Tips Herbal (1): Lawanlah berbagai penyakit dengan menu harian di meja makan

KETIK DI KOLOM BAWAH INI 👇🏿 SOLUSI MASALAH BURUNG YANG PINGIN ANDA CARI…

Apakah Anda selama ini memperhatikan betul jenis dan bahan makanan yang Anda santap? Jika tidak, mulailah mencermati apa saja yang Anda konsumsi. Sebab, hidup sehat berawal dari meja makan. Hal inilah yang diyakini benar oleh Ir Hj Azanti Moeis. Oleh karena itu Shanti-sapaannya-menghitung benar setiap kali hendak mengolah, menyajikan, dan mengonsumsi makanan. Mulai dari menu yang dipilih, jenis bahan makanan yang digunakan, porsi, dan cara penyajian.

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Alhasil Shanti selalu sehat dan bugar. Bonusnya tubuh yang ramping dan bobot badan stabil. Pantas baju-baju yang ia beli empat tahun silam masih tertata rapi di lemari pakaian. Sesekali perempuan berdarah Sumatera Barat itu pun menggunakannya. Pakaian-pakaian itu masih melekat pas di tubuh Shanti.

Shanti menerapkan pola makan semivegetarian. Disebut demikian karena alumnus Jurusan Agronomi Institut Pertanian Bogor itu masih mengonsumsi daging dan produk hewani lain. “Tapi frekuensinya sangat jarang. Kalau pun terpaksa makan daging, misalnya saat menghadiri undangan jamuan makan, porsinya sangat sedikit,” ujar perempuan berkerudung itu. Sebagai pengganti daging-dagingan, perempuan yang berprofesi herbalis itu mengonsumsi sumber protein nabati yang mengandung protein setara daging seperti jamur.

Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
Menu untuk diabetes
Menu untuk diabetes

Dalam mengolah makanan, Shanti berupaya menghindari tambahan lemak. Kalaupun harus memakai, misalnya saat menumis sayuran, ia menggunakan minyak berkualitas tinggi seperti minyak zaitun. Ia juga banyak memilih bahan sayuran yang mengandung khasiat seperti pare. Di kalangan herbalis pare dikenal sebagai sayuran yang berkhasiat menurunkan kadar gula darah pasien diabetes mellitus. Di Taiwan banyak pedagang di pinggir jalan yang menjajakan jus buah tanaman anggota famili Cucurbitaceae itu. Meski bercita rasa pahit minuman itu favorit bagi yang mengalami gangguan akibat kadar gula darah tinggi.

Khasiat pare sudah terbukti secara ilmiah. Hasil penelitian Herawati dari Sekolah Farmasi Institut  Teknologi Bandung (ITB) menunjukkan kadar gula darah mencit yang mengalami diabetes turun secara signifikan setelah mendapat asupan 2 g ekstrak etanol pare selama 7 hari berturut-turut. Efek itu setara dengan pemberian klorpropamid, obat antidiabetes, berdosis 21,5 mg. Shanti mengolah pare dengan cara ditumis bersama jamur. Untuk penyedap masakan, ia hanya menggunakan campuran gula dan garam.

Tiga tahun sudah Azanti menjalani gaya hidup semivegetarian. Selama itu pula salah satu pengurus Asosisasi Pengobat Tradisional Ramuan Indonesia (ASPETRI) itu mampu menjaga kesehatan tubuh. “Pencernaan juga menjadi lancar,” ujarnya. Kini pola makan seperti itu seringkali ia sarankan kepada para pasien. Jadi, selain meresepkan herbal, ia juga membuatkan resep menu makanan sehat yang mesti dikonsumsi pasien selama pengobatan. “Kebanyakan pasien sekadar ingin mengobati penyakit, tapi tidak memikirkan pola makan sehat untuk menunjang kesembuhan penyakitnya,” ujarnya. Oleh karena itu resep masakan menyesuaikan kondisi penyakit pasien.

Agar konsisten mengonsumsi makanan sehat, Shanti selalu berkreasi agar menu makanan tidak membosankan dan tetap bercitarasa enak. Salah satu contoh kreasinya martabak nabati. Disebut demikian karena bahan utama martabak itu tempe, biasanya daging cincang. Tempe yang kaya protein dapat menggantikan daging. Shanti menambahkan daun bawang lebih banyak ke dalam adonan martabak. “Bawang-bawangan berfaedah menurunkan gula darah,” ujar perempuan berkacamata itu. Ia juga menambahkan daun jeruk nipis untuk memperkuat cita rasa.

Tren

Menu-menu masakan sehat kreasi perempuan semampai itu ternyata mendapat sambutan baik dari para pasien dan juga kolega. Sejak itu Shanti tak hanya membuat makanan sehat untuk dirinya sendiri dan para pasien, tapi juga untuk masyarakat luas yang ingin menerapkan pola hidup sehat melalui kursus intensif. Ia sedang mempersiapkan restoran herbal. Disebut restoran herbal karena seluruh bahan makanan dan bumbu yang digunakan memiliki khasiat bagi kesehatan. “Seluruh bahan makanan juga mesti organik,” ujarnya.

