Tren kualitas cendet di sejumlah daerah

KETIK DI KOLOM BAWAH INI 👇🏿 SOLUSI MASALAH BURUNG YANG PINGIN ANDA CARI…

Cendet kini menjadi salah satu burung “wajib” dalam berbagai lomba burung berkicau. Namun harus diakui, belum semua daerah atau wilayah menempatkan cendet dalam kasta tinggi. Di sejumlah daerah di Jawa, terlebih di Jawa Timur, cendet sudah kerap masuk kelas paling bergengsi. Demikian pula di Bali, di mana cendet mulai sering disandingkan dengan anis merah dan cucak hijau di kelas utama. Tetapi hal ini belum terlihat di Sumatera, yang popularitasnya masih kalah dari kapas tembak.

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

tren cendet berkualitas
Nagen di tangkringan

Apabila dicermati, semua ini dipengaruhi beberapa faktor. Mulai dari pasokan burung, harga, informasi, hingga kreativitas event organizer (EO) penyelenggara lomba burung itu sendiri. Tanpa disadari, hal ini juga membentuk tren kualitas cendet yang berbeda di setiap daerah atau wilayah.

Secara umum, kriteria kualitas cendet yang paling disukai saat ini:

  • Rajin bunyi
  • Volume benar-benar tembus, kristal, dan tajam
  • Memiliki tonjolan (lagu-lagu kecil) yang bervariasi
  • Memiliki tembakan dahsyat (speed rapat, tanpa banyak jeda / spasi)
  • Gayanya bagus: tidak banyak bergerak atau meloncat, nagen di atas pangkringan, kepala gela-gelo ke kiri-kanan, lalu bunyi sambil mendongakkan kepala ke atas.

Untuk bisa memiliki kriteria yang bagus terkait dengan kualitas suara, tentu cendet harus memiliki nafas yang panjang. Ini tergantung karakter dasar burung, perawatan harian, dan asupan makanan. Sedangkan kriteria yang terkait dengan gaya lebih dipengaruhi oleh karakter dasar dan perawatan harian.

Yang sering berbeda antara daerah yang satu dan daerah lain adalah jenis tembakan. Di Bali, misalnya, cendet mania lebih menyukai burung dengan tembakan gereja tarung, yang dibawakan dengan speed rapat. Adapun suara belalang kurang disukai.

Setidaknya, hal ini terungkap melalui pernyataan Widodo, salah seorang juri di Bali, ketika diwawancari Agrobur. “Cendet yang ngecer gerejaan cenderung stabil atau nancep sepanjang lomba. Burung-burung seperti ini selalu tampil all out,” ujarnya.

Lain halnya jika cendet lebih mengandalkan tembakan belalang. Mungkin terlihat lebih bertenaga dan menonjol, tetapi begitu nembak biasanya burung langsung bengong alias lebih sering ngetem. Bahkan Om Widodo mengatakan, tembakan belalang sudah kuno di Bali. Berbeda dari tembakan burung gereja yang seolah tak akan pernah berhenti.

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis... Dapatkan Aplikasi Omkicau untuk Android di Google Play Dapatkan Aplikasi Omkicau untuk iPhone di App Store

tren burung cendet jawara
GAYA CENDET JAWARA: Nagen di atas tangkringan, kemudian mengeluarkan bunyi sambil mendongakkan kepalanya ke atas.

Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.

Hal ini berbeda dari kecenderungan di Lampung, atau beberapa wilayah lain di Sumatera. Gaung cendet di Bumi Sumatera memang tak semeriah di Jawa dan Bali. Demikian pula dengan tren kualitas suaranya. Di wilayah ini, tembakan jangkrik dan belalang justru lebih disukai. Bahkan ini menjadi kriteria utama juri dalam memberikan penilaian terhadap cendet saat berlomba.

Tren di Sumatera, menurut hasil pengamatan Agrobur, sebenarnya hampir sama dengan di DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur yang merupakan gudangnya cendet jawara.

Apapun perbedaan jenis tembakannya, penilaian juri terhadap performa cendet tetap mengacu kepada irama lagu. Nah, tren irama lagu inilah yang akan selalu berbeda dari waktu ke waktu. Ya, namanya juga tren, kalau stagnant juga membosankan.

Dengan demikian, kualitas seekor cendet akan ditentukan saat burung berlaga di lapangan, dengan ciri-ciri rolingan, tembakan menonjol, dan nancep selama penilaian. Cendet yang memiliki kriteria seperti itu, ditambah speed rapat serta penampilan yang stabil dan tenang, kini mulai dilirik dengan harga yang cenderung naik.

Di Bali, misalnya, cendet jawara kualitas latber sering di-take-over hingga menembus angka Rp 25 juta. Bahkan untuk kualitas nasional bisa mencapai Rp 75 juta. Jadi, silakan berlomba-lomba mencetak cendet dengan kualitas seperti itu. Soal apakah suara cendet mau dinikmati sendiri, atau didesain menjadi juara agar bisa dibeli dengan harga tinggi, itu tergantung kebijakan Anda sendiri.

Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.

BURUNG SEHAT BERANAK PINAK… CARANYA? PASTIKAN BIRD MINERAL DAN BIRD MATURE JADI PENDAMPING MEREKA.

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.

7 Comments

  1. ekosistem menyediakan keseimbangan
    seperti yang diulas di site suaramerdeka.com plentet, pentet, cendet sebagai musuh alami burung pipit yang meresahkan petani,
    keberadaan burung pemangsa sangatlah penting dalam ekosistem
    tentu penghobi harus berpikir ulang kesenangan keuntungan sesaat untuk pribadi dengan merugikan banyak pihak
    seperti ulasan omkicau tentang serangan ulat berburu sebagai akibat perburuan kroto semut ngangrang
    sebagai penghobi selayaknya mendapatkan burung dari penangkaran
    bagaimana dengan sikap omkicau?

  2. Om ikut curhat dong.pt saya baru selesai mabung yg pertama kira2 pt saya umur berapa yah?.klo di trek mau bunyi tapi nunggu lawan bunyi baru mau bunyi.uniknya setiap lawan bongkar isian selalu dibalas dengan isian yang sama.supaya bisa bunyi saat di trek tanpa menunggu lawan bunyi caranya gimana ya om?

  3. gimana mencegah cendet biar gak kegemukan saat mabung,,saat mabung porsi jangkrik 5-5 sesuai setelah harian, tapi kan gak banyak suara+gerak, apa bisa gemuk? atau harus kurangi EF? terima kasih

    • Setelan jangkrik 5-5 sudah tepat + kroto secukupnya. Dua jenis pakan ini kaya protein yang dibutuhkan untuk pembentukan bulu baru (terutama protein keratin). Tdk perlu takut burung jadi gemuk, karena saripati nutrisi tercurah ke pembentukan bulu.

Komentar ditutup.