Manchester United dan Pemilihan Kepala Daerah, adakah hubungan di antara keduanya? Ada. Paling tidak, itulah yang ada di benak saya seusai menonton kekalahan tragis MU dari Arsenal dalam final Piala FA Sabtu malam lalu. Setidaknya, para calon kepala daerah bisa-bisa bernasib sama dengan MU yang meski mampu menggempur habis-habisan gawang Arsenal sepanjang 120 menit permainan, kesebelasan ini harus menerima kenyataan pahit, kalah adu penalti.

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Seperti halnya kompetisi menapaki tangga juara di ajang sepakbola, maka para calon kepala daerah tidak hanya butuh uang. Mereka membutuhkan taktik dan strategi yang jitu. Lebih dari itu, mereka juga memerlukan “tangan Tuhan”.

Sama seperti halnya MU yang memerlukan suntikan dana besar sampai-sampai harus menjual diri ke pemodal asing, para calon kepala daerah pun perlu membobol tabungan dan bahkan berutang sana-sini. Sama seperti halnya MU yang membutuhkan taktik dan strategi jitu dari seorang Alex Ferguson, maka para calon kepala daerah membutuhkan tim sukses yang taktis dan cerdas. Dan sama pula halnya dengan MU, para calon kepala daerah akan kehilangan keberuntungan ketika Dewi Fortuna enggan menyapa mereka.

Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...

***

Ketika para pendukung MU di Inggris memersoalkan pembelian saham oleh pemodal dari Amerika Serikat, maka di sekitar kita banyak pula yang memersoalkan masalah keuangan para calon kepala daerah. Memang demikianlah yang ada di benak saya tentang apa kira-kira hubungan antara MU dan Pilkada. Meskipun hubungan itu ada karena saya ada-adakan, toh tidak bisa dipungkiri, uang memegang peran dalam dua kasus itu.

Ketika para pendukung MU bertanya-tanya tentang nasib MU setelah dikuasai oleh orang asing, maka kita pun bertanya-tanya tentang jumlah rupiah uang yang harus dikeluarkan para calon kepala daerah untuk menuju ke kursi kekuasaan. Juga, dari mana mereka mendapatkan uang; bagaimana mengembalikan “modal” setelah terpilih; atau, bagaimana kalau tidak terpilih.

Untuk pertanyaan tentang uang calon kepala daerah, beragam jawaban bermunculan. Soal jumlah uang yang harus dikeluarkan, rata-rata kita bisa menjawabnya. Sebab, jawabnya sangat sederhana: Banyak sekali! Sedangkan untuk pertanyaan lainnya, jawaban kita hanya berdasarkan dugaan-dugaan. Hanya saja, umumnya jawaban itu disertai embel-embel “katanya”. Entah kata siapa, tidak ada yang bisa memastikan.

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

Tentang modal para calon dari kalangan swasta untuk merebut kursi kekuasaan,, ada yang bilang (ini istilah lain dari “katanya”) rata-rata memang sudah punya uang. Tapi, ada pula yang bilang, mereka mendapat sokongan patungan dari sejumlah kawan. Sedangkan untuk para mantan kepala daerah yang kemudian menjagokan diri, ada yang bilang memang sudah dikumpulkan sejak dia masih berkuasa. Tapi sama dengan calon dari kalangan swasta, mantan pejabat itu juga mendapat sokongan dari kanan-kiri.

Sedangkan untuk pertanyaan apa yang bakal dilakukan para calon itu untuk mengembalikan “modal” jika terpilih, apalagi kalau mendapat modal “sokongan”, rata-rata jawaban yang diberikan bernada sinis dan berprasangka buruk. Ada yang menyebut “pasti membuat proyek”, ada juga yang langsung menuduh, “ya, korupsi.” Sedangkan untuk pertanyaan kalau mereka gagal dalam perebutan kursi kekuasaan, jawabannya hampir seragam dan pasti: Bangkrut!

***

Maka jelaslah hubungan antara MU dan Pilkada. Seperti halnya kompetisi di dunia sepakbola yang ditapaki MU, kompetisi menuju kursi kekuasaan bukan hanya menuntut ketersediaan uang yang sangat banyak dari para calon kepala daerah. Namun demikian faktor uang memang bukan faktor mutlak.

Chelsea, salah satu seteru MU di Liga Inggris misalnya, adalah salah satu contoh kasus lain dalam soal menapaki liku-liku kompetisi. Meski Chelsea royal dalam membelanjakan uang untuk merekrut pemain-pemain bola hebat, belum tentu tim ini mampu menapaki tangga juara liga kalau tidak disertai kepiawaian Jose Mourinho, sang pelatih. Taktik dan strateginya telah mengantar kesuksesan timnya.

Demikianlah kenyataannya. Meskipun uang bertumpuk, bukanlah jaminan bagi siapa saja untuk bisa merebut kursi kekuasaan. Calon yang tidak didukung taktik dan strategi yang pas untuk menyiasati segala lika-liku perjalanan Pilkada, pastilah tak bakalan memenangi kompetisi.

Lebih dari itu, bagi yang percaya, maka Tuhan di atas segala-galanya. Piala Dunia 1986 akan berakhir lain seandainya wasit melihat bagaimana Diego Maradona menaklukkan kiper Inggris, Peter Shilton, dengan tangannya. Karena tanpa ketahuan wasit itulah Maradona berucap kalau gol yang diciptakannya berkat bantuan Tuhan. “Tangan Tuhan,” kata Maradonna, maka tangan Tuhan pula yang akan ikut menentukan hasil Pilkada kita. Itu pasti.

(Duto Sri Cahyono, SOLOPOS, 23 Mei 2005)

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.