu sulit bernapas. Celakanya, denyut nadi Hauw semakin lemah. Wajahnya kian membiru serta tangan dan kakinya mulai terasa dingin. “Saya nyaris meninggal,” kenang Hauw.

Segera saja Hauw dilarikan ke ruang intensive care unit (ICU). Dokter menyatakan ada massa yang mengganjal di bagian laring atau kotak suara Hauw. Menurut Prof dr Bambang Hermani, Sp. THT-KL(K), dosen Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan (THT), Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, laring salah satu organ vital. “Organ itu bertugas mempertahankan jalan pernapasan, melindungi jalan pernapasan dan paru paru, serta membantu mengatur sirkulasi udara. Laring juga sumber suara atau fonasi, membantu proses menelan, dan mengekspresikan emosi,” ujar Bambang.

Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...

Perokok berat

Dokter kemudian melakukan laryngoscopy – memasukkan semacam cermin ringan dan kecil ke belakang tenggorokan – untuk melihat kondisi tenggorokan. Dari cermin itu terlihatlah benjolan yang mengganggu jalan pernapasan. Contoh jaringan yang mengganggu diambil (biopsi) untuk diteliti. Hari itu juga Hauw menjalani operasi pemasangan stoma permanen di leher untuk bernapas.

Keesokan hari, pukul 21.00 WIB, hasil lab contoh jaringan keluar. Dari hasil lab dokter menvonis Hauw mengidap kanker pita suara stadium 4 tipe supraglotik yang agresif menyebar. Tipe lain, glotik lebih lambat menyebar tapi kerap menyebabkan penyebaran ke subglotik. Vonis itu bak petir di siang bolong. “Kami tidak memberitahukan berita itu ke Papa. Takut Papa down dan stres,” ujar Hen Wie, putra ke-3 dari 4 bersaudara. Saran dokter, “Pita suara harus diangkat agar sel kanker tidak metastasis atau menyebar,” imbuh Hen Wie.

Sebelumnya Hauw memang pernah divonis tumor pita suara saat berobat ke Hongkong pada September 2009. Gejalanya sama, ia kerap sulit bernapas. Namun, saat itu dokter menyatakan tumor yang bersarang di pita suara kanan Hauw jinak. “Menurut dokter tumor bisa saja tidak dioperasi tapi dapat ditangani dengan mengonsumsi obat-obatan,” kenang Hen Wie. Hauw memilih mengonsumsi obat-obatan. Setelah seminggu dirawat, Hauw kembali ke tanahair. Kondisinya membaik dan dapat bernapas lega.

Tak dinyana, selang 5 bulan tumor jinak itu malah berbalik menjadi ganas. Kakek 11 cucu itu terancam kehilangan pita suara. Seharusnya operasi pengangkatan pita suara dilakukan seminggu setelah operasi pertama. Namun kondisi Hauw lemah, ia kekurangan albumin sehingga operasi diundur. Normalnya, kadar albumin dalam darah 3,5 sampai 5 g/ dL. Untuk mendongkrak albumin Hauw mengonsumsi obat berupa sirup satu sendok sehari.

Albumin normal diperoleh setelah menghabiskan 8 botol sirup seharga Rp2,4-juta per botol. Malam sebelum hari raya Imlek, 13 Februari 2010, harusnya dilewati Hauw dengan makan bersama keluarga. Ia malah terbaring di meja operasi selama 2 jam. Hauw pasrah tidak dapat bersuara alias afoni usai operasi. “Yang penting sehat dan bisa bernapas,” kata Hauw. Untuk bersuara Hauw berlatih teknik esophageal speech. Caranya, menelan udara dan mengumpulkannya dalam esophagus (lambung) lalu perlahan dikeluarkan untuk menghasilkan suara.

Serak

Seminggu pascaoperasi barulah Hauw tahu operasi itu untuk mengangkat sel kanker. Prevalensi kanker laring memang jarang. Namun, bila tidak ditangani dengan benar dapat berujung kematian. Di bidang kesehatan telinga, hidung, tenggorokan (THT) kanker itu menempati urutan teratas di beberapa negara Eropa seperti Italia, Jerman, Perancis, dan Polandia. Data European Cancer Observatory pada 2008 jumlah penderita kanker laring di Italia mencapai 4.342 orang, Jerman 4.107 orang, Perancis 3.434 orang, dan Polandia 3.259 orang.

Ryan P. Smith, MD dan Christine Hill-Kayser, MD, di The Abramson Cancer Center of the University of Pennsylvania, Amerika Serikat, pada 2008 melaporkan sebanyak 12.000 kasus kanker laring muncul di Amerika per tahun. Sebanyak 4.200 kasus berujung kematian. “Di Indonesia belum ada data pasti. Namun di bidang THT menempati urutan kedua setelah nasofaring,” kata Bambang.

