Paparan terhadap ciri masing-masing burung dalam kelompok Suku Sliviidae (ciblek/ prenjak dll) pada artikel berjudul Ciblek gunung, burung terfavorit di antara suku pengicau, baru sebatas ciri umum. Di bawah ini saya sampaikan deskripsi secara rinci masing-masing burung dalam suku tersebut.

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Remetuk laut atau atau Gerygone sulphurea

Remetuk laut atau Gerygone sulphurea – Berukuran kecil, kekang putih, perut kuning

Remetuk laut atau Gerygone sulphurea (Inggris Golden-bellied Gerygone; Melayu Cekup Perepat), berukuran sangat kecil (9 cm). Perut kuning, kekang putih khas.Tubuh bagian atas coklat keabu-abuan, dagu dan tenggorokan putih, tubuh bagian bawah kuning terang, ekor sebaris berbintik putih sebelum ujungnya.

Remaja: tubuh bagian bawah putih, tersapu kuning.

Iris coklat, paruh hitam, kaki hijau-zaitun tua. Suara: Siulan yang sulit ditebak asalnya, tiga sampai lima nada tengah bergetar, mengalun dan nada ke nada dalam variasi frase menurun.

Penyebaran global: Filipina, Sulawesi, Semenanjung Malaysia dan Sunda Besar. Penyebaran lokal dan status: Di Suniatera (termasuk P. Enggano dan Bangka), Kalimantan (termasuk Kep. Marutua), Jawa (termasuk Karimunjawa) dan Bali, umumnya terdapat di beberapa tempat, sampai ketinggian 1.500 m.

Kebiasaan: Sering mengunjungi semak-seniak tepi pantai, hutan mangrove, perkebunan karet, dan hutan terbuka, terutama rumpun bambu dan cemara. Hidup sendirian atau berpasangan. Kecil dan tidak mencolok, tetapi dapat diidentifikasi dan nyanyiannya yang merdu.

Cikrak mahkota-coklat atau Seicersus cistaniceps – Mahkota coklat berangan bersetrip hitam, pipi dan pita dada abu-abu, tunggir kuning

Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.

Cikrak mahkota-coklat (Seicersus cistaniceps)

Cikrak mahkota-coklat atau seicercus castaniceps (Inggris: Chestnut-crowned Warbler; Melayu: Cekup Mahkota Coklat), berukuran sangat kecil (9 cm), berwarna zaitun. Topi coklat merah karat, ada setrip hitam di samping mahkota serta setrip hitam dan lingkar putih pada mata.

Pipi abu-abu, garis sayap kuning, sisi tubuh dan tunggir kuning, tengah perut putih. Perbedaannya dengan Cikrak muda: pipi dan dada abu-abu. Iris coklat, paruh atas hitam, paruh bawah pucat, kaki kemerahjambuan.

Suara: Nyanyian bernada tinggi, metalik, dan mengalun. Juga nada suara ganda “ci-ci” dan “tsik” keras.

Penyebaran global: Himalaya sampai Cina selatan, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, dan Sumatera. Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera dikenal dan beberapa tempat di G. Sibayak dan G. Kerinci di daerah Bukit Barisan antara ketinggian 1.200-1.400 m.

Kebiasaan: Lincah mencari makan path tajuk pohon rendah di hutan pegunungan. Membentuk kelompok campuran dengan jenis lain.

Cikrak muda (Seicersus Grammiceps)

Cikrak muda atau Seicersus Grammiceps – Kepala merah bata, alis hitam, tubuh bawah putihl tunggir putih

Cikrak muda atau Seicercus grammiceps (Sunda Warbler) berukuran kecil (10 cm), berwarna zaitun. Kepala coklat berangan, alis mata gelap, Iingkar mata putih sempit.Tubuh bagian atas zaitun keabu-abuan, dengan tunggir keputih-putihan (ras di Jawa dan Bali) atau abu-abu (ras di Sumatera).

Pinggir penutup sayap kuning, membentuk dua garis melintang pada sayap, tubuh bagian bawah keputih-putihan. Ras Sumatera: tunggir dan punggung abu-abu.

Iris coklat kemerahan, paruh hitam, kaki jingga. Suara: Nada tinggi, “cii-cii-cicii” berdering dan “trrr” yang mendengung.

Penyebaran global: Endemik di Sumatera, Jawa dan Bali. Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera diketahui dan G. Talaman dan G. Kerinci, umum antara ketinggian 1.400-2.200 m. Di Jawa dan Bali, umum di hutan pegunungan antara ketinggian 800-2.500 m.

Kebiasaan: Berdiam di hutan lebat atau di pinggir hutan, bergabung dalam kelompok campuran. Berburu serangga pada lapisan bawab di hutan.

Cikrak dada-kuning (Seicersus montis)

Cikrak dada-kuning atau Seicersus montis – Kepala merah bata, alis hitam, tubuh bawah kuning, tunggir kuning

Cikrak dada-kuning atau Seicercus montis (lnggris Yellow-breasted Warbler; Melayu Cekup Dada Kuning) berukuran kecil (10 cm), berwarna zaitun. Kepala merah karat, alis mata hitam, lingkar mata putih. Tubuh bagian bawah, tungging, dan dua ganis pada sayap kuning.

Iris coklat, paruh atas hitam, paruh bawah pucat, kaki kemerahjambuan.

Suara: Nyanyian nada tinggi menjengkelkan terdiri dan nada-nada yang tidak bersambungan, dimulai pada dini hari.

Penyebaran global: Palawan, Semenanjung Malaysia, Sumatera, Kalimantan, Flores, dan Timor.

Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera dan Kalimantan, umum di gunung-gunung utama, antara ketinggian 1.000-2.200 m (di Kalimantan: sering lebih rendah).

Kebiasaan: Aktif pada lapisan bawah di hutan pegunungan, bergabung dalam kelompok campuran.

Cikrak bambu (Abroscopus superciliaris)

Cikrak bambu atau Abroscopus superciliaris – Alis putih, tenggorokan putih, tubuh bawah kuning

Cikrak bambu atau Abroscopus superciliaris (Inggris: Yellow-bellied Warbler; Melayu Cekup Penit Kuning), berukuran kecil (11 cm). Perut kuning dengan super silium putih mencolok, dahi dan mahkota abu-abu; tengkuk dan punggung zaitun kehijauan; dagu, tenggorokan, dan dada atas putih, sisa tubuh bagian bawah kuning.

