Sebagaimana disebutkan pada artikel pertama, naiknya popularitas lovebird turut memacu harga burung tersebut di pasaran. Tak sekedar di komunitas pemain lapangan, kalangan kolektor pun terus berburu burung yang pamornya memang sedang populer ini, bedanya pemain lebih mementingkan burung bersuara tarikan panjang-panjang lain halnya para pengkoleksi cenderung mengejar warna-warna eksotik dan antik.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Yang lazim diburu, jenis warna bulu blorok yang kini jadi trend kalangan penggila lovebird sebagai barang koleksi.
Nilai harga tak jadi soal, bagi mereka yang penting warnanya eksotik dan antik. Syukur-syukur didukung suaranya yang panjang.
Fenomena ini pula yang ditangkap para pedagang yang punya niat cari keuntungan besar dalam waktu sesaat. Sudah banyak penggemar lovebird kecele karena keburu nafsu membeli burung yang konon warnanya blorok tapi ternyata aspal alias asli tapi palsu.
Padahal kocek yang dirogoh lumayan juga guna mendapatkan burung yang diinginkannya. “Ternyata, warna-warna tersebut bikinan, disepuh dengan cat warna tertentu membuat burung tampak punya warna eksotik dan langka,” ungkap Goes KM, lovebird mania di kawasan Cengkareng Jakarta Barat perihal aksi tipu muslihat yang menimpa rekannya ini.
Goes tak hanya sekedar berucap, contoh kasus ini yang pernah dialami rekan sejawatnya di perburungan yang jadi korban tipu daya para pedagang yang tak bertanggung-jawab.
Ceritanya begini, suatu ketika, sang rekan ditawari seekor lovebird dengan warna unik, kepala putih polos sedangkan bulu bagian body berwarna biru. Harganya sih memang tak seberapa mahal, di kisaran hampir Rp 2 jutaan.
Singkat cerita, sang teman langsung kepincut karena tergiur harga miring, sementara warnanya antik. Karena warna tersebut terbilang langka. Apa lacur, tiga pekan kemudian warna putih polos di bagian kepala tersebut terus memudar menjadi kehitaman.
Rupanya, belum genap sebulan warnanya kembali ke asal, warna hitam di bagian kepala. “Padahal lovebird warna tersebut harganya paling mahal delapan ratus ribu, karena dicat putih polos, jadi dua kali lipat harganya,” ungkap Goes perihal kejadian yang menimpa kawannya ini.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Menurut Goes yang juga breeder lovebird, sebenarnya, untuk mengenali warna asli atau bikinan pada lovebird itu menyangkut jam terbang seberapa lama kita menekuni jenis burung ini. Semakin lama akan lebih mudah memahami warna bulu asli atau bukan.
Ada beberapa warna standar yang kerap dijadikan sarana tipu daya. Yang paling mudah adalah warna hijau standar, pastel hijau dan kuning.
Untuk itu dia menyarankan, bilamana ada yang menawarkan seekor warna lovebird dengan warna-warna tertentu, sebaiknya dipertimbangkan dulu. Jangan keburu nafsu, karena takut burung tersebut keburu dibeli orang. Kalau memang belum faham, ada baiknya bertanya kanan-kiri teman-teman yang sudah faham. Bila perlu lihat fotonya terlebih dahlu.
Lalu, kita lihat latar belakang si penjual, breeder atau bukan. Kalau breeder biasanya ada asal-usul indukannya. Kalaupun memang sudah berniat membeli, sepakati terlebih dahulu, burung bergaransi, minimal 3 bulan. “Kalau warna asli sudah tiga bulan akan tetap sama meskipun saat mabung. Lain halnya hasil sepuhan, belum sebulan kalau kena air terus warnanya luntur,” ingatnya.
Menurutnya, blorok asli biasanya blorok dominan, artinya, bloroknya memang asli dan gen yang diturunkan ndukannya. Blorok dominan adalah yang disebut blorok asli hasil silangan indukan blorok juga meskipun sudah bertahun-tahun tidak akan berubah.
Meskipun warnanya green yellow atau green violet dengan aneka macam corak bercak warna ini, warna bulu dasar tetap putih polos.
Jenis burung ini memang agak sulit produk, berbeda dengan loverbird pada umumnya. Karakter burung lebih sensitif, produksi telur juga terbatas. “Sudah 10 bulan saya menunggu, baru sekarang ini mau mengerami,” jelas Goes.
Karena tingkat kesulitannya yang tinggi dan warnanya antik ini yang membuat anakan bloroknya diantri kalangan penggemar lovebird. Harga yang dipatoknya juga lumayan tinggi, di kisaran Rp 2,5 juta untuk seekor anakan blorok dominan. (Agrobis Burung – Bersambung)