Sejatinya keganasan laring dapat dideteksi sejak dini. Gejala awalnya berupa suara serak. “Bila suara serak lebih dari 2 minggu pertanda adanya infeksi atau tumor pada laring,” kata Bambang. Itulah yang dialami Hauw. Mantan pengusaha tambang itu mengira ia kelelahan sehingga suaranya serak. Suara semakin parau sampai tak ada satu pun kata yang keluar dari mulut Hauw. Infeksi atau kehadiran tumor membuat pita suara tidak teratur sehingga kerjanya terganggu. Kehadiran benda asing atau pun radang menyebabkan penyempitan celah pita suara.

Ujung-ujungnya sulit bernapas. Menurut Bambang sesak napas atau dispnea serta napas berbunyi (stridor) merupakan gejala akibat gangguan jalan napas oleh massa tumor. Hal itu sekaligus tanda tumor memasuki stadium lanjut. “Perluasan tumor dapat menyebabkan disfagia atau sulit menelan, batuk, sampai batuk berdarah. Namun itu tergantung perluasan tumor,” ujar Bambang.

Gara-gara rokok

Sebetulnya penyebab pasti kanker laring belum diketahui. Namun, ada berbagai faktor pemicu munculnya kanker laring. “Faktor utama adalah rokok,” kata Bambang. Pengamatan Bambang di rumahsakit Carolus dan RS Proklamasi, sekitar 80 – 90% penderita kanker laring adalah perokok berat. Umumnya penderita menghabiskan 1,5 – 2 bungkus rokok per hari. Sebungkus rokok berisi 12 batang. Penyebab lain adalah berlebihan mengonsumsi minuman beralkohol. Kombinasi keduanya melecut risiko sampai 40 kali lipat.

Selain rokok dan alkohol, iritasi debu kayu, asbes, produk tar, dan debu industri kimia juga melecut munculnya kanker kotak suara. Semua itu mengandung radikal bebas. Radikal bebas memicu kemunculan sel kanker. Menurut dr Nany Leksokumoro, MS, SpGK, ahli gizi klinis di rumahsakit Family, Pluit Mas, Jakarta Utara, radikal bebas dapat ditekan dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang. Yang utama cukup serat. “Serat sumber antioksidan yang dapat melawan radikal bebas,” kata Nany.

Idealnya, kebutuhan serat sekitar 32 – 34 g/hari. Serat dapat diperoleh dengan mengonsumsi buah dan sayuran 3 – 5 kali per hari. Pencegahan lain, pastikan tenggorokan tidak kering. Musababnya, cairan menjaga lendir di tenggorokan tidak terlalu banyak sehingga mudah dibersihkan. Dengan demikian peluang iritasi bakteri atau virus kecil.

Kebanyakan kanker laring menyerang laki-laki atau perbandingan 11 : 1 dengan perempuan. “Rata-rata menyerang laki-laki berusia 50 tahun-an. Namun, kini usia penderita semakin muda. Bahkan ada yang berusia 22 tahun,” kata Bambang. Bukan berarti perempuan terbebas dari kanker laring. Pengataman Bambang setiap tahun jumlah perempuan mengidap kanker laring semakin meningkat. Sebab perempuan masa kini banyak yang merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol.

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis... Dapatkan Aplikasi Omkicau untuk Android di Google Play Dapatkan Aplikasi Omkicau untuk iPhone di App Store

Secara medik penanganan kanker laring sama seperti kanker lain, yaitu melalui operasi, radiologi, dan kemoterapi. Atau kombinasi 2 atau 3 tindakan tersebut. Tindakan itu tergantung stadium perluasan invasi tumor berdasarkan klasifikasi TNM (ukuran tumor, node – kelenjar getah bening regional, dan metastasis). Pada stadium I tumor dihilangkan dengan radiologi atau penyinaran. Operasi dan kemoterapi dilakukan pada stadium 2 sampai lanjut.

Metastasis

Pada stadium lanjut – di atas stadium 2 – sel kanker metastasis. Biasanya menyebar ke getah bening sehingga menyebabkan pembesaran kelenjar getah bening di leher. Sel kanker juga dapat metastasis ke organ tubuh lain seperti paru-paru, hati, dan ginjal.

Pascapengangkatan pita suara sebetulnya Hauw dinyatakan bersih. Maksudnya sel kanker pita suara tidak metastasis. Namun, 3 bulan pascaoperasi pengangkatan organ, Hauw kembali sulit bernapas. Ia lalu memeriksakan diri ke rumahsakit di Jakarta Pusat. Hasil rontgen menunjukkan ada benjolan sebesar pilus bersarang di saluran pernapasaan dekat paru-paru. Benjolan yang menghalangi saluran udara itu tak lain adalah sel kanker stadium lanjut. Untuk menghilangkannya ia harus menjalani radiologi (penyinaran).