Iris coklat, paruh kehitaman dengan pangkal keputih-putihan, kaki merah jambu.

Suara: Nyanyian pendek merdu, biasanya terdiri dan tiga nada meninggi. Nada “trrt” yang tajam.

Penyebaran global: Himalaya timur, Cina selatan, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia dan Sunda Besar. Penyebaran lokal dan status: Cukup umum di dataran rendah dan bukit-bukit sampai ketinggian 1.500 m,di seluruh Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Di Bali tidak tercatat.

Kebiasaan: Mengunjungi hutan sekunder di daerah berbambu. Biasanya hidup dalam kelompok kecil di rumpun semak rendah dan pohon bambu.

Cikrak polos (Phylloscopus inornatus)

Cikrak polos atau Phylloscopus inornatus – Dua garis sayap dan alis pucat. Kadang-kadang mempunyai setrip mahkota pucat

Cikrak polos atau Phylloscopus inornatus atau Inornate Warbler, berukuran kecil (11 cm), berwarna hijau – zaitun terang. Biasanya terlihat dua garis keputih-putihan pada sayap, alis mata putih atau krem jelas, tetapi tidak terlihat setrip pada inahkota. Warna tubuh bagian bawah bervariasi, dan putih sampai hijau kekuningan.

Perbedaannya dengan Cikrak kutub: tubuh bagian atas berwarna terang, garis sayap lebih tebal, ujung bulu tersier putih; dengan Cikrak mahkota dan Cikrak daun: tidak ada setrip hijau kuning khas pada mahkota tengah, penutup ekor bawah putih, garis sayap lebih tebal.

Iris coklat, paruh atas gelap dengan ujung kuning, paruh bawah lebih gelap, kaki coklat kemerahjambuan.

Suara: Ribut, keras “wiiist” yang meninggi pada nada kedua.

Penyebaran global: Berbiak di Himalaya, Asia utara, dan Cina. Bermigrasi ke selatan pada musim dingin ke India, Asia Tenggara, dan Semenanjung Malaysia.

Penyebaran lokal dan status: Tercatat satu kali di Bukittinggi (Sumatera Barat), tetapi kemungkinan sering terabaikan.

Kebiasaan: Membentuk kelompok aktif, sering berbaur dengan pemakan serangga kecil lainnya, beterbangan di antara dedaunan pada tajuk tengah dan tajuk atas.

Cikrak kutub (Phylloscopus borealis)

Cikrak kutub atau Phylloscopus borealis – Biasanya hanya ada satu garis tipis pada sayap, kadang-kadang dua, paruh lebih besar daripada Cikrak mahkota

Cikrak kutub atau Phylloscopus borealis (Inggris Arctic Warbler) berukuran kecil (12 cm), berwarna zaitun keabu-abuan dengan alis mata putih kekuningan, panjang mencolok. Tubuh bagian atas zaitun gelap dengan garis pucat samar-samar pada sayap.Tubuh bagian bawah keputih-putihan, sisi tubuh zaitun kecokiatan, kekang dan setrip mata kehitaman.

Perbedaannya dengan Cikrak polos: paruh Iebih panjang dan sedikit mencuat, warna lebih buram, garis sayap kurang mencolok, dan tidak ada warna putih path ujung bulu tersier.

Iris coklat tua, paruh atas coklat tua, paruh bawah kuning, kaki coklat.

Suara: Seri berderik terdiri dan nada “cwiit” dengan nada terakhir bernada lebih tinggi dan suara khas “zit” yang sering dikeluarkan oleh burung musim dingin.

Penyebaran global: Berbiak di Eropa utara, Asia utara, dan Alaska. Bermigrasi ke selatan pada musim dingin ke Cina, Asia tenggara, Filipina, dan Indonesia.

Penyebaran lokal dan status: Pengunjung musim dingin dalam jumlah kecil ke hutan primer dan hutan sekunder sampai ketinggian 2.500 m di seluruh Sunda Besar (termasuk pulau-pulau di sekitarnya).

Kebiasaan: Mengunjungi hutan terbuka, hutan mangrove, hutan sekunder, dan pinggir hutan. Bergabung dalam kelompok burung campuran, beterbangan di antara dedaunan pohon, mencari makan.

Cikrak mahkota (Phylloscopus coronatus)

Cikrak mahkota atau Phylloscopus coronatus – Berwarna Iebih hijau terang daripada Cikrak kutub, dengan setrip mahkora kekuningan, hanya satu garis sayap kekuningan, tetapi kadang-kadang dua

Cikrak Mahkota atau Phylloscopus coronatus (Inggris: Eastern Crowned-warbler) berukuran kecil (12 cm), berwarna zaitun kekuningan dengan alis mata dan setrip mahkota tengah putih. Tubuh bagian atas zaitun kehijauan, pinggïran bulu terbang kuning termasuk dua garis sayap yang kekuningan. Tubuh bagian bawah keputih-putihan, tungging kuning kontras, kekang dan setrip mata kehitaman.

Perbedaannya dengan Cikrak polos dan Cikrak kutub: setrip mahkota jelas; dengan Cikrak daun: garis sayap dan tubuh bagian bawah keputih-putihan.

Iris coklat tua, paruh atas coklat, paruh bawah kuning, kaki abu-abu.

Suara: Dua suku nada “swii-itt” yang tuenusuk.

Penyebaran global: Berbiak di Asia timur laut. Pada musim dingin mengembara ke selatan ke Cina, Asia tenggara, Sumatera dan Jawa. Penyebaran lokal dan status: Hanya sedikit catatan dan Sumatera dan Jawa barat, mungkin karena terabaikan.

Kebiasaan: Mengunjungi hutan mangrove, pepohonan, dan pinggir hutan, dan permukaan laut sampai puncak tertinggi. Bergabung dalam kelompok campuran dan biasanya terlihat pada tajuk pohon besar.

Cikrak daun (Phylloscopus trivirgatus)

Cikrak daun atau Phylloscopus trivirgatus – Mahkota dan setrip alis sangat mencolok, tidak ada garis pada sayap

Cikrak daun atau Phylloscopus trivirgatus (Inggris Mountain Leaf warbler), berukuran agak kecil (11 cm), berwarna kuning dan hijau. Setrip mahkota tengah dan alis mata kekuningan mencolok. Tubuh bagian atas kehijauan, tanpa garïs path sayap. Tubuh bagian bawah kekuningan khas. Ras yang terbatas di G. Kinabalu: Iebih abu-abu dan kurang kuning.

