Mencetak ayam bekisar bagi orang awam memang tidak mudah. Sebagaimana kita tahu ayam bekisar adalah hasil silangan pejantan ayam hutan dengan betina ayam kampung. Selama ini, kebutuhan penjantan ayam hutan didapatkan dengan cara berburu telur ayam hutan, kemudian ditetaskan dan dipelihara dari kecil. Hal itu merupakan salah satu kunci keberhasilan penangkaran bekisar.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Mengapa hal itu menjadi salah satu kunci? Sebab, ayam hutan hasil tangkapan (bukan tetasan dari telur) hampir pasti tidak bisa digunakan sebagai pejantan karena sifat liarnya yang hampir tak mungkin bisa dijinakkan. Bahkan, tidak semua ayam hutan pejantan hasil tetasan juga mau mengawini, yang mau mengawini juga belum tentu ngisi (subur).
Dengan demikian, mencetak ayam bekisar memang cukup ribet. Sudah begitu, untuk mendapatkan ayam bekisar yang bagus, juga tidak mudah. Dari ribuan tetasan, belum tentu muncul 1 ekor yang benar-benar istimewa.
Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
Suara asli ayam hutan kental dengan serak “R” … cek kek kek ..kerrr…, sementara itu bekisar yang bagus, kualitas lomba, justru dicari yang suaranya bersih, bebas dari “R”.
Beberapa contoh suara bekisar kriteria bagus:
Ayam bekisar juara nasional:
Download ayam bekisar juara nasional
Bekisar juara bakalan:
Download suara ayam bekisar juara bakalan
Bekisar rumahan bagus:
Lomba ayam bekisar nasional final kelas utama:
Lomba ayam bekisar nasional final kelas pratama:
Hampir punah
Persoalan penangkaran bekisar muncul karena saat ini ayam hutan di alam sudah semakin langka. Selain karena telurnya diburu, juga ayam hutan yang sudah dewasa pun tak luput dari buruan. Sudah begitu, “hutan” tempat habitat ayam hutan juga semakin tidak nyaman dan tidak aman. Jadi, kepunahan ayam hutan bisa dikatakan tinggal menunggu waktu saja.
Petaka, sebab kalau ayam hutan punah, berarti punah pula kelak ayam bekisar. Untungnya, kekawatiran akan kepunahan ayam hutan, yang berarti juga kepunahan ayam bekisar, juga sudah banyak disadari oleh para penggemar ayam bekisar.
Salah satu yang getol mengkampanyekan upaya pelestarian dengan jalan breeding adalah Gusti Prabukusumo.
Beberapa breeder ayam bekisar, juga mulai tergerak untuk mempraktekkan ternak ayam hutan, kendati mungkin memiliki tingkat kesulitan tersendiri, pada awalnya. Misalnya yang dilakukan oleh breeder Gunawan, dari Kajoran, Magelang. Gunawan sudah mulai ternak bekisar sejak puluhan tahun, tepatnya 1994 dan hingga kini masih aktif mengikuti kontes ke seluruh penjuru daerah.
Demi breeder ayam hutan, Gunawan rela membongkar 50 kandang betina untuk bekisar, untuk dibangun kandang yang kelak akan diisi pejantan dan betina ayam hutan. “Insya Allah dalam dua bulan ke depan sudah siap diisi indukan hutan.”
Dulu Gunawan memiliki 100 ekor betina untuk mencetak bekisar, kini tinggal 50 ekor. Dari 50 ekor betina itu, tiap bulan bisa menghasilkan 150 ekor khutuk, yang dijual 75.000 sampai 100.000 rupiah per ekora. Harga Rp. 100.000 untuk warna hitam dan putih.
Gunawan tidak membesarkan kuthuk, tapi semua dijual, dan setelah usia tertentu, semisal 3 bulan, Gunawan siap membeli lagi. Pembeli kuthuknya selain kawasan Magelang, Jogja dan sekitarnya, juga pelanggan dari Madura hingga Sumatera. (Waca-Jogja)