Dalam penangkaran maupun pemeliharaan burung kenari dan lovebird, terkadang dijumpai kasus di mana induk betina mengalami kesulitan dalam mengeluarkan telur. Gejalanya antara lain burung terlihat tersengal-sengal (sesak nafas), pembengkakan pada anus, dan susah buang kotoran. Gejala ikutannya antara lain sering duduk di bawah, sayap sering turun (pada kenari), dan sebagainya. Gangguan kesehatan inilah yang disebut sebagai egg binding.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Tidak bisa dimungkiri, egg binding menjadi salah satu momok bagi para penangkar burung. Kasus ini sebenarnya tidak hanya dijumpai pada kenari dan lovebird saja. Spesies burung yang lain, termasuk juga ayam, bisa saja mengalami hal serupa.
Mengenai gejala klinis, diagnosa, dan pengobatan pada burung yang mengalami egg binding, Om Kicau sudah pernah mengupastuntasnya beberapa waktu lalu (cek di sini). Tulisan kali ini sekadar menambahkan gejala-gejala klinis yang sering luput dari pengamatan para penangkar, tetapi sebenarnya memiliki keterkaitan dengan egg binding.
Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
Gejala egg binding yang perlu diamati
Disebut sebagai momok bagi para penangkar burung, karena egg binding bukan saja sering menggagalkan keinginan mereka untuk memperoleh anakan yang akan dipelihara dan dijual. Bahkan, tidak sedikit induk yang mati akibat telur yang tak mau keluar juga.
Berikut ini beberapa gejala klinis yang dialami burung penderita egg binding dan sering luput dari pengamatan kita:
- Burung terlihat tersengal-sengal atau sesak nafas
Banyak induk burung betina yang mengalami egg binding memperlihatkan gejala seperti ini. Ia akan kesulitan bernafas, atau nafasnya terlihat lebih cepat, bahkan mengalami sesak nafas. - Pembengkakan pada kloaka burung
Telur yang tidak bisa dikeluarkan bisa terlihat dari perutnya yang sedikit membuncit. Bahkan bagian kloaka (anus) membengkak akibat dari upaya burung yang memaksa mengeluarkan telur yang macet tersebut. - Susah buang feces (kotoran)
Jika Anda menduga ada induk betina yang mengalam egg binding, coba perhatikan sewaktu mereka membuang kotorannya, apakah ada kesulitan (seperti mengejan / ngeden), atau sama sekali tidak bisa membuang kotorannya. - Bulu yang mengembang
Salah satu ciri umum dari burung yang terkena masalah adalah sering mengembangkan bulu-bulunya. Meski bukan gejala klinis, Anda perlu mewaspadainya sebagai tengara awal untuk memastikan apakah burung mengalami egg binding (tetap harus dicek dengan gejala klinis lainnya). - Sayap yang terlihat turun
Gejala ini umumnya dijumpai pada burung kenari ketika mengalami gangguan kesehatan. Ini juga bukan gejala klinis egg binding, tetapi cukup dijadikan tengara awal saja, agar Anda bisa menyiapkan tindakan secepat mungkin. - Kehilangan nafsu makan dan depresi
Burung yang mengalami egg binding biasanya akan kehilangan nafsu makan dan mengalami depresi tinggi. Akibatnya, burung sering terlihat murung dan tidak menyentuh makanannya. - Burung terlihat tegang dan gemetaran
Burung seringkali terlihat tegang dan gemetaran, karena berusaha mengeluarkan telur yang macet tersebut. ini salah satu tanda bahwa burung tidak bisa mengeluarkan telurnya. - Sering duduk di bawah
Sebagian besar burung yang mengalami egg binding akan duduk di dasar kandang, tidak mau berdiri di tangkringan.
Pertolongan pertama terhadap burung penderita egg binding:
- Burung segera diisolasi ke tempat tenang dan hangat. Pasang lampu pijar di kandang isolasi sebagai penghangat, agar burung lebih tenang dan bisa konsentrasi sewaktu mencoba mengeluarkan telurnya kembali.
- Berikan tambahan kalsium (Ca), serta vitamin A, D dan E dan selenium untuk membantu sistem kerja otot burung dalam proses pengeluaran telur yang macet.
- Oleskan minyak sayur di area sekitar kloaka burung.
- Berikan terapi pemijatan secara pelan-pelan dan hati-hati, karena risikonya telur bisa pecah di dalam. Jika itu terjadi, kemungkinan burung untuk bertahan hidup sangat kecil.
Mencegah lebih baik daripada mengobati
Bagaimana pun, lebih baik mencegah daripada mengobati. Apalagi pemeriksaan menggunakan spekulum, seperti dilakukan para penangkar burung di mancanegara, jarang dijumpai di negeri ini.
Faktor utama penyebab egg binding adalah asupan gizi yang kurang dan tak seimbang. Dalam konteks ini, induk betina jelas mengalami kekurangan kalsium. Lho, bukankah egg binding itu terjadi akibat kerabang telur yang terlalu keras sehingga sulit dikeluarkan?
Maaf, pandangan itu sangat keliru. Egg binding justru terjadi akibat lembeknya kerabang telur sehingga menjadi lengket dan menempel pada dinding-dinding saluran reproduksinya. Hal ini bisa karena kekurangan kalsium secara langsung.
Bisa juga kebutuhan kalsium sudah tercukupi, tetapi minim vitamin D3 yang khusus menyerap kalsium. Karena kerabang telurnya lembek dan lengket, maka burung betina pun tidak mampu mengeluarkan telur meski sudah mengejan berkali-kali.
Untuk mencegah hal tersebut terjadi, pastikan induk betina mengalami kecukupan kalsium dan vitamin D3. Mineral Ca banyak dijumpai di toko unggas, tetapi bagaimana mencari vitamin D3?
Sebenarnya Anda tidak perlu repot mencarinya, karena semuanya terkandung dalam BirdVit dan BirdMineral. Karena itu, kedua suplemen ini mesti disediakan untuk burung-burung yang ada di kandang penangkaran.
Faktor lain yang tak boleh dilupakan adalah selalu menjaga kebersihan kandang penangkaran. Usahakan kandang selalu dibersihkan pagi dan sore hari. Periksa pula apakah sarang tempat di mana burung akan bertelur benar-benar nyaman, bebas dari kutu, semut, dan parasit lainnya.
Salam sukses untuk Anda, salam sukses dari Om Kicau.