Iris hampir hitam, paruh atas hitam, paruh bawah kemerahan, kaki keabu-abuan.

Suara: Omelan yang tanpa irama sebagai tanda bahaya, nyanyian bernada tinggi tenang “tsìi—ci—ci—wiit”, dan variasi-variasi lain.

Penyebaran global: Palawan, Semenanjung Malaysia, dan Sunda Besar. Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera, Jawa, dan Bali, terbatas di hutan gunung antara ketinggian 800-3.000 m, tetapi rnelimpah di beberapa tempat. Di Kalimantan ditemukan di G. Kinabalu ke selatan sampai Tama Abo,juga di pegunungan Penrissen dan Poi.

Kebiasaan: Mengunjungi puncak pohon-pohon tinggi di hutan perbukitan dan pegunungan serta pinggir hutan sampai ke zona alpin. Biasanya hidup dalam kelompok, berbaur dengan jenis lain. Mencari makan kebanyakan pada tajuk atau pepakuan dan anggrek epifit.

Kerakbasi ramai (Acrocephalus stentoreus)

Kerakbasi ramai atau Acrocephalus stentoreus – Paruh sedikit Iebih panjang dan tipis daripada Kerakbasi besar, tubuh bawah kuning tua. Mulut kuning.

Kerakbasi ramai atau Acrocephalus stentoreus atau (Inggris, Clamarous Reed-warbler) berukuran agak besar (18 cm), berwarna coklat dengan ekor memanjang dan ahi mata keputih-putihan. Tubuh bagian atas coklat-zaitun seragam. Tubuh bagian bawah keputih-putihan dengan sisi tubuh dan penutup ekor bawah kuning tua. Sangat mirip Kerakbasi besar.

Iris coklat, paruh dan kaki coklat keabu-abuan. Suara: Nada peringatan keras “cak”, kicauan yang nyaring dan merdu, nada “car”, “car” terputus-putus diselingi nada yang tinggi “kiit” dan “cut”. Sering bersuara di malam hari.

Penyebaran global: Afrika utara sampai Cina selatan, Filipina, Asia tenggara (kecuali Semenanjung Malaysia), Kalimantan, Jawa, dan Maluku.

Penyebaran lokal dan status: Tercatat di Kalimantan tenggara, diketahui dari danau Rantau dan lahan basah lainnya. Di Jawa barat, tidak umum di lahan basah. Populasi penetap tidak tercatat di Sumatera dan Bali.

Kebiasaan: Menghuni badan rawa payau berbuluh, sawah dekat rawa alang, dan hutan mangrove. Bergantung pada batang buluh ketika bertengger dan menggembungkan bulu di tenggorokan sewaktu bernyanyi. Biasanya tinggal sendirian atau berpasangan pada buluh-buluh atau vegetasi lain yang dekat tanah.

Kerakbasi besar (Acrocephalus orientalis)

Kerakbasi besar atau Acrocephalus orientalis – Alis lebih lebar dan panjang serta paruh lebih besar daripada Kerakbasi ramai, dada atas bercoret Samar, ujung bulu ekor pucat. Mulut kemerahjambuan.

Kerakbasi besar atau Acrocephaius orientalis atau bahasa Inggrisnya Eastern Reed-warbler, berukuran agak besar (18 cm), berwarna coklat dengan alis mata kuning tua mencolok. Sulit untuk dibedakan di lapangan dengan Kerakbasi ramai. Perbedaan yang bisa terlihat: paruh lebih pendek dan tebal, sisi dada sedikit bercoretan, bulu primer terluar pada tangan (yang ke-9) lebih panjang daripada yang ke-6, mulut merah jambu (bukan kuning).

Iris coklat, paruh atas coklat, paruh bawah kemerahjambuan, kaki abu-abu.

Suara: Suara tunggal keras menciut: “cak” di daerah musim dingin, kadang-kadang berkicau mirip Kerakbasi ramai, tetapi dengan variasi yang Iebih banyak.

Penyebaran global: Berbiak di Asia timur. Pada musim dingin mengembara ke selatan ke Asia Tenggara, Filipina, Indonesia, tetapi jarang sampai sejauh Australia dan P. Irian.

Penyebaran lokal dan status: Pengunjung tadak tetap ke Sunda Besar (termasuk pulau-pulau di sekitarnya), tercatat di seluruh wïlayah.

Keblasaan: Menyukai rawa berbuluh, persawahan, payau, dan semak sekunder di dataran rendah.

Kerakbasi alis hitam (Acrocephalus bistrigiceps)

Kerakbasi alis hitam atau Acrocephalus bistrigiceps – Alis pucat, atas dan bawahnya dibatasi oleh setrip hitam, tunggir dan sisi tubuh kemerah-bataan.

Kerakbasi alis-hitam atau Acrocephalus bistrigiceps (Inggris Black-browed Reed-warbler)berukuran sedang (13 cm), berwarna coklat. Alis mata putih kekuningan, dibatasi di atas dan di bawahnya oleh setrip hitam yang khas. Tubuh bagian bawah keputih-putihan.

Iris coklat, paruh atas gelap, paruh bawah pucat, kaki kemerahjambuan.

Suara: Peringatan keras “carr”. Penyebaran global: Berbiak di Asia timur laut. Pada musim dingin mengembara ke India, Cina selatan, Asia tenggara, dan Semenanjung Malaysia.

Penyebaran lokal dan status: Tercatat satu kali di Sumatera utara, tetapi mungkin terabaikan.

Kebiasaan: Khas kerakbasi, tinggal di antara buluh dan rumput tinggi di dekat air.

Kecici belalang (Locustella certhiola)

Kecici belalang atau Locustella certhiola – Punggung bercoret, tunggir merah bata, garis hitam pada subterminal ekor.

Kecici belalang Locustella certhiola (Inggris: Pallas Warbler) berukuran sedang (15 cm), bercoret coklat. Setrip mata kuning tua, ada ujung putih pada ekor yang merah karat.Tubuh bagian atas coklat bercoret abu-abu dan hitam, sayap dan ekor coklat kemerahan, ekor bergaris hitam sebelum ujungnya.

Tubuh bagian bawah keputih-putihan dengan dada dan sisi tubuh kuning tua (remaja: tersapu kuning dan ada bintik hitam segitiga pada dada).

Iris coklat, paruh atas coklat, paruh bawah kekuningan, kaki kemerahjambuan.

