Burung nuri kepala hitam, cerita sukses penangkaran Om Naryo Sragen – Lama sebenarnya saya pengin main ke Sragen, ke tempat Om Naryo, sobat lama yang suka menangkar berbagai jenis burung. Salah satu burung tangkaran yang berhasil beranak pinak di sana adalah burung kasturi kepala-hitam atau nuri-merah kepala-hitam (Lorius lory).
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Selain burung nuri merah kepala hitam yang biasa disebut Nuri Irian, Om Naryo sudah sukses juga menghasilkan beberapa anakan berbagai jenis burung seperti cucakrowo, murai batu, kacer, dan anis kembang.
Tangkaran lainnya yang ada saat ini tetapi belum menghasilkan anakan adalah anis merah (jantan masih suka ngamuk si betina dan karenanya masih sering harus dipisah) dan burung cendet.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Ketika saya main ke rumahnya yang terletak di Sragen utara dan dekat dengan aliran Bengawan Solo itu, terdapat beberapa anakan burung hasil penangkaran, yakni murai batu yang sudah gacor, dua pasang anakan cucakrowo yang sedang dimaster dan sepasang anakan nuri merah kepala hitam yang diumbar di kandang penangkaran.
Burung nuri kepala hitam: Awal penangkaran
Menurut Om Naryo yang sehari-hari berprofesi sebagai guru itu, dia tertarik menangkarkan burung nuri dikarenakan burung ini termasuk burung langka meski harganya tidak tinggi-tinggi amat, dibandingkan cucakrowo misalnya.
Awalnya, dia hanya punya seekor nuri tetapi tidak paham jenis kelaminnya. Ketika main ke Pasar Depok Solo, dia melihat nuri kepala merah tetapi dengan kontras warna merah yang berbeda dengan yang sudah dimilikinya di rumah.
Kalau yang di rumah, warna merah pada nurinya sangat menyala dan sangat terlihat kontras antara warna merah dan hitamnya di bagian punggung atau leher belakang.
Sedangkan yang dia temui di pasar yang akhirnya dia beli, warna merahnya terkesan dop/ buram dan tidak terlalu kontras antara satu warna dengan warna lainnya.
Dia pun menyimpulkan (belakangan terbukti betul kesimpulannya) bahwa nuri yang di rumah berjenis kelamin jantan sedangkan yang dia beli di pasar berjenis kelamin betina.
Perbedaan lain antara yang bejenis kelamin jantan dan betina, selain dari kekontrasan warna dan “nyala” warna merahnya adalah perbedaan body kedua burung itu.
Nuri merah kepala hitam yang jantan cenderung lebih kecil dan langsing dibanding nuri yang betina.
Burung nuri kepala hitam: Kandang
Setelah mendapatkan sepasang nuri tersebut, mulailah Om Naryo membuat kandang. Besar kandang secara umum hampir sama dengan kandang yang dia gunakan untuk menangkar burung murai batu atau cucakrowo. Panjang lebar sekitar 1 m x 1,25 m dengan tinggi sekitar 1,9 meter.
Dinding kandang dibuat dari strimin logam dan dengan kerangka kayu. Sementara untuk glodok tempat burung bertelur dibuat dari kotakan kayu ukuran panjang 35cm, lebar 20 cm dan tinggi 20 cm. Dan dipasang di pojok atas kandang. Dan pada bagian dalam diberi serpihan sabut kelapa.
Burung nuri kepala hitam: Pakan
Untuk pakan harian burung nuri merah kepala hitam, Om Naryo tidak pilih-pilih pakan khusus. Sering diberi kacang-kacangan, pepaya, wortel, roti dan bahkan nuri itu doyan pelet pakan lele (khususnya untuk anakan hasil tangkaran yang dibesarkan dengan cara diloloh sendiri oleh Om Naryo).
Dua pasang anakan
Saat ini, sepasang burung nuri merah kepala hitam punya Om Naryo sudah beranak sebanyak dua kali, masing-masing dua anakan. Yang sepasang saat ini dipelihara Pak Herman, Sragen, teman Om Naryo, dan sepasang lagi dibesarkan sendiri di kandang umbaran yang berdampingan dengan kandang indukannya.
Ketika saya main bersama isteri ke rumah Om Naryo, ditunjukkan oleh Om Naryo indukan betina yang sekarang sudah terlihat “bengkak” di bagian perut dekat dubur, sebagai tanda siap bertelor lagi.
Asyik sekali memang. Anda tertarik?