Secara umum, even kolosal Piala Raja tahun ini berjalan sukses, jauh lebih baik daripada even-even sebelumnya. Kesuksesan ini bersifat multiple, mulai dari jumlah peserta yang mencapai 3.400 ekor burung, kemampuan panitia dalam menjaga ketertiban lomba, ketaatan penonton dan pemain yang tidak teriak, dan hilangnya tradisi saling tunggu saat menggantang burung.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Panitia dan petugas keamanan memang harus bekerja ekstra keras, karena situasi dan tantangannya sangat berbeda dari gelaran Ebod Jaya Cup di Suabaya (1/6) dan KMB Cup 2 di Semarang (10/8) yang selama ini dijadikan prototype lomba yang tertib.
Even Ebod Jaya Cup (Ronggolawe Team) dan KMB Cup 2 (PBI Cabang Semarang) memiliki kesamaan, yaitu digelar di dalam area markas militer dan hanya memakai satu lapangan.
Nah, Piala Raja digelar di ruang publik (pelataran Taman Candi Prambanan) dan menggunakan tiga lapangan. Jadi, secara teknis, manajemen keamanan di Piala Raja memang lebih berat.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Untungnya dua master of ceremony (MC) yang dihadirkan panitia, yaitu Mr Yan dari Jawa Timur dan Om Warjo (IKPBS Solo), cukup efektif menjalankan tugasnya, sehingga sangat membantu kelancaran dan ketertiban lomba.
Petugas pun beberapa kali harus menancapkan bendera diskualifikasi bagi peserta yang tetap ngeyel melanggar aturan. Hal ini pun efektif dan menjadi efek jera bagi peserta lainnya agar tak main-main dengan petugas yang berjaga.
Meski terkadang masih muncul sekali-dua kali teriakan, namun suaranya tidak terlalu keras. Ada lagi peserta yang menepuk-nepuk tangan saat sesi lovebird. Tetapi secara umum masih terkendali.
Tidak ada gading yang tak retak
Adakah gading yang tak retak? Entahlah. Tetapi, harus diakui, tidak semua peserta merasa puas atas gelaran ini. Beberapa pemain menyebutkan burungnya kurang dipantau, bahkan secara ekstrem ada yang menyebut sama sekali tidak dilirik tim juri.
Keluhan dan komplain semacam ini selalu terjadi di setiap lomba, mulai even akbar sampai latberan. Keluhan-keluhan itu boleh jadi benar adanya, tapi bisa juga karena persepsi yang belum sama antara peserta yang ada jauh di luar dan para juri yang menilai dekat dan bisa memantau secara lebih baik.
Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...
Meski demikian, panitia juga tidak boleh mengabaikan begitu saja setiap keluhan beserta gosip-gosip yang menyertainya. Setiap menjelang dan setelah lomba, terutama even besar dan prestisius, selalu muncul rumor tentang paket juara. Misalnya kalau ingin juara harus mau mengeluarkan biaya dalam jumlah tertentu.
Begitu pula rumor yang terdengar di Piala Raja kali ini. Mungkin hanya gosip yang diembuskan pihak tertentu, mungkin juga bukan gosip, karena susah sekali melacak kebenaran rumors sensitif seperti ini.
Sebab orang-orang yang mengembuskan isu ini selalu mengelak ketika didesak siapa oknum panitia yang pernah menjanjikan kemenangan jika mau bayar di depan. Benarkah dia oknum panitia, atau makelar yang punya link ke oknum panitia.
Ah, jangan-jangan si penyebar gosip adalah barisan sakit hati karena gaconya kalah? Entahlah, dan tak perlu diperpanjang lagi. Sesuatu yang tidak bisa dibuktikan jangan mudah diembuskan ke sana-kemari, karena efeknya sangat merugikan dunia hobi kicauan itu sendiri. Jika itu terjadi, pengembus gosip bukanlah kicaumania sejati!
Faktanya, banyak burung milik orang biasa saja, dari antah berantah, alias tak kenal juri dan panitia, juga bisa menang. Om Kicau menuliskannnya dalam catatan seri kedua (silakan cek di sini). Oke? (Waca)
HASIL LENGKAP PIALA RAJA 2014 – UPDATE
KELAS: Murai Batu | Kacer | Anis Merah | Cucak Hijau | Lovebird | Kenari | Cendet | Kelas Lain
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.