Ketika rencana lomba burung tanpa teriak pertama digulirkan PBI Tabanan, banyak kicau mania Pulau Dewata pesimistis. Namun kenyataan membuktikan, lomba bisa berjalan tertib. Dari sinilah kemudian kemasan tanpa teriak menjadi trade mark setiap pengemas lomba kicauan di Bali.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Menggemas lomba skala besar tanpa teriak memang membutuhkan persiapan matang. Dulu lomba-lomba besar yang digelar di Bali seperti Ajeg Bali Cup, Jalak Bali Cup I dan II, menggunakan pola dua ring yang disekat pagar. Hanya pemilik dan joki yang bisa masuk dan menyaksikan kontes. Namun belakangan pagar sudah tidak dibutuhkan, karena kesadaran peserta untuk tidak berteriak semakin tinggi.
Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
“Bali merupakan daerah tujuan wisata utama yang memiliki keagungan budaya, karena itu lomba burung yang digelar mesti dilandasi pendekatan budaya seperti memanfaatkan pecalang dalam konteks menyamankan lomba,” terang ketua PBI Tabanan Rudiyanto.
Pendekatan budaya tidak saja diterapkan dalam kemasan kontes, tetapi juga dalam sikap berlomba. Ketika turun di Bali, mereka boleh bersaing secara sehat dengan tetap menjaga keamanan Bali. Namun ketika bertandang ke luar, kicau mania Bali secara spontanitas mengibarkan satu bendera.
Ada satu komitmen untuk mengangkat Bali karena mereka sadar telah tumbuh dan berkembang di tanah pulau Dewata, wujud komitmen itu sudah berlangsung sejak dulu seperti hadirnya Bali All Star, Bali Bersatu, dan Bali Peace. Bali Peace sudah beberapa kali tandang ke Pulau Jawa. Kini kembali akan membuktikan di Piala Raja 2012 mendatang.
Persiapan menuju gelaran akbar Piala Raja 2012 di Prambanan, itu Bali Peace menggelar dua hajatan penggalian dana. Pertama berlangsung Minggu, 3 Juni oleh lintas organizer di Bali di bawah komando Hartono, dan putaran kedua akan digelar 24 Juni di Pasar Sanglah di bawah komando PBI. Dana yang terkumpul seluruhnya dialokasikan untuk transportasi, akomodasi dan konsumsi. Jika kurang, beberapa tokoh perburungan Bali biasanya ikut berpartisipasi.
Sikap terbuka, kebersamaan dan guyub begitu kental terasa. Manakala ada hal-hal baru yang berkembang di Jawa, Bali begitu cepat merespon.
Ketika cucak jenggot belum populer di beberapa wilayah, AOG dengan beraninya membuka kelas cucak jenggot dan akhirnya kini diterima pemain. Begitu pula kelas pleci yang mulai naik daun di Jawa, kini Bali tidak mau ketinggalan. Pleci bahkan sudah dibuka di ajang Iwan Kopi Luwak dan pesertanya jauh melampaui target. Bahkan saking banyaknya penggemar, Bali kini telah membentuk paguyuban pleci yang baru dilaunching Jumat, 1 Juni lalu.(Agrobis Burung)