Berbagai upaya untuk menentukan jenis kelamin burung (sexing) monomorfis (jantan betina tidak menunjukkan perbedaan tampilan) sudah dilakukan. Tetapi semuanya buntu. Kesimpulan paling umum adalah “saran” perlunya metode molecular sexing, yakni menentukan jenis kelamin burung berdasarkan analisis DNA.

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Betul memang, banyak spesies burung telah ditentukan dengan molecular sexing seperti famili burung-burung paruh bengkok (Psittacidae) asal Amerika Selatan. Metode tersebut memiliki banyak keunggulan, misalnya seperti tidak mengancam keselamatan sampel, tidak tergantung pada usia dan memberikan hasil yang akurat. Kelemahannya, di samping mahal molekular sexing hanya bisa dikerjakan di laboratorium, dan belum banyak laboratorium di Indonesia yang bisa mengerjakan hal tersebut.

Simpulan dan saran itu antara lain datang dari Sang Putu Kaler Surata (FPMIPA IKIP Saraswati Tabanan, Bali). Dia memberikan simpulan tersebut setelah melakukan penelitian berjudul THE PATTERN AND SIZE OF JAVA SPARROW (PADDA ORYZIVORA) WHITE CHEEK PATCH.

Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...

Java sparrow itu maksudnya adalah gelatik. Dia meneliti bercak putih (salah satu cirri khas) pada burung gelatik untuk menentukan jenis kelamin

Mengapa burung gelatik?

Surata mengatakan bahwa populasi gelatik di Pulau Jawa dan Bali menurun tajam dalam 20 tahun terakhir. Keadaan tersebut disebabkan oleh berbagai faktor seperti penangkapan dan perdagangan dalam jumlah besar-besaran baik untuk pasar domestik maupun internasional, penggunaan pupuk dan pestisida pada lahan pertanian, kalah bersaing dengan burung gereja (Passer montanus), perubahan pergiliran tanaman padi dan berbagai penurunan mutu serta perusakan ekologi.

Kepunahan mengancam gelatik jika penurunan populasi tetap dibiarkan. Oleh karena itu diperlukan berbagai upaya untuk melestarikan populasi gelatik. Program penangkaran secara ex situ (captive breeding) merupakan komponen penting dalam upaya konservasi. Program tersebut dapat menghasilkan individu baru untuk diintroduksikan kembali ke alam, memenuhi kebutuhan pasar, sebagai hewan cadangan dalam pembangunan populasi baru dan bisa digunakan untuk melindungi individu-individu spesies yang masih tertinggal akibat populasinya menurun sangat tajam.

Salah satu kesulitan dalam penangkaran gelatik adalah menentukan jenis kelamin. Gelatik termasuk burung monomorf karena burung jantan dan betina memiliki bentuk dan warna tubuh yang sama. Surata (2001) mengukur beberapa karakter morfometri gelatik, tetapi tidak berhasil meneguhkan dimorfisme seksual pada burung tersebut.

Akan tetapi upaya untuk mengmenentukan jenis kelamin gelatik harus terus dilakukan. Sebab hanya dengan mengetahui jenis kelamin secara akurat baru dapat dibangun populasi dalam penangkaran dengan komposisi jenis kelamin berimbang. Hal itu berarti penentuan jenis kelamin merupakan faktor kunci bagi keberhasilan reproduksi burung dalam penangkaran. Dengan demikian penentuan bercak putih pada gelatik dalam upaya meneguhkan dimorfisme seksual perlu dilakukan.

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

Bagaimana hal itu dilakukan?

Pengamatan dan pengukuran morfometri dilakukan dengan menggunakan 32 spesimen gelatik yang terdiri atas 16 spesimen jantan dan 16 spesimen betina. Semua spesimen yang digunakan milik Balitbang Zoologi Puslitbang Biologi LIPI Cibinong.

Pola bercak putih diamati dengan menggunakan plastik bening yang ditempelkan di atas bercak putih, kemudian alur pinggiran bercak diikuti dengan memakai spidol. Sedangkan panjang dan lebar bercak putih diukur menggunakan kaliper dengan tingkat ketelitian 0,05 mm. Uji-t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan panjang, lebar dan rasio panjang terhadap lebar (P/L) antara bercak putih pada burung jantan dan betina.

Hasil penelitian

Secara umum, ternyata, disimpulkan bahwa burung gelatik jantan dan betina “belum bisa dibedakan” berdasar metode itu. Salah satu kelemahan dalam dalam penggunaan pola dan ukuran bercak putih sebagai indikator jenis kelamin disebabkan bercak putih gelatik terbentuk secara perlahan-lahan bersamaan dengan perkembangan tubuh burung. Dengan begitu tidak tertutup kemungkinan perbedaan pola dan ukuran bercak putih lebih berhubungan dengan usia dibanding jenis kelamin.

Selain itu, jumlah sampel yang relatif kecil kemungkinan juga menjadi kelemahan dalam pengamatan ini. Observasi bercak putih terhadap jumlah sampel yang lebih besar dan terdiri atas berbagai usia diharapkan dapat memperlihatkan perkembangan pola bercak putih pada gelatik.

Beberapa karakter morfometri lain masih perlu dikaji dalam upaya mencari faktor pembeda jenis kelamin yang mudah dan murah sehingga memungkinkan dilakukan oleh penangkar-penangkar kecil. Ada kemungkinan intensitas warna paruh dapat dijadikan sebagai faktor pembeda jenis kelamin. Islam (1997) menyebutkan banyak individu gelatik betina kemungkinan dapat dibedakan dari burung jantan karena memiliki warna paruh yang lebih pucat.

Sedangkan Price dan Birch (1996) menggunakan tingkat kecerahan warna bulu dalam mengkaji dimorfisme seksual pada burung-burung paserin. Disamping itu rasio antara panjang dan lebar paruh atas juga diperkirakan berpotensi sebagai faktor pembeda jenis kelamin gelatik. Nurjito, (pers comm.) menduga ukuran paruh atas gelatik jantan lebih besar dibanding gelatik betina.

Nah, ternyata akhirnya memang, bahwa Surata mengatakan jika upaya pembedaan jenis kelamin dengan menggunakan karakter morfologi tidak berhasil maka salah satu cara efektif untuk mengenali jenis kelamin gelatik adalah dengan cara molecular sexing, yakni menentukan jenis kelamin burung berdasarkan analisis DNA.

Tetapi sebagaimana saya sebutkan di awal tulisan ini, meski metode ini memiliki banyak keunggulan, tetapi molekular sexing sangat mahal dan hanya bisa dikerjakan di laboratorium. Celakanya, belum banyak laboratorium di Indonesia yang bisa mengerjakan hal tersebut.

Inilah salah satu contoh betapa menentukan jenis kelamin burung monomorfiks bukan pekerjaan yang mudah.

Duto Sri Cahyono

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.

-7.550085110.743895