Pernah Anda menjumpai burung yang tiba-tiba mati seakan tanpa sebab? Tiba-tiba kejang, dan dilanjut menggelepar di pojok sangkar dan tewas? Ternyata eh ternyata berzina burung pun juga sering menderita penyakit seperti yang dialami manusia. Ya jantungan, ya diabetes ya juga sakit ginjal. Nggak percaya?
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Semula saya juga hanya menduga-duga saja bahwa burung pun bisa menderita berbagai penyakit seperti manusia dan juga bisa tiba-tiba ditemukan mati dalam kondisi awal masih segar bugar. Sebab, itulah beberapa keluhan yang masuk ke saya via telepun, baik SMS ataupun telepun langsung.
Contohnya adalah dari Om Marjanto di Surabaya, Om Sutarmin di Mojokerto atau juga kasus lovebird Om Dwi Lovebird Jogja. Semuanya “tewas tanpa sebab”.
Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
Kalau burung tledekan yang tewas karena “jantungan”, maka ini adalah kasus burungnya Om Basori majikan sangkarburung.com. Tledekan jawaranya yang sudah ditawar pemain lain seharga jutaan rupiah, tewas hanya beberapa menit setelah sangkarnya dilewati tikus.
Begitu ada tikus lewat di atas sangkar, dan kebetulan Om Basori melihatnya, tledekan langsung menggelepar persis orang sakit jantung. Begitu diambil dari sangkar, burung itu hanya terlihat kejang-kejang sebentar, dan mati di telapak tangan Om Basori.
Bagaimana burung bisa jantungan? Kalau sempat silahkan baca artikel di link ini. Tetapi kalau tidak sempat, silakan dilanjut baca artikel di bawah ini.
Dari cacingan sampai soal pizza
Untuk cerita sisi lain masalah jantungan, diabetes ataupun sakit ginjal pada burung, di bawah ini saya kutipkan tanya jawab antara penghobi burung dengan Drh Dharmojono seperti ditulis di Aneka Permasalahan Burung dan Ayam Hias.
Tanya:
Kami pernah mengunjungi dokter hewan untuk berkonsultasi tentang burung kami yang pada waktu itu dalam fesesnya ada cacing. Setelah memberikan obat cacing, dokter juga memberi nasehat agar burung kami diberi variasi pakan sebanyak mungkin, tidak hanya biji-bijian atau kacang-kacangan saja seperti yang selama ini kami berikan.
Menurut dokter, burung kesayangan yang dipelihara di dalam sangkar dengan pakan yang kurang bervariasi akan mudah sakit-sakitan dan tidak berumur panjang. Nasehat Pak Dokter tersebut kami laksanakan. Burung kami beri wortel, kecambah, jagung segar, dan brokoli secara bergantian.
Ternyata pakan tersebut tidak dimakannya. Akhirnya, kami berikan kembali pakan kesukaannya, yaitu biji-bijian atau kacang-kacangan. Kalau sudah demikian bagaimana lagi, Dokter?
Jawab:
Saudara, apa yang dinasehatkan dokter Anda itu betul karena biji-bijian atau kacang-kacangan kadar lemaknya terlalu tinggi sehingga jika terus menerus memakannya akan menyebabkan penyakit kelebihan lemak darah (hyperlipidaemia) dan menyebabkan penyakit-penyakit organ dalam seperti jantung, ginjal, hati, dan sebagainya.
Dokter Anda lupa memberi tahu bagaimana teknik memberikannya! Hal ini memang pekerjaan sulit persis seperti menasehati perilaku makan remaja-remaja masa kini. Anak-anak kita terbiasa makan fast food seperti hotdog, pizza, hamburger, Mc Donald, dan semacamnya. Makanan-makanan tersebut mengandung kadar lemak yang tinggi dan memang berguna untuk menghangatkan badan bagi orang yang tinggal di daerah yang dingin.