Suara: Keras gemeretuk panjang: “cir-cirrrr”, nada peringatan “tik-tik-tik”, dan kicauan lemah yang mengalun dan bergetar.

Penyebaran global: Berbiak di Asia utara dan Asia tengah. Pada musim dingin mengembara ke selatan sampai Cina, Asia tenggara, Palawan, Sulawesi, dan Sunda Besar.

Penyebaran lokal dan status: Mungkin merupakan pengunjung musim dingin yang tidak jarang di seluruh Sunda Besar (termasuk pulau-pulau di sekitarnya), walaupun ada beberapa catatan dari Sumatera, Jawa, dan Bali. Pengunjung umum ke Kalimantan bagian utara, tercatat di seluruh pulau.

Kebiasaan: Menghuni rumpun buluh, rawa-rawa, sawah, rumpun rumput, dan payau dekat air, juga pinggir hutan. Sangat sulit untuk dilihat, mengendap-endap dalam vegetasi rimbun. Ketika terganggu, terbang beberapa meter sebelum bersembunyi lagi dalam kerimbunan.

Catatan: Jika benar, pengamatan Locustella certhiola di Bali dapat berarti penambahan jenis baru pada daftar jenis wilayah ini. Tetapi beberapa ahli memperlakukan LoiusteiIa pleskei tersebut sebagai ras dari jenis ini.

Kecici Siberia (Locustella ochotensis)

Kecici Siberia atau Locustella ochotensis – Bagian atas cokiat zaitun terang, alis mencolok, ekor berujung putih – Lebih kecil daripada burung Kerakbasi, dengan tenggorokan putih dan pita dada coklat.

Kecici siberia atau Locustella ochotensis (Inggris, Middendorf’s Warbler) berukuran agak besar (16 cm), berwarna coklat-zaitun dengan sisi tubuh coklat-kuning tua dan perut keputih-putihan. Remaja: bercoretan pada sisi tubuh dari dada. Perbedaannya dengan Cici belang: tubuh bagian atas tanpa coretan.

Iris coklat, paruh atas gelap, paruh bawah pucat, kaki kemerahjambuan. Suara: “Ci-cirr”.

Penyebaran global: Berbiak di Asia timur laut. Pada musim dingin bermigrasi ke selatan ke Cina selatan, Filipina. Sulawesi dan Kalimantan. Penyebaran lokal dan status: Tercatat di Kalimantan bagian utara, merupakan pengunjung musim dingin yang Iangka.

Kebiasaan: Lebih menyukai daerah berumput atau berbuluh.

Kecici lurik (Locustella lanceolata)

Kecici lurik atau Locustella lanceolata – Lebih kecil daripada Cici belalang, ekor coklat polos, tubuh bawah bercoret.

Kecici Lurik atau Locustella lanceolata (Inggris, Lanceolated Warbler) berukuran kecil (12 cm), bercoret coklat. Tubuh bagian atas coklat zaitun bercoretkan hitam. Tubuh bagian bawah putih bernuansa kuning kecoklatan, bercoretkan hitam pada dada dan sisi tubuh, alis mata kuning tua, tidak ada warna putih pada ujung ekor.

Iris coklat tua, paruh atas coklat, bawah kekuningan, kaki kemerahjambuan. Suara: Getaran bernada tinggi cepaL, memanjang.

Penyebaran global: Berbiak di Asia timur laut. Pada musim dingin mengembara ke selatan ke Filipina, Asia tenggara, Sunda Besar, dan Maluku utara.

Penyebaran lokal dan status: Tercatat di seluruh Sunda Besar sebagai pengunjung musim dingin yang langka. Di Bali tidak tercatat.

Kebiasaan: Sering mengunjungi sawah, semak di rawa-rawa, lahan kosong, dan semak dekat air.

Cica-koreng Jawa (Megalurus palustris)

Cica-koreng Jawa atau Megalurus palustris – Berukuran besar, ekor runcing, alis panjang pucat, bercoret hitam penuh.

Cica-koreng jawa atau Megalurus palustris (Inggris Striated Grassbird) berukuran besar (26 cm), berwarna coklat. Ada coretan hitam tebal pada punggung, alis mata kuning tua, ekor sangat memanjang dan menajam.Tubuh bagian atas coklat kemerahan terang, ada coretan hitam path punggung dan penutup sayap.

Tiibuh bagian bawah keputih-putihan, ada coretan kehitaman sempit pada dada, tersapu merah karat pada sisi tubuh dan penutup ekor bawah.

Iris coklat, paruh atas hitam, paruh bawah kemerahjambuan, kaki merah jambu.

Suara: Nyanyian merdu yang pendek dan nyaring: “ték-ték-koréd”, dikeluarkan dan tenggeran dan sewaktu terbang. Juga suara cekiekan tajam.

Penyebaran global: India, Cina, Filipina, Asia tenggara (kecuali Semenanjung Malaysia),Jawa, dan Bali. Baru-baru ini juga ditemukan di Kalimantan.

Penyebaran lokal dan status: Di Jawa dan Bali, cukup umum terdapat sampai ketinggian sekitar 2.000 m.

Kebiasaan: Menghuni lapangan berumput terbuka, terutama rumpun gelagah, bambu, semak sekunder, dan kebun teh. Hidup sebagian tinggal di atas tanah, berlari di bawah rumpun lebat. Sering bertengger secara mencolok di tempat terbuka, kadang-kadang bernyanyi. Juga bernyanyi ketika terbang.

Cinenen pisang (Orthotomus sutorius)

Cinenen pisang atau Orthotomus sutorius – Jantan bulu ekor tengah lebih panjang pada waktu berbiak, alis dan tubuh bawah kuning tua.

Cinenen pisang Orthotomus sutorius (Inggris Common Tailorbird; Melayu Perenjak Pisang) berukuran kecil (10 cm). Mahkota merah karat, perut putih, ekor panjang dan sering ditegakkan.

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

Dahi dan mahkota merah karat, alis kekuningtuaan, kekang dan sisi kepala keputih-putihan, tengkuk keabu-abuan. Punggung, sayap, dan ekor hijau-zaitun. Tubuh bagian bawah putih dengan sisi tubuh abu-abu. Bulu biak: bulu ekor tengah jantan lebih memanjang.

Iris kuning tua pucat, paruh atas hitam, paruh bawah kemerahjambuan, kaki merah jambu.

Suara: Sangat keras, berulang-ulang, “te-cii-te-cii-…” monoton, “ciu-ciu-ciu. . ‘, atau “twii” tunggal, dan suara alarm: “tek—tek—tek…”.

