Mengapa murai batu dari pulau-pulau kecil di sebelah barat Sumatera berekor hitam?

KETIK DI KOLOM BAWAH INI 👇🏿 SOLUSI MASALAH BURUNG YANG PINGIN ANDA CARI…

Beberapa waktu lalu, Om Kicau pernah menurunkan artikel berjudul Ragam murai batu ekor hitam di Sumatera. Jika dicermati, sebagian besar murai batu ekor hitam itu berasal dari pulau-pulau kecil yang terletak di sebelah barat Pulau Sumatera.

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Di Aceh, misalnya, murai batu ekor hitam terdapat di kawasan hutan pada pulau-pulau kecil seperti Simeulue (terutama di Sinabang), Lasia, Breueh (khususnya di Lampuyang), serta Sabang.  Simeulue dan Lasia berada di sisi barat Pulau Sumatera, sedangkan Sabang dan Breueh berada di sisi baratlaut Sumatera.

murai batu ekor hitam
Peta sebaran murai batu ekor hitam di Aceh

Selain di Aceh, murai blactail juga dijumpai di Kepulauan Nias dan Kepulauan Mentawai (khususnya daerah Pagai). Kedua gugus pulau ini juga berada di sebelah barat Sumatera. Nias termasuk wilayah administratif Provinsi Sumatera Utara, sedangkan Mentawai berada di Provinsi Sumatera Barat.

Karena habitatnya berada di pulau-pulau kecil dan / atau gugus pulau (kepulauan), tidak heran kalau murai batu ekor hitam sering disebut sebagai murai batu kepulauan. Hal ini berbeda dari murai batu biasa (ekor putih) yang habitatnya di daratan Sumatera, baik di daerah hutan pegunungan, ngarai / air terjun, maupun kawasan pesisir pantai.

Murai batu Natalia -- ekor full hitam
In memorial murai batu Natalia: Ekornya full hitam.

Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.

Terus terang, Om Kicau sebelumnya tidak mencermati “keunikan” ini. Karena lebih fokus memberikan deskripsi tentang jenis-jenis murai batu ekor hitam berdasarkan daerah asalnya, fakta bahwa murai blacktail hanya dijumpai di pulau kecil sebelah barat Sumatera ini luput dari pengamatan Om Kicau.

Sampai suatu ketika, ada inbox dari Om Yono (Madiun) yang masuk melalui akun facebook Om Duto Sri Cahyono, yang memberikan link artikel yang mungkin bisa memberi jawaban mengenai keunikan tersebut.

Ya, ada artikel menarik yang dimuat di IFL Science (edisi Sabtu, 25 Juli 2015) berjudul Dark coloration migh help birds survive on smaller islands (Warna gelap mungkin membantu burung bertahan hidup di pulau-pulau kecil).

Artikel yang ditulis Josh L Davis ini memang tak spesifik menunjuk pulau-pulau kecil di sebelah barat Sumatera, bahkan tak menjadikan murai batu ekor hitam sebagai contohnya. Tetapi artikel ini paling tidak dapat memberi penjelasan mengapa murai batu di sebelah barat Pulau Sumatera memiliki ekor yang dominan hitam.

Murai batu ekor hitam
Murai batu ekor hitam dari Nias.
Murai batu ekor hitam
Murai batu ekor hitam dari Sinabang, Pulau Simeulue.

Berikut ini terjemahan bebas artikel tersebut, disertai referensi lain dan penafsiran dari Om Kicau:

Hewan-hewan yang dijumpai di pulau-pulau kecil diketahui memiliki perkembangan aneh. Beberapa tikus dan burung mempunyai ukuran tubuh yang lebih besar, sedangkan mammoth dan gajah justru memiliki ukuran lebih kecil, dibandingkan dengan spesies sejenis di luar pulau kecil.

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis... Dapatkan Aplikasi Omkicau untuk Android di Google Play Dapatkan Aplikasi Omkicau untuk iPhone di App Store

Keunikan lainnya, hewan-hewan di pulau kecil bersifat melanism atau memiliki warna hitam (note:  (pengaruh dari pigmen melanin yang mempengaruhi warna hitam pada manusia / hewan).

Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa ukuran / luas pulau dapat dijadikan tengara mengenai tinggi dan rendahnya sifat melanistik pada spesies burung. Makin sempit pulau, makin tinggi pigmen melaninnya.

Para peneliti dari Universitas Miami mengadakan riset di 13 pulau yang ada di Kepulauan Solomon. Mereka menjumpai burung chestnut-bellied monarch (Monarcha castaneiventris) memiliki bulu-bulu berwarna hitam.