Dengan perkembangan iptek telah dapat dibuat pakaian hangat, mesin penghangat ruangan, dan sebagainya. Dengan adanya perkembangan tersebut sekarang malah mulai disadari bahwa makanan berkadar lemak tinggi tidak menguntungkan bagi kesehatan. Tidak mengherankan kalau sekarang muncul kecenderungan kembali ke alam atau back to nature.
Celakanya lemak itu mengandung aroma yang sedap sebagai pembangkit selera makan dan enak rasanya, sehingga yang terlanjur terbiasa dengan makanan seperti itu seakan-akan ketagihan (addict). Itu pada manusia, bagaimana dengan burung?
Burung tidak punya lidah dalam arti sebagai indera pengecap, melainkan lebih sebagai alat bantu memegang makanan. Burung lebih memilih bentuk makanan dari pada rasa makanan. Adapun bentuk makanan yang paling gampang diambil dengan paruh dan dipegang dengan paruh dan lidah adalah bentuk butir-butiran. Sekali burung mendapat makanan yang paling mudah diambil maka bentuk itulah yang ia akan cari untuk selanjutnya.
Nah, apa yang akan terjadi apabila burung yang sekian lama terbiasa diberi makan dalam bentuk biji-bijian atau butiran sekonyong-konyong diubah dengan bayam, kangkung, wortel, pepaya, pisang begitu saja? Pasti tidak dimakan! Bahkan, burung tersebut akan takut dan terheran-heran melihat barang “aneh” seperti itu! Untuk mengubah perilaku makan burung ke arah mengkonsumsi makanan sehat perlu upaya yang dapat dilakukan dengan penuh kesabaran sebagai berikut:
1. Bentuklah makanan seperti sayuran, umbi-umbian, buah-buahan dan sebagainya sehingga bentuk dan ukurannya seperti biji-bijian atau kacang-kacangan yang selama ini diberikan. Wortel sebagai sumber vitamin A sebaiknya direbus setengah matang.
2. Amati lebih teliti beberapa hari sebelum Anda memulai program merubah perilaku makan burung, yaitu seberapa banyak makanan yang dapat dihabiskan dalam sehari.
3. Berikanlah setengah porsi dari hasil pengamatan (ad. 2), makanan seperti yang biasanya dalam suatu tempat makanan. Berikan setengah porsi lainnya berupa makanan yang telah dibentuk seperti biji-bijian (ad. 1) dalam tempat makanan lainnya. Maksudnya burung akan tetap makan seperti biasanya tetapi tidak cukup kenyang dan tidak juga sama sekali puasa! Rasa laparnya itu akan diisi dengan “petualangan” mencari makanan lainnya dan tentu saja akan mencoba yang ada, yaitu tersedianya makanan di tempat lainnya.
4. Pakan “lainnya” tadi (ad. 1) dapat terdiri dari satu macam (misalnya wortel saja), tetapi berganti setiap harinya agar tidak bosan. Dapat pula pakan terdiri dari beberapa macam setiap harinya agar burung sekaligus dapat pakan bervariasi dan beberapa pengalaman tersebut.
5. Setelah burung mau makan pakan “lainnya” tadi (ad. 1). maka makanan utamanya perlu diganti dengan poultry pellets (makanan untuk ayam komersial berbentuk pelet). Makanan ini walaupun disusun untuk kebutuhan ayam paling tidak sudah mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Untuk masa sekarang telah banyak dijual makanan berbentuk pelet khusus untuk burung.
Demikianlah, semoga dengan ketelatenan dan kesabaran, Anda berhasil sehingga burung-burung terhindar dari penyakit-penyakit metabolisme seperti jantung, diabetes, ginjal, dan sebagainya secara dini!
Yah itulah sobat kicaumania sebuah tanya jawab yang menyiratkan betapa burung pun bisa terkena terkena berbagai macam penyakit seperti yang diderita manusia. Semuanya berawal dari masalah perawatan burung dan khususnya lagi makanan yang diberikan kepada burung.
Bagaimana dengan Anda? Sudah variatifkah pakan yang Anda berikan kepada momongan kesayangan Anda?