Burung pun bisa menderita alergi - gambar ilustrasi dari funtimebirdy.wordpress.com

Tidak hanya manusia atau binatang besar seperti kucing atau anjing, burung pun ternyata bisa menderita alergi. Bukti terbaru, seperti ditulis vetafarm.com, menunjukkan bahwa burung bisa juga menderita akibat alergi. Hanya saja jarang orang pernah mengecek dengan seksama burung peliharaan mereka dan juga belum ada teknologi khusus untuk menentukan apakah seekor burung terkena alergi atau tidak.

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Bagaimana tanda-tanda burung alergi? Karena bulu burung dan kulit mereka sangat tipis, reaksi khas alergi yang bisa kita lihat pada manusia atau hewan lain seperti anjing misalnya, tidak terlihat pada burung. Kita tidak selalu melihat ada tanda “gatal-gatal” pada burung misalnya.

Memang, tanda-tanda umum dari alergi pada burung yang terlihat antara lain burung suka menggaruk dengan paruh bagian tubuh tertentu mereka. Namun perlu dicatat tidak semua burung yang menggaruk karena gatal disebabkan alergi dan tidak semua alergi menyebabkan gatal-gatal.

Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...

Contoh perilaku hewan yang terkena alergi, antara lain adalah burung yang tidak bisa duduk diam, terlihat selalu gelisah dan bergerak  kesana-kemari, berteriak-teriak seolah-olah ada sesuatu yang menggigit dia dan sesekali burung itu menggigit-gigit kaki sendiri.

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

Pada kasus lain, ada burung yang alergi dan terlihat menggigit-gigit kakinya. Setelah dilakukan beberapa percobaan, akhirnya diketahui bahwa burung itu alergi terhadap biji gandum. Begitu biji gandum dihilangkan dari makanan, burung kembali normal.

Pada kasus lain, terjadi pada burung kakatua. Burung ini  awalnya mematuki bulu dada, lalu mencabuti bulu, yang berlanjut pada mematuki kulit sehingga terjadi luka menganga di dada. Burung ini meninggal akibat infeksi yang disebabkan adanya luka di dada tersebut. Dalam artikel di vetafarm disebutkan, para peneliti tidak bisa membuktikan burung ini menderita alergi namun gejala-gejala yang muncul adalah mirip dengan burung pada kasus pertama yang terbukti menderita alergi.

Bagaimana diagnosa alergi dilakukan?

Jika kita bisa mengetahui cara mendiagnosa kasus alergi ini, maka kita akan banyak membantu penyelesaian berbagai kasus penyakit (akibat alergi). Untuk mengetahui apakah burung alergi terhadap suatu benda, dalam hal ini misalnya berbagai jenis makanan yang kita berikan, di beberapa klinik di negara maju dilakukan percobaan sebagaimana tes alergi pada manusia.

Caranya, disuntikkan secara bergantian zat-zat yang terkandung dalam makanan burung seperti misalnya ekstrak gandum, bunga matahari, dan beberapa tanaman alergen serta ekstrak dari berbagai jenis serangga. Kemudian dilihat reaksinya, apakah menyebabkan kulit burung yang disuntik itu bengkak atau tidak. Masalahnya ini adalah Indonesia. Hal-hal semacam itu bisa dianggap sebagai hal yang “berlebihan”.

Tetapi minimal, dengan adanya berbagai kasus dan percobaan yang dilakukan di negara-negara lain dengan para penghobi burung yang sudah “melek” kesehatan burung itu, menjadikan kita, para penghobi burung di Indonesia, lebih sadar bahwa banyak sekali hal yang sebenarnya bisa menyebabkan burung sakit tetapi tidak pernah kita sadari.

Demikianlah sobat, ternyata memang banyak hal yang belum kita ketahui tentang dunia kesehatan burung. Semoga artikel bisa menambah wawasan kita tentang apa dan bagaimana burung bisa sakit dan apa yang telah dilakukan oleh para penghobi burung di negara-negara maju sana.Suatu pekerjaan yang bagi kita masih dianggap “berlebihan”.

Semoga kita selalu bergerak maju untuk lebih dalam lagi mengetahui seluk-beluk pemeliharaan dan perawatan burung peliharaan.

Salam sehat, salam burung Indonesia.

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.

-7.550085110.743895