Kelenjar getah bening di leher pun membesar. Padahal kelenjar getah bening salah satu sistem pertahanan tubuh. Pembesaran dapat terjadi karena peradangan disebabkan masuknya sel-sel ganas.

“Itu bisa saja terjadi. Salah satunya karena operasi sebelumnya tidak bersih sehingga masih ada sel kanker yang tertinggal,” imbuh Bambang. Menurut Bambang sel tertinggal kemungkinan karena tidak terdeteksi saat pemeriksaan. Itu sebabnya, sepekan pascakemoterapi pasien stadium lanjut sebaiknya menjalani radiologi supaya benar-benar bersih, Itu pun peluang terkena kanker masih ada. Maklum, kanker bisa tumbuh kapan saja.

Itu sebabnya pasien perlu rutin kontrol ke dokter. “Umumnya bila selama 5 tahun kanker tidak muncul pasien dapat dinyatakan terbebas dari kanker,” tambah Bambang. Nah, untuk mencegah kembalinya kanker Bambang menyarankan untuk tidak mengonsumsi makanan berpengawet.

10 lembar daun sirsak

Hauw sudah siap menjalani radiologi tapi keinginan itu batal. Awal Juli 2010, Hauw mengikuti saran keluarga untuk berobat pada seorang dokter sekaligus herbalis di Jakarta Barat. Hauw dianjurkan mengonsumsi rebusan daun sirsak segar. Hauw merebus 10 lembar daun sirsak dalam 2 gelas air. Setelah mendidih menjadi segelas dan diminum sekali setiap hari. Sepekan pertama Hauw masih kesulitan bernapas. Napasnya mulai lega setelah 30 hari rutin menyeruput daun sirsak.

Menurut dr Zainal Gani, dokter dan herbalis di Malang, Jawa Timur, kandungan acetogenins dalam sirsak berperan melawan sel kanker. “Daun sirsak mengendalikan kerja mitokondria yang berlebihan mensintesis protein. Protein sumber energi kanker untuk tumbuh dan berkembangbiak,” ujar Zainal.

Riset Joabe Gomes de Melo dan rekan yang dipublikasikan dalam jurnal Molecelus, 24 November 2010, menyebutkan sirsak salah satu dari 4 jenis tanaman di Brasil seperti Lantana camara dan Mentzelia aspera yang mengandung antioksidan tinggi dan memiliki efek sitotoksik. Percobaan dilakukan secara in vitro dengan mengambil sel line kanker laring dan paru-paru.

Awalnya, daun sirsak diekstrak dengan methanol menjadi 300 mL selama 72 jam. Percobaan secara in vitro itu menunjukkan ekstrak daun sirsak mengandung antioksidan pada IC50 bernilai 221,52 ± 16,12 µg/mL. Antioksidan itu yang melawan kerja sel kanker. Uji sitotoksik menunjukkan ekstrak daun sirsak memiliki IC50 kurang dari 1.000 ppm. Pada sel line kanker laring nilainya 54,92 ± 1,44% dan sel kanker paru-paru 24,94 ± 0,74%. Artinya, daun sirsak berpotensi sebagai antitumor.

Selain daun sirsak, Hauw meminum beragam ramuan tradisional seperti sambiloto, keladitikus, dan temuputih. Semua obat itu telah dikemas dengan beragam bentuk seperti serbuk dan kapsul. Semua ramuan di luar kapsul digodok untuk 3 kali minum per hari. Selama pengobatan itu ia berpantang terutama makan daging-dagingan dan ikan air tawar. Itu karena daging sumber protein dan energi bagi sel kanker untuk berkembangbiak. “Ikan laut masih dapat dikonsumsi,” kata Hauw.

Hasilnya, setelah 1 – 2 bulan rutin menyeruput rebusan daun sirsak dan ramuan godok kanker mengecil. Terbukti, sewaktu diteropong di rumahsakit Pantai Indah Kapuk, sel kanker di saluran paru-paru mengecil bahkan nyaris tidak ada. Cairan kelenjar getah bening yang dulunya menumpuk di bawah dagu semakin berkurang mendekati normal. Memang sampai saat ini Hauw masih berjuang menuntaskan kanker hasil metastasis. Namun, yang jelas Hauw kini dapat bernapas lega tanpa menjalani radiologi. Bobot tubuhnya pun kembali normal. Maklum, sejak dinyatakan kanker, bobotnya susut dari 75 kg menjadi 62 kg. (Trubus- Lastioro Anmi Tambunan)

Artikel terkait:


Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.

BURUNG SEHAT BERANAK PINAK… CARANYA? PASTIKAN BIRD MINERAL DAN BIRD MATURE JADI PENDAMPING MEREKA.

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.