Burung kadalan sulawesi: Perilaku unik dan suara kicauannya

KETIK DI KOLOM BAWAH INI 👇🏿 SOLUSI MASALAH BURUNG YANG PINGIN ANDA CARI…

Pulau Sulawesi menyimpan berjuta misteri terkait potensi sumber daya alamnya, termasuk burung kicauan. Banyak ornitholog dan konservasionis kelas dunia yang melakukan penelitian burung kicauan di Sulawesi. Sejauh ini tercatat 96 spesies burung endemik di Sulawesi, salah satu di antaranya adalah burung kadalan sulawesi / yellow-billed malkoha (Rhamphococcyx calyorhynchus).

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Burung kadalan sulawesi yang merupakan burungendemik Sulawesi
Burung kadalan sulawesi, satwa endemik di Sulawesi.

Meski bukan termasuk jenis burung popular, alias tak banyak dijadikan burung piaraan, kadalan sulawesi memiliki berbagai perilaku unik, bahkan memiliki keterkaitan dengan satwa lain termasuk jenis primata endemik di Pulau Sulawesi.

Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...

Burung kadalan sulawesi memiliki postur tubuh cukup besar. Panjang tubuhnya sekitar 51 – 53 cm dan ekornya juga panjang. Tubuh bagian atas berwarna merah marun, mahkota dan bagian muka kelabu gelap, sementara sayap ungu gelap.

Bagian tenggorokan dan dada berwarna merah, perut kelabu gelap. Iris mata merah. Paruh tebal berwarna kuning, di mana bagian atasnya melengkung, ujung paruh hitam bernoktah putih. Sepintas lalu memiliki kemiripan dengan burung kadalan birah, namun berbeda warna bulunya.

Ada tiga subspesies / ras burung kadalan yang ada di Sulawesi, yaitu:

  • Rhamphococcyx calyorhynchus calyorhynchus: Tersebar di wilayah utara, timur, dan tenggara Sulawesi, serta Kepulauan Togian. Ciri-cirinya adalah memiliki warna lebih gelap.
  • Rhamphococcyx calyorhynchus meridionalis : Tersebar di wilayah tengah dan selatan Sulawesi. Ciri-cirinya adalah mahkota dan tubuh bagian bawah terlihat lebih pucat.
  • Rhamphococcyx calyorhynchus rufiloris: Tersebar di Butung, dengan ciri-ciri bulu di atas kekang berwaran merah-karat, bukan abu-abu.

Kadalan sulawesi termasuk salah satu anggota keluarga Cuculidae. Seperti diketahui, sebagian besar spesies dari keluarga Cuculidae merupakan burung parasit. Mereka akan menitipkan telurnya pada sarang burung jenis lainnya. Meski belum ada informasi terkait perilaku bersarangnya, namun pernah tercatat anakan burung kadalan sulawesi diasuh burung-madu siparaja (Aethopyga siparaja).

Salah satu perilaku uniknya adalah saat mencari pakan. Mereka melakukannya secara berpasangan. Perilaku unik ini mirip dengan burung rangkong sulawesi (Rhyticeros cassidix).

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis... Dapatkan Aplikasi Omkicau untuk Android di Google Play Dapatkan Aplikasi Omkicau untuk iPhone di App Store

Perilaku unik lainnya adalah hubungan antara burung kadalan sulawesi dan satwa-satwa lainnya, terutama monyet-monyet endemik sulawesi, juga beberapa jenis burung liar seperti srigunting jambul rambut (Dicrurus hottentottus) dan bubut sulawesi (Centropus celebensis).

Dalam hal ini, monyet-monyet, burung srigunting jambul rambut, dan burung bubut sulawesi biasanya akan muncul bersamaan dengan burung kadalan sulawesi.

Hubungan antarspesies / simbiosis itu terjadi saat kadalan sulawesi mencari serangga yang terdapat pada ranting, daun, dan batang pohon. Ketka monyet bergerak dari ranting ke ranting, maka kadalan sulawesi akan mengikuti di belakangnya untuk menyergap serangga yang terbang akibat terganggu gerakan monyet yang menggoyang ranting.

Tak jarang pula burung srigunting jambul rambut dan bubut sulawesi turut bersama mengikuti aksi burung kadalan sulawesi saat berburu serangga. Karena hubungan tersebut, para pengamat dan konservasionis menganggap bahwa keberadaan kadalan sulawesi bisa menjadi indikator dari keberadaan kelompok monyet di hutan-hutan sulawesi.

Hubungan antarspesies itu sebenarnya sudah lama diketahui penduduk setempat. Tak heran jika mereka menyebut kadalan sulawesi dengan nama lain dengan embel-embel monyet. Masyarakat Gorontolao, misalnya, menyebutnya sebagai burung dihe. Adapun masyarakat di Sulawesi Utara menyebutnya burung yaki. Kata dihe dan yaki berarti monyet.

Masyarakat setempat juga memiliki mitos tersendiri mengenai burung kadalan. Masyarakat suku Minahasa dan Mongondow percaya, jika hendak melakukan perjalanan cukup jauh dan di tengah jalan berpapasan dengan burung kadalan sulawesi, mereka akan membatalkan perjalanannya dan segera pulang ke rumah.

Menurut kepercayaan setempat, bertemu dengan burung kadalan dalam perjalanan merupakan pertanda kurang baik dan bisa menjadi pembawa berita buruk jika mereka tetap melanjutkan perjalanan.

Ah, namanya juga mitos, tidak mempunyai dasar ilmiah. Meski demikian, kita harus tetap menghargainya sebagai kearifan lokal.

Suara kicauan burung kadalan sulawesi (klik di sini)

Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.

BURUNG SEHAT BERANAK PINAK… CARANYA? PASTIKAN BIRD MINERAL DAN BIRD MATURE JADI PENDAMPING MEREKA.

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.