Dalam perawatan harian, burung kacer sebenarnya hanya membutuhkan jangkrik dalam jumlah sedikit, yaitu 3 ekor pada pagi hari dan 2 ekor di sore hari. Tetapi beberapa hari menjelang lomba, diperlukan utak-atik porsi pemberian jangkrik agar pada hari-H (saat lomba) bisa menampilkan penampilan puncaknya. Mau tahu?
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Perbedaan porsi pemberian jangkrik tentu bisa dipahami, mengingat karakter dasar dari setiap individu kacer tidak selalu sama. Jadi, kuncinya adalah sejauhmana kicaumania mengetahui karakter dasar dari burung yang dipeliharanya.
Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
Pemberian jangkrik sebagai ekstra fooding (EF) untuk burung berkicau sangatlah penting, sama pentingnya dengan EF lainnya seperti kroto dan ulat hongkong. Tetapi porsi pemberian jangkrik pun berbeda-beda menurut spesiesnya. Sebagai perbandingan, jika kacer menggunakan pola 3-2, maka murai batu 4-2, anis kembang 2-1, dan sebagainya.
Menjelang lomba, porsi pemberian jangkrik juga mengalami perubahan dalam rangka menggenjot birahi burung yang hendak berlaga. Dengan birahi tinggi atau memuncak, burung secara naluriah akan berusaha memanggil betina (yang sebenarnya belum tentu ada) dengan cara berkicau. Makin birahi, makin gacor pula suaranya.
Pola pemberian jangkrik yang umum dilakukan menjelang lomba adalah 5-5, terutama pada H-3 hingga H-1. Pada hari perlombaan, Minggu, kacer diberikan 3-5 ekor jangkrik lagi. Jika harus turun di beberapa kelas, maka setiap mau berlomba ditambahkan dua ekor jangkrik lagi.
Berkreasi Sendiri
Om dan Tante tentu bisa berkreasi sendiri, dengan catatan modifikasi yang diberikan tidak memiliki efek negatif terhadap burung. Tentu hal ini baru dapat dilihat hasilnya setelah lomba. Jika hasilnya positif, hal itu bisa diterapkan untuk perawatan menjelang lomba yang lain.
Kreasi atau modifikasi ini juga bisa dijadikan resep jitu untuk burung A, meski dengan resep yang sama belum tentu memberikan hasil yang sama pula terhadap burung B, C, dan seterusnya. Sekali lagi, semuanya disesuaikan dengan karakter dasar dari masing-masing burung yang ditangani.
Salah satu kreasi yang membuahkan sukses besar adalah apa yang dilakukan Mr. Parno, sebagaimana dituturkannya kepada Tabloid Agrobur.
“Sehari menjelang lomba (H-1), atau hari Sabtu, saya biasa memberikan jangkrik sebanyak 15 ekor,” ujar Mr. Parno. Sayangnya, tidak dijelaskan berapa porsi pagi dan sore hari. Umumnya pemberian jangkrik pagi hari lebih banyak daripada sore hari, jadi silakan utak-atik sendiri.
Resep lainnya adalah menjauhkan posisi (sangkar) kacer dari burung-burung lainnya, terutama sesama kacer. Hal ini untuk mencegah terjadinya “perang sebelum tanding”. Kalau kacer sudah fight sebelum lomba dimulai, dikhawatirkan energinya sudah jauh terkuras, dan malah loyo saat lomba yang sebenarnya dimulai.
Untuk perawatan harian, Mr. Parno hanya memberikan 3 ekor jangkrik pada pagi hari, dan 3 ekor lagi pada sore hari. Voer yang biasa digunakannya adalah Topsong. Ritual mandi dan jemur dilakukan dua kali, pagi dan sore. Tetapi penjemuran tidak perlu terlalu lama, secukupnya saja.
Dengan perawatan seperti itulah, beberapa kacernya sukses di berbagai lomba. Boboho, misalnya, belum lama ini menjadi bintang di even Danbrig 6/2 Kostrad Solo (21/10), juara IKPBS Solo, dan runner-up Walikota Cup Salatiga. Anda punya pengalaman lain dalam mengutak-atik porsi jangkrik untuk kacer menjelang lomba?
Salam dari Om Kicau.