Menurut peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem dan Kebijakan Kesehatan, dr Adianti Handajani, kini pola hidup sehat memang menjadi dambaan setiap orang. Harap mafhum, berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), saat ini penyakit degeneratif atau penyakit yang disebabkan menurunnya fungsi organ tubuh, menjadi penyebab kematian terbesar di dunia. Setiap tahun hampir 17-juta orang meninggal lebih awal akibat epidemi global penyakit degeneratif. Yang mencengangkan, sebanyak 80% kematian akibat penyakit degeneratif terjadi di negara berpendapatan nasional rendah dan sedang.

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis... Dapatkan Aplikasi Omkicau untuk Android di Google Play Dapatkan Aplikasi Omkicau untuk iPhone di App Store

Di Indonesia jumlah penderita beberapa penyakit degeneratif seperti penyakit jantung terus meningkat. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Nasional (SKRTN) jumlah kematian akibat penyakit jantung melonjak tajam dalam kurun 10 tahun. Pada 1991 angka kematian akibat penyakit jantung koroner mencapai 16%, pada 2001 menjadi 26,4%.

Jumlah penderita diabetes mellitus juga terus meningkat. Pada 1995 prevalensi penyakit akibat kadar gula darah tinggi itu mencapai 1,2%. Pada 2001 melonjak tajam menjadi 7,5%, 2003 14,7%. Adianti menyatakan penyebab meningkatnya jumlah penderita penyakit degeneratif adalah pola hidup yang tidak sehat seperti kebiasaan merokok, minum alkohol, mengonsumsi makanan instan, kurangnya aktivitas fisik, stres, dan pencemaran lingkungan.

Jamu

Untuk mencegah dan mengatasi penyakit mematikan itu, sebagian penduduk Indonesia lebih memilih cara sehat dengan mengonsumsi bahan alam seperti herbal atau jamu. Contohnya Yos Hera Iswandari di Pamulang, Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Ibu 3 anak itu menjaga kesehatan keluarga dengan rutin mengonsumsi satu sendok makan minyak buah merah Pandanus conoideus setiap hari. “Minyak buah merah kaya antioksidan sehingga baik untuk menjaga ketahanan tubuh,” ujarnya. Ia bersama keluarga juga mengonsumsi herbal lain seperti air jahe atau jeruk nipis setiap kali gejala flu dan batuk menerpa. Kebiasaan itu membuat seluruh anggota keluarga jarang mondar-mandir ke dokter. “Fasilitas asuransi kesehatan dari kantor suami boleh dibilang mubazir,” katanya.

Di tanahair konsumsi herbal sejatinya bukan kebiasaan baru. Obat tradisional bagian dari budaya masyarakat yang diwariskan turun-temurun. Lihat saja hasil Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan pada 2010. Hasil riset menyebutkan 59,12% penduduk Indonesia berusia lebih dari 15 tahun pernah mengonsumsi jamu. Dari jumlah itu 95,6% di antaranya menyatakan merasakan manfaat jamu. Jenis tanaman obat yang paling banyak dikonsumsi di antaranya jahe, kencur, temulawak, meniran, dan mengkudu.

Maraknya konsumsi tanaman obat turut mendorong tenaga medis seperti dokter untuk mempelajari pengobatan menggunakan bahan alam. Itulah sebabnya pada 2009 dibentuk Perhimpunan Dokter Herbal Medik Indonesia (PDHMI). Menurut ketua PDHMI, dr Hardhi Pranata SpS MARS, PDHMI ingin menjadikan jamu atau herbal Indonesia sebagai produk ilmiah sehingga terjamin keamanannya bagi konsumen. “Dengan begitu para dokter mau memakai jamu dalam pengobatannya,” ujar Hardhi.

Menurut Azanti, faedah jamu lebih andal jika dibarengi dengan memperhatikan asupan makanan. Oleh karena itu pilih bahan makanan yang juga memiliki khasiat untuk mendukung pengobatan. Misalnya daun pepaya. Beberapa herbalis menganjurkan mengonsumsi daun pepaya untuk membantu mengatasi penyakit demam berdarah dan malaria.

Contoh lain lobak. Hasil penelitian teranyar sayuran yang kerap menjadi salah satu bahan soto itu ternyata ampuh meluruhkan batu ginjal. Petai yang selama ini seringkali dihindari karena menyebabkan bau mulut dan urine  itu ternyata berpotensi mencegah penyakit jantung. Okra yang kerap menemani hidangan khas oriental atau eropa juga ampuh menurunkan kadar gula darah. Jadi, agar hidup sehat mulailah dari meja makan. (sumber: artikel terproteksi khusus untuk member di  trubus-online.co.id yang boleh di-share dengan menyebut sumbernya)

Rangkaian artikel tips herbal bulan Agustus 2012:

ARTIKEL LENGKAP TERLAMA-TERBARU

Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.

BURUNG SEHAT BERANAK PINAK… CARANYA? PASTIKAN BIRD MINERAL DAN BIRD MATURE JADI PENDAMPING MEREKA.

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.