Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Kompleksnya faktor penyebab kegagalan vaksinasi menuntut peternak untuk tanggap terhadap kondisi vaksin, hewan serta lingkungannya. Karenanya, kemampuan yang memadai tentang seluk beluk vaksin dan segala aspeknya sangat diperlukan guna berhasilnya tindakan vaksinasi.

Perkembangan dunia obat-obatan ternak saat ini sudah sangat maju, sehingga dipasaran terdapat puluhan bahkan ratusan jenis obat dari berbagai merk, baik impor maupun produksi dalam negeri. Namun tidak semua penyakit dapat disembuhkan oleh berbagai obat tersebut, atau kalaupun dapat diobati sempat menimbulkan kerugian yang tidak sedikit.

Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...

Atas dasar hal tersebut, kemudian timbul usaha-usaha untuk mencegah berjangkitnya suatu penyakit diantaranya melalui vaksinasi.menurut Heru Suripta (1991), prinsip umum dari vaksin dan vaksinasi adalah diperolehnya tanggap kebal (immunoprofilaksis) oleh akseptor sehingga immunitas

ternak meningkat sampai level yang dikehendaki dan dapat terhindar dari kemungkinan infeksi oleh organisme yang sejenis. Vaksin yang ideal sebaiknya memberi kekebalan yang tinggi dan berlangsung lama. Kekebalan ini sebaiknya diperoleh oleh hewan yang

divaksin maupun oleh fetus yang dikandung (bila sedang bunting). Oleh karena tanggap kebal bisa didapat ternak dari infeksi alami maupun dari induk, maka hendaknya vaksin bersifat mantap, baik untuk vaksinasi massal dan dapat merangsang tanggap kebal yang

tidak dapat dibedakan dari akibat infeksi alami, sehingga vaksinasi dan pemberantasan penyakit berlangsung serentak.

Salah satu tujuan pemeliharaan ternak adalah keuntungan ekonomi. Maka sudah seharusnya bila vaksin berharga murah dan mestinya bebas dari efek samping yang merugikan, atau dampak yang ditekan seminimal mungkin.

Namun perlu disayangkan, dua prasyarat sebagai vaksin yang ideal yaitu antigenitas yang tinggi dan tidak ada efek samping yang merugikan cenderung tidak serasi. Vaksin hidup (vaksin yang berisi organisme hidup) mampu merangsang tanggap kebal yang baik, tetapi masih dapat membahayakan ternak karena kemungkinan masih ada virulensi yang tertinggal.

Sedangkan vaksin mati merupakan vaksin yang aman tetapi tidak merangsang tanggap kebal yang baik.

Sebab kegagalan vaksinasi

Tujuan utama dari vaksinasi adalah untuk mengindari kerugian akibat serangan penyakit tertentu, dengan memberikan kekebalan pada hewan dengan terhadap penyakit yang dimaksud. Oleh karena itu dalam pelaksanaan vaksinasi harus mengacu pada beberapa hal, antara lain : tanggap kebal harus benar-benar melindungi hewan dari penyakit yang dimaksud, harus diketahui identitas organisme penyebab penyakit, dan

resiko penggunaan vaksin tersebut tidak melebihi resiko yang diakibatkan oleh penyakit itu sendiri. Namun demikian kegagalan vaksinasi masih sering ditemui di lapangan, walaupun kriteria-kriteria sudah vaksin dipenuhi. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain :

a. Faktor vaksin

Kekebalan vaksinasi dapat terjadi bila ternyata galur organisme antara vaksin dan penyebab penyakit tidak cocok. Akan sama halnya bila ternyata vaksin tidak efektif.

Hal ini bisa terjadi bila vaksin mengalami kematian, misalnya akibat penanganan yang kurang benar seperti kesalahan dalam penyimpanan dan perlakuan-perlakuan lain yang dapat merusakkan vaksin.

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

b. Pelaku vaksinasi dan kondisi saat vaksinasi

Adakalanya karena suatu sebab tertentu, vaksinator tidak memberikan vaksin sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Sebagai akibatnya, vaksin tidak mampu memberikan perlindungan yang optimal. Bisa juga vaksin diberikan sesuai dosis yang dianjurkan, tetapi tidak mencapai sasaran, misalnya pada pemberian vaksin dengan metode aerosol atau melalui minuman/makanan.

Bila earosol tidak tersebar rata di seluruh ruang atau sebagian dari hewan tidak cukup mendapatkan minum/makan karena sebab-sebab tertentu, maka kegagalan vaksinasi dapat terjadi.

Keadaan lingkungan yang terlalu panas pada saat dilakukan vaksinasi, apalagi sinar matahari sampai mengenai vaksin, maka keadaan tersebut dapat menurunkan atau bahkan menghilangkan efektifitas vaksin.

Penggunaan alkohol yang berlebihan saat vaksinasi atau mencampur vaksin dengan antibiotik juga dapat mengakibatkan matinya vaksin yang pada gilirannya mengakibatkan kegagalan vaksinasi.

c. Faktor hewan

Hewan yang baru lahir sudah otomatis secara pasif dilindungi oleh antibodi asal induk, sehingga vaksinasi yang dilakukan pada waktu dini tidak mungkin akan berhasil dengan baik. Vaksinasi dapat berhasil dengan baik bila kekebalan pasif telah surut. Karena surutnya kekebalan pasif ini sulit diketahui kapan, maka vaksinasi harus dilakukan paling tidak 2 kali. Partodiharjo (1990) menjelaskan bahwa tanggap kebal merupakan proses biologis yang tidak pernah memberikan perlindungan mutlak dan tidak pernah sama pada semua anggota dari suatu populasi yang divaksinasi.

Sebab itulah tidak mungkin seluruh populasi hewan dapat terlindungi oleh tindakan vaksinasi. Kegagalan vaksinasi dapat juga terjadi bila pada saat dilakukan vaksinasi keadaan tanggap kebal hewan tertekan. Ini bisa terjadi misalnya oleh investasi parasit yang berat atau malnutrisi serta dalam masa inkubasi.

Stress yang dialami oleh hewan kerena berbagai sebab, juga panas yang sangat, dapat menekan kemampuan tanggap kebal seekor hewan.

Guna mendukung berhasilnya vaksinasi, observasi terhadap hewan yang akan divaksin serta penentuan saat yang tepat untuk vaksinasi sangat diperlukan. Kondisi hewan yang benar-benar sehat dengan kondisi lingkungan yang mendukung, disertai pelaksanaan vaksinasi yang cermat dan tepat diharapkan lebih menjamin keberhasilan vaksinasi.

Tes titer antibodi bagi hewan setelah divaksinasi juga dianjurkan. Hal ini dapat digunakan sebagai kontrol terhadap hasil vaksinasi yang dilakukan.

Bila ternyata titer antibodi belum mencapai tingkat yang dikehendaki maka vaksin ulangan dapat diberikan segera sehingga kerugian akibat kegagalan vaksinasi dapat dihindarkan.

PI/dw

Silakan mengkutip dan atau meng-copy isi tulisan ini dengan menyebutkan sumbernya : www. poultryindonesia.com

Salam,

Duto Solo

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.