Penyebaran global: India sampai Cina, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, dan Jawa. Penyebaran lokal dan status: l)i Jawa, tersebar luas sampai ketinggian 1.500 m, tetapi keberadaannya tidak seumum Cinenen Jawa dan tidak begitu menentu.

Kebiasaan: Mengunjungi hutan terbuka, hutan sekunder, dan pekarangan. Lincah, selalu bergerak atau dengan gagah mengeluarkan suara yang menusuk. Tinggal di semak bawah dan bersenibunyi dalam kerimbunannya.

Cinenen belukar (Orthotomus atrogularis)

Cineneb belukar Orthotomus atrogularis (Inggris Dark-necked Taiorbird, Melayu Perenjak Belukar) berukuran kecil (10 cm). Perut putih, mahkota merah karat, ekor panjang yang sering ditegakkan, tungging kuning, tenggorokan kehitaman khas (tidak ada pada remaja).

Tubuh bagian atas hijau-zaitun, sisi kepala abu-abu. Betina: Iebih suram, ada sedikit warna merah pada kepala, lebih sedikit warna hitam pada tenggorokan.

Perbedaannya dengan Cinenen pisang: tengkuk merah karat, punggung lebih hijau, penutup ekor bawah dan paha kuning.

Iris coklat, paruh atas hitam, paruh bawah kemerahjambuan, kaki abu-abu kemerahjambuan.

Suara: Merdu, nyaring, “kri-ri-ri”, tidak seperti cinenen lain. Penyebaran global: India utara sampai Cina barat daya, Filipina, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.

Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya) dan Kalimantan (termasuk Natuna dan Anambas), umum terdapat di dataran rendah sampai ketinggian 1.200 m.

Kebiasaan: Mengunjungi hutan terbuka, hutan sekunder, tepi sungai, dan pekarangan.

Cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps)

Cinenen kelabu atau Orthotomus ruficeps – Wajah kemerahan, punggung abu-abu, tubuh bawah keabu-abuan.

Cinenen kelabu Orthotomus ruficeps (Inggris: Ashy Tailorbird; Melayu: Perenjak Bukit)berukuran kecil (11 cm), berwarna abu-abu, berkepala merah karat.

Jantan: mahkota, dagu, kerongkongan, dan pipi merah karat, bulu yang lain abu-abu, perut putih. Betina: kepala tidak semerah jantan, pipi dan kerongkongan atas putih.

Iris coklat kemerahan, paruh coklat, kaki merah jambu.

Suara: Getaran nada ganda: “trrriiiyip” dan getaran “trrrri”, biasanya diberikan oleh pasangan yang berduet.Juga “cicicici” sengau yang mengharukan.

Penyebaran global: Palawan, Semenanjung Malaysia, dan Sunda Besar.

Penyebaran lokal dan status: Pulau Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya) dan Kalimantan, umum terdapat sampai ketinggian 950 m. Di Jawa, terbatas di hutan mangrove dan lahan basah di Jawa bagian utara. Lebih ke pedalaman digantikan keberadaannya oleh Cinenen Jawa. Di Bali tidak tercatat.

Kebiasaan: Mengunjungi hutan terbuka, pinggir hutan, hutan mangrove, semak-semak tepi pantai, kebun, tumbuhan sekunder, dan rumpun bambu. Aktif di lantai hutan dan puncak pohon.

Cinenen Jawa (Orthotomus sepium)

Cinenen Jawa atau Orthotomus sepium – Kepala merah, tubuh atas tersapu zaitun, tubuh bawah kekuningtuaan

Cinene Jawa Orthotomus sepium (Inggris Olive-backed Tailorbird; Melayu Perenjak Belukar)berukuran kecil (11 cm), berwarna abu-abu, berkepala merah karat.

Jantan: mahkota, kerongkongan, dan pipi merah karat, bulu yang lain abu-abu kehijauan, perut putih tersapu kuning. Betina: kepala tidak semerah jantan, dagu dan tenggorokan atas putih.

Perbedaannya dengan Cinenen abu-abu: punggung lebih zaitun, sisi tubuh Iebih kuning, tidak begitu abu-abu.

Iris coklat kemerahan, paruh coklat, kaki merah jambu.

Suara: Terkenal karena variasi suaranya, termasuk suara monoton berulang, sama dengan suara Cinenen kelabu.

Penyebaran global: Endemik di Jawa dan Bali.

Penyebaran lokal dan status: Umum terdapat sampai ketinggian 1.500 m di Jawa dan Bali.

Kebiasaan: Mengunjungi hutan terbuka, pinggir hutan, tumbuhan sekunder, dan rumpun bambu. Aktif di semak bawah dan di pucuk pohon.

Catatan: Diperlakukan oleh beberapa pakar sebagai ras dari Cinenen kelabu.

Cinenen merah (Orthotomus sericeus)

Cinenen merah atau Orthotomus sericeus – Ekor merah bata, tubuh bawah kekuningtuaan

Cinenen merah atau Orthotomus sericeus (Inggris: Rufous-tailed Tailorbird; Melayu: Perenjak Rimba) berukuran kecil (11 cm). Mahkota dan tengkuk merah karat, ekor merah karat khas. Pipi putih kekuningan dan ekor merah (membedakannya dengan cinenen lain).

Iris coklat, paruh atas gelap, paruh bawah berwarna pucat, kaki kemerahjambuan.

Suara lengkingan “dog-jeh” terus-menerus dengan penekanan sama, tetapi nada pertama lebih tinggi. “Tuu-wii-tu” yang lebih lembut, diulangi terus, mirip sirene ambulans.Juga cacian mendengkur.

Penyebaran global: Palawan, Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kaliinantan.

Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya) dan Kalimantan (termasuk Natuna), penetap yang agak umum terdapat di daerah rendah di bawah ketinggian 500 m.

Kebiasaan: Khas cinenen, menaikturunkan ekornya yang tegak. Hidup berpasangan atau dalam kelompok keluarga, tinggal di semak sekunder dan hutan mangrove. Tidak seaktif dan seribut Cinenen kelabu.

Cinenen gunung (Orthotomus cuculatus)

Cinenen gunung atau Orthotomus cuculatus – Kuning jingga, punggung dan sayap zaitun terang, perut dan tunggir kuning.