Spesies burung yang termasuk dalam keluarga Monarchidae ini memiliki beberapa kerabat dekat di Indonesia, misalnya kehicap merah, kehicap pulau, kehicap muka-hitam, kehicap tutul, dan berbagai jenis kehicap lainnya.

Sesuai dengan namanya, burung kehicap monarch pada umumnya memiliki perut berwarna cokelat berangan. Warna ini hampir sama seperti bulu-bulu di bagian perut murai batu. Tetapi kehicap yang ada di Kepulauan Solomon umumnya memiliki perut berwarna hitam. Silakan lihat gambar di bawah ini:

burung kehicap monarch
Burung kehicap monarch umumnya memiliki perut cokelat berangan (kiri). Tetapi kehicap monarch di Kepulauan Solomon berperut hitam (kanan).

“Saya pikir ini akan menjadi spesies sempurna untuk menjawab berbagai pertanyaan tentang ekologi keragaman bulu dan asal-usul spesies,” ungkap J Albert Uy, salah seorang peneliti yang ikut menulis hasil riset ini dan dipublikasikan dalam The Auk: Ornithological Advances. Tim peneliti membutuhkan waktu lebih dari satu dekade untuk melakukan riset di Solomon.

Disebutkan, makin kecil ukuran sebuah pulau, makin tinggi pula frekuensi penemuan burung-burung berbulu hitam. Fenomena ini bukan hanya dijumpai pada burung, tetapi juga pada beberapa hewan mamalia dan ikan.

Beberapa riset lainnya mengisyaratkan adanya hubungan antara melanism dan agresi terutama pada  mamalia dan ikan, dan mungkin juga pada burung.

Para peneliti lantas berspekulasi, pulau-pulau kecil membuat burung-burung yang ada di dalamnya harus bersaing ketat dalam memperoleh pasangan masing-masing. Mereka harus sanggup bertahan hidup dan mengembangkan keturunan-keturunannya.

Persaingan ketat ini memunculkan watak agresif, dan meningkatkan kadar melanin dalam tubuhnya. Inilah yang membuat beberapa warna non-hitam, seperti cokelat berangan pada kehicap monarch, hilang dan berganti menjadi hitam.

Note: Dalam kasus burung murai batu, bagian ekor yang semula hitam dan putih berubah menjadi hitam atau sangat dominan hitam, karena tingginya kadar melanin.

“Pola keanekaragaman hayati di pulau-pulau sangat penting untuk memahami perilaku mendasar dalam ekologi dan evolusi. Albert Uy dan Vargas-Castro mengungkapkan pola menarik dari melanism dan ukuran pulau,” tutur Rebecca Safran dari Universias Colorado, mengomentasi hasil riset Albert Uy dan kawan-kawan.

Menurut Om Kicau, hasil penelitian ini sedikit banyak bisa menjawab mengapa murai batu yang ada di pulau-pulau kecil sebelah barat Sumatera memiliki ekor hitam. Salah satunya adalah tereduksinya pigmen lain di bagian ekor, sehingga yang ada hanya melanin, atau setidaknya pigmen ini sangat dominan.

Meski demikian, masih ada dua kegundahan yang belum terjawab:

  • Mengapa di bagian perut murai batu ekor hitam tetap ada pigmen selain melanin, sehingga perutnya masih cokelat berangan?
  • Mengapa bagian punggung bawah (berbatasan dengan pangkal ekor) tetap berwarna putih, tidak hitam?

Adakah yang bisa membantu memberikan jawaban? Silakan berkomentar.

Lihat juga artikel lain mengenai murai batu ekor hitam:

Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.

BURUNG SEHAT BERANAK PINAK… CARANYA? PASTIKAN BIRD MINERAL DAN BIRD MATURE JADI PENDAMPING MEREKA.

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.

3 Comments

  1. Jgn lupakan Maratua shama (Copshycus malabaricus ras barbouri)
    Murai blacktail bertopi haji (kepala putih) khas/endemik pulau Maratua Kab. Berau, Kalimantan Timur
    referensi : Borneo Bird Images

  2. mungkin habitat di pulau2 barat sumatera gak se ekstrim di kep.solomon om. hingga cukup ekornya yang berubah warna sudah cukup menguntungkan. atau mungkin burungnya keburu habis diburu, hingga gak bisa diketahui perkembangan selanjutnya. evolusi butuh waktu yang lama. juga ingat om, di pulau luzon filipin ada murai bulunya item semua.

  3. ane setuju si kalo burung yang burung berwarna hitam akan lebih sulit di intai sama binatang pemangsa lain, mungkin itu yang bikin murai barat sumatra berwarna hitam.

Komentar ditutup.