Cinenen gunung atau Orthotomus cuculatus (Inggris: Mountain Taiorbird; Melayu: Perenjak Gunung) berukuran kecil (12 cm). Perut kuning, topi jingga, alis mata putih menonjol. Tubuh bagian atas hijau-zaitun. Dagu, tenggorokan, dan dada atas putih keabu-abuan; dada bawah dan perut kuning terang.

Iris coklat, paruh atas hitam, paruh bawah berwarna pucat, kaki merah jambu.

Suara: Kicauan merdu, terdiri dan dua atau tiga nada berdering dan berulang, diikuti oleh getaran “pi-pi-crrrrii” diulangi, nada ketiga dengan nada bervariasi, cukup berbeda dengan kicauan cinenen lain.

Penyebaran global: India utara sampai Cina selatan, Filipina, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, dan Indonesia.

Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera, Jawa, dan Bali, umum di gunung-gunung tinggi antara ketinggian 1.000-1.500 m. Di Kalimantan, terbatas di gunung-gunung di Kalimantan bagian utara dan G. Kinabalu ke selatan sampaiTama Abo, juga G. Mulu dan Nyiut.

Keblasaan: Menghuni hutan pegunungan, semak terbuka di gunung, dan rumpun bambu. Suka berkelompok, sering ditemukan dalam kelompok kecil, tetapi biasanya mengendap dalam kerimbunan dan sulit dilihat. Mudah dikenali lewat suaranya.

Sarang tidak berbentuk dompet, terbuat dan sekumpulan daun.

Perenjak gunung sering disebut CIBLEK GUNUNG (Prinia atrogularis)

Perenjak gunung atau Prinia atrogularis – Ekor sangat panjang, alis putih, pipi abu-abu, dada bercoret, sisi tubuh kekuningtuaan

Perenjak gunung atau Prinia atrogularis (Inggris: Hill Prinia) berukuran agak besar (16 cm), berwarna coklat. Ekor sangat panjang (khas), dada bercoret hitam khas. Tubuh bagian atas coklat, sisi tubuh merab karat kekuningan, perut putih kuning tua. Pipi abu-abu, alis mata putih.

Iris coklat pucat, paruh atas gelap, paruh bawah berwarna pucat, kaki kemerah jambuan.

Suara: Keras menusuk “co-ii, co-ii, …” seperti Cinenen pisang, tetapi lebih perlahan (Smythies).

Penyebaran global: Himalaya, Cina selatan, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, dan Sumatera. Penyebaran lokal dan status: Umum di perbukitan dan pegunungan antara ketinggian 600-2.500 m di Sumatera.

Kebiasaan: Hidup dalam kelompok keluarga aktif yang ribut, pada rerumputan dan vegetasi bawah di hutan perbukitan dan pegunungan, termasuk hutan lumut kerdil dan semak sub-alpin.

Perenjak padi (Prinia inornata)

Perenjak padi atau Prinia inornata – Ails, pipi, dan tubuh bawah kekuningtuaan, tubuh bagian atas coklat muda.

Perenjak padi atau Prinia inornata (Inggris: Plain Prinia) berukuran agak besar (15 cm), berwarna kecoklatan. Ekor panjang, alis mata keputih-putihan. Tubuh bagian atas coklat keabu-abuan suram, tubuh bagian bawah kuning tua sampai merah karat. Punggung lebih pucat dan lebih seragam daripada Perenjak coklat.

Iris coklat muda, paruh atas coklat, paruh bawah kemerahjambuan pucat, kaki kekuningan.

Suara: Lengkingan “ci-cirrrr-ruwiit” nyaring, “cirrrriet” atau “ciw-ciw—…” yang diulangi.

Penyebaran global: India, Cina, Asia tenggara (kecuali Semenanjung Malaysia) dan Jawa.

Penyebaran lokal dan status: Umum di Jawa sampai ketinggian 1.500 m.

Kebiasaan: Menghuni daerah berumput panjang, gelagah, paya-paya, kebun jagung, dan sawah. Bersifat congkak, aktif dlam kelompok kecil. Secara teratur bersuara dari pohon, batang rumput, atau sewaktu terbang.

Catatan: Kadang-kadang diperlakukan sebagai ras dan R subflava (Aftika dan Asia).

Perenjak rawa (Prinia flaviventris)

Perenjak rawa atau Prinia flaviventris – Kepala abu-abu, alis pendek pucat, tenggorokan putih, perut kuning, tidak ada garis di sayap.

Perenjak rawa atau Prinia flaviventris (Inggris: Yellow-bellied Prima; Melayu Perenjak Padi), berukuran agak besar (13 cm), berwarna hijau-zaitun. Ekor panjang, dada putih, perut kuning khas. Kepala abu-abu, alis mata keputih-putihan samar (kadang-kadang). Tubuh bagian atas hijau-zaitun, lingkar mata kuning-jingga. Dagu, kerongkongan, dan dada atas putih.

Iris coklat, paruh atas hitam sampai coklat, paruh bawah berwarna pucat, kaki jingga. Suara: Lemah, kasar:”scink-scink-scink”, dan lunak seperti suara kucing kecil. Cepac meluap-luap, bergemerincing menurun: “tidli-idli-u”, dengan penekanan pada nada terakhir.

Penyebaran global: Pakistan sampai Cina selatan, Asia Tenggara, Semenanjung Malaysia, dan Sunda Besar.

Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk Nias) dan Kalimantan, sering terlihat sampai ketinggian 900 m. Di Jawa barat, agak jarang di habitat yang sesuai. Di Bali tidak tercatat.

Kebiasaan: Menghuni rawa gelagah, padang rumput tinggi, dan semak-semak. Cukup pemalu. Tinggal di rerumputan tinggi atau gelagah, tidak terlihat kecuali ketika bernyanyi. Bertengger pada batang yang tinggi.

Perenjak Jawa (Prinia familiaris)

Perenjak Jawa atau Prinia familiaris – Bagian atas zaitun, perut kuning dan dua garis sayap putih.

Perenjak jawa atau Prinia familiaris (Inggris Bar-winged Prinia) berukuran agak besar (13 cm), berwarna zaitun. Ekor panjang, dengan garis sayap putih khas serta ujung hitam-putih. Tubuh bagian atas coklat-zaitun, tenggorokan dan dada tengah putih; sisi dada dan sisi tubuh abu-abu, perut dan tungging kuning pucat.

Iris coklat, paruh atas hitam, paruh bawah kekuningan, kaki merah jambu.

Suara: Keras bernada tinggi:”cwuit—cwuit-cwuit”. Suara tanda bahaya: “hii-hii-hii”.

Penyebaran global: Endemik di Sumatera, Jawa, dan Bali. Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera tidak jarang sampai ketinggian 900 m, walaupun tidak terlihat di Sumatera utara. Sangat umum sampai ketinggian 1.500m di Jawa dan Bali.

Keblasaan: Menghuni hutan mangrove dan habitat sekunder terbuka, terutama kebun dan taman. Ribut, suka berkelompok kecil. Berburu di sekitar permukaan tanah sampai puncak pohon.

Perenjak coklat (Prinia polychroa)

Perenjak coklat atau Prinia polychroa – Tubuh atas berbintik cokiat, dada keabu-abuan pucat, perut kekuningtuaan.

Perenjak coklat atau Prinia polychroa (Inggris Brown Prima) berukuran agak besar (15 cm), bercoret coklat dengan ekor panjang.

Tubuh bagian atas coklat, sedikit bercoret atau berbintik. Ekor coklat dengan ujung punh kecil, alis mata keputih-putihan tidak mencolok. Tubuh bagian bawah kunig tua, Iebih putih pada kerongkongan, dada abu-abu, sisi tubuh dan paha coklat.

Dibandingkan dengan perenjak putih, punggung berwarna Iebih tua dan bercoretan lebih banyak.

Iris coklat kemerahan, paruh atas coklat, paruh bawah berwarna pucat, kaki keputih-putihan. Suara: “Twii-i-i-it” keras menurun dan diulangi terus, dengan variasinya.

Penyebaran global: Cina barat daya, Asia tenggara (kecuali Semenanjung Malaysia), dan Jawa.

Penyebaran lokal dan status: Tersebar luas, tetapi tidak umum, sampai ketinggian 1.500 m di Jawa.

Kebiasaan: Menghuni padang alang-alang dan seniak rendah. Pemalu dan sulit dilihat, tinggal pada kerimbunan. Hidup berpasangan atau dalam kelompok keluarga, tetapi tidak seribut dan semencolok Perenjak Jawa.

Cici padi (Cisticola juncidis)

Cici padi atau Cisticola juncidis – Lebih coklat daripada Cici merah, tubuh bawah lebih pucat, ujung ekor putih.

Cici padi atau Cisticola juncidis (Inggris Zitting Cisticola; Melayu Cekup Layan) berukuran kecil (10 cm), bercoretan coklat. Tunggir merah karat kekuningan, ekor berujung putih mencolok. Perbedaannya dengan Cici merah tidak berbiak: alis mata putih, sisi leher dan tengkuk terlihat Iebih pucat.

Iris coklat, paruh coklat, kaki putih sanipai kemerahan.

Suara: Seri suara klik: “zit” yang diulangi terus, dikeluarkan sewaktu tampil terbang naik turun.

Penyebaran global: Afrika, Eropa selatan, India, Cina, Jepang, Filipina, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Sumatera, Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara , dan Australia utara.

Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya), Jawa (termasuk Kangean), dan Bali, umum terdapat sampai ketinggian 1 .200 m.

Kebiasaan: Hidup di padang rumput terbuka, sawah, dan kebun tebu, umumnya di daerah yang lebih basah daripada Cici merah. Pada waktu terbang bercumbu, jantan mengelilingi dan melayang tinggi di atas pasangannya sambil bersuara. Pada masa tidak berbiak bersembunyi dan tidak mencolok.

Cici merah (Cisticola exilis)

Cici merah atau Cisticola exilis – Tubuh atas bercoret jingga dan hitam. Jaman masa biak – kepala warna emas seluruhnya.

Cici merah atau Cisticola exilis (Inggris Golden-headed Cisticola), berukuran kecil (11 cm), bercoret coklat. Mahkota emas terang. Jantan masa berbiak: tunggir coklat. Betina dan jantan tidak berbiak: mahkota bercoret hitam penuh.

Perbedaannya dengan Cici padi: alis mata kuning tua, sama dengan sisi leher dan tengkuk.Tubuh bagian bawah kuning, tenggorokan keputih-putihan, ekor coklat tua dengan ujung kuning tua.

Iris coklat, paruh atas hitam, paruh bawah merah jambu, kaki coklat cerang. Suara: Jantan berbiak: suara menggaruk “biiizz” diikuti “pluk” yang sangat nyaring, dan tenggeran atau sewaktu terbang, juga suara memaki-maki keras bernada tinggi.

Penyebaran global: India, Cina, Filipina, Asia tenggara (kecuali Semenanjung Malaysia), Sulawesi, Sunda Besar, Maluku, Nusa Tenggara, sampai P. Irian dan Australia.

Penyebaran lokal dan status: Sekarang umum secara lokal di Sumatera, mungkin baru datang karena adanya penebangan hutan. Di Kalimantan tercatat di Pontianak. Di Jawa dan Bali, umum di habitat yang sesuai sampai ketinggian 1.500 m.

Kebiasaan: Menghuni padang alang-alang, gelagah, dan sawah. Bersembunyi pada rerumputan tinggi, kadang-kadang terlihat bertengger pada batang rumput yang tinggi atau semak-semak. Terbang mengipas-ngipas.

Tesia Jawa (Tesia superciliaris)

Tesia Jawa atau Tesia superciliaris – Berukuran sangat kecil, terlihat tanpa ekor. Kepala hitam dengan alis abu-abu atau tubuh bawah tergambar terlalu putih.

Tesia jawa atau Tesia superciliaris (Inggris:Javan Tesia) berukuran sangat kecil (7 cm), berwarna abu-abu kehijauan. Ekor sangat pendek, alis mata pucat menonjol. Kepala kehitaman dengan alis mata abu-abu pucat, tubuh bagian atas zaitun keabu-abuan, tubuh bagian bawah abu-abu keputih-putihan.

Iris coklat, paruh atas coklat, paruh bawah kuning, kaki coklat. Suara: Keras, meledak-ledak, nyanyian agak cepat berulang terdiri dan sekitar lima enam nada dengan beberapa variasi, kadang-kadang sahut-menyahut. Suara tanda bahaya:”cak” dan “trrr”.

Penyebaran global: Endemik di Jawa barat dan Jawa tengah. Penyebaran lokal dan status: Umum secara lokal di hutan pegunungan, antara ketinggian 1.000-3.000 m, tercatat paling timur sampai G. Merapi di Jawa Tengah.

Kebiasaan: Hidup di atas atau dekat lantai hutan, dalam semak rimbun atau tumbuhan bawah di hutan terbuka, sering dekat pohon mati.

Buntut tumpul kalimantan atau Urosphena whiteheadi

Buntut-tumpul Kalimantan atau Urosphena whiteheadi – Kecil, berekor pendek, alis dan pipi kuning kebo.

Buntut tumpul kalimantan atau Urosphena whiteheadi (Inggris Bornean Stubtail) berukuran sangat kecil (10 cm), berwarna coklat. Ekor pendek, alis mata kuning tua dan panjang, muka kuning-jingga. Tubuh bagian bawah putih, dada dan sisi tubuh berbintik abu-abu tua redup.

Iris coklat dengan lingkar mata kuning, paruh gelap, kaki merah jambu. Suara: Suara mekanik berulang yang bernada sangat tinggi: “tzi-tzi-tziii”.

Penyebaran global: Endemik di Kalimantan. Penyebaran lokal dan status: Terbatas di gunung-gunung tinggi di Kalimantan bagian utara, ditemukan dan G. Kinabalu ke selatan sampai Liang Kubung, Peg. Mueller dan Barito Ulu (ketinggian 800-900 m). Umum di atas ketinggian 2.000 m.

Kebiasaan: Aktif, hidup di tanah, di hutan pegunungan. Mengendap-endap dalam rimbun tumbuhan bawah yang rimbun. Agak jinak dan kadang-kadang ingin tahu.

Catatan: Kadang-kadang dimasukkan di bawah marga Cettia.

  • Burung Remetuk laut (Gerygone sulphurea)

Ceret gunung (cettia vulcania)

Ceret gunung atau cettia vulcania – Coklat, sisi bawah lebih pucat, alis keputih-putihan, sisi dada kecoklatan. C.v oreophila berwarna lebih gelap, bintik-bintik hitam samar di tenggorokan dan dada atau tergambar terlalu tebal.

Ceret gunung atau Cettia vulcania (Inggris Sunda Bush-warbler) berukuran kecil (13 cm), tanpa ciri khas yang jelas, berwarna coklat. Ekor memanjang, alis mata keputih-putihan pucat. Tubuh bagian atas coklat tua dan zaitun kecoklatan, tubuh bagian bawah putih kekuningan, ada sapuan coklat pada sisi tubuh dan melintasi dada.

Iris coklat, paruh atas hitam, bawah kuning, kaki coklat. Suara: Nyaring, merdu, tetapi lama-lama monoton bergelombang: “ci-hiiiiuw” atau “ciiiuw—wii—ii-iit” dengan sedikit variasi. Juga “ttr, trr” sebagai nada peringatan.

Penyebaran global: Sunda Besar, Lombok, dan Timor. Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera, umum secara lokal antara ketinggian 2.000-3.400 m di puncak tertinggi, dan G. Leuseur sampai G. Kerinci dan G. Dempu.

Tidak umum di Kalimantan dan terbatas di gunung-gunung di Kalimantan bagian utara, dan G. Kinabalu ke selatan sampai G. Murud, G. Mulu, dan Kayan Mentarang. Di Jawa dan Bali, umum di beberapa tempat di atas ketinggian 1.500 m.

Kebiasaan: Hidup pada kerimbunan tumbuhan bawah hutan terbuka, biasanya di zona pegunungan atas, seperti hutan lumut, hutan Vaccinium terbuka, dan padang edelweis. Suka merangkak seperti tikus.

Catatan: Mungkin sejenis dengan C. fortipes di Asia tenggara.

Ceret kuning (Bradypterus seebohmi)

Ceret kuning atau Bradypterus seebohmi – Merah bata, muka dan alis keabu-abuan, tenggorokan putih bercoret hitam.

Cecet kuning atau Bradypterus seebohmi (Inggris Russet Bush-warbler), berukuran sedang (15 cm), berwarna coklat tua. Ekor bertingkat, lebar dan agak panjang. Tubuh bagian atas coklat-zaitun dengan sapuan merah karat, ekor lebih zaitun. Dagu dan tenggorokan putih, bercoret hitam. Sisa tubuh bagian bawah putih, ada sapuan abu-abu di pinggir leher dan sapuan coklat-zaitun pada sisi dada dan perut.

Iris coklat, paruh atas hitam, paruh bawah kemerahjambuan, kaki kemerahjambuan.

Suara: Mekanis, berulang tanpa henti, serak: “criii-et”.

Penyebaran global: Cina selatan, Asia tenggara, Taiwan, Filipina, Jawa, Bali, dan Timor.

Penyebaran lokal dan status: Terbatas di gunung tinggi di Jawa tengah dan Jawa timur, tercatat dan G. Lawu ke timur sampai G. Ijen, tidak jarang terdapat di habitat yang sesuai. Ditemukan di Bali pada tahun 1989.

Kebiasaan: Mengendap-endap pada kerimbunan semak di pinggir hutan dan hutan terbuka, kadang-kadang di perbukitan dan hutan cemara.

Catatan: Beberapa pakar memisahkan ras Jawa sebagai jenis tersendiri B. montis, tetapi kesamaan nyanyiannya menunjukkan bahwa kesimpulan tersebut tidak tepat.

Ceret Kinabalu (Bradypterus accentor)

Ceret Kinabalu atau Bradypterus accentor – Coklat kemerahan gelap, tenggorokan berbintik putih, hitam dan abu-abu, alis rnerah bata.

Ceret kinabalu atau Bradypterus accentor (Friendly Bush-warbler) berukuran sedang (15 cm), berwarna coklat kemerahan. Kerongkongan putih dengan bintik-bintik kemerahan, dada dan perut tersapu abu-abu, alis merah karat.

Iris coklat, paruh dan kaki hitam. Suara: Tajam, suara tanda bahaya berdesis, siulan tunggal lemah.

Penyebaran global: Endemik di Kalimantan. Penyebaran lokal dan status: Di Kalimantan, terbatas di G. Kinabalu dan Trus Madi, umum antara ketinggian 2.000-3.600 m.

Kebiasaan: Pengendap pada tumbuhan bawah di hutan pegunungan atas, menanggapi suara pancingan “pssst” dengan baik. Tercatat sangat jinak, akan mendekati pengamat yang diam sampai beberapa inci. Ketika gelisah, mengeluarkan kepakan sayap yang aneh.

Sumber: Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan karya John MacKinnon dkk.

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.

-7.550085110.743895