Hingga kini masih berembus mitos bahwa cucakrowo mudah stres dan sulit ditangkarkan atau beranak-pinak jika kandangnya sering dilihat orang. Tidak mengherankan jika banyak penangkar membangun kandang dengan dinding tertutup (kecuali bagian depan), bahkan melengkapinya dengan kamera CCTV agar pemantauan bisa dilakukan di ruang lain. Tetapi semua mitos itu dibantah Om Agisma, penangkar cucakrowo di Amuntai, Kalsel, melalui praktik langsung yang dilakukannya sejak 1997.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Agisma merupakan akronim dari nama lengkapnya, Achmad Gazali Ismail. Sejak 1997, dia mendirikan Agisma Bird Farm di rumahnya, Jl.Norman Umar No 123 Kebun Sari, Kabupaten Amuntai, Kalimantan Selatan. Profesi ini dijalaninya bersamaan dengan bisnis sablon dan percetakannya. Sebelum resmi mengibarkan bendera Agisma BF, bapak tiga anak ini sudah melakukan uji coba penangkaran sejak 1982.
Selama ini, kata Om Agisma, banyak penangkar cucakrowo yang membangun kandang breeding dengan system tertutup. Dinding samping kiri-kanan dan belakang ditembok dengan bata atau batako. Pemilik bird farm juga membatasi kunjungan tamu ke kandang penangkaran. Bahkan perawat pun hanya boleh masuk pada saat memberi makanan, atau saat kondisi darurat yang terpantau lewat kamera CCTV.
Menurut Om Agisma, mitos itu terbukti tidak benar, setidaknya menurut pengalamannya selama ini. Ia justru membangun kandang penangkaran yang bersifat terbuka, baik dalam konstruksi kandang maupun terbuka dikunjungi orang, termasuk tetangga dan tamu.
Nyatanya juga tidak ada masalah. Kalau itu sudah berjalan sejak 1997, dan ternyata tidak pernah terjadi masalah, maka ia yakin sepenuhnya bahwa mitos kandang penangkaran cucakrowo harus tertutup adalah salah!
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Dengan kandang terbuka, maka kita bisa melihat segala aktivitas burung secara langsung, mulai dari bercumbu, membuat sarang, kawin, bertelur, mengeram sampai piyik yang baru menetas. Kita juga bisa melihat bagaimana induk mengasuh anakan, melolohkan makanan, hingga anakan berlatih terbang dan akhirnya bisa terbang.
“Banyak keuntungan dari kandang terbuka. Misalnya bisa menekan biaya kandang, induk jantan maupun betina tidak mudah stres, dan yang sangat penting adalah anakan yang dihasilkannya bermental fighter. Burung muda berani berkicau di antara burung yang berumur lebih tua, bahkan ketika orang berlalu-lalang di sekitar kandang,” ujarnya.
Selain itu, kandang terbuka juga memudahkaan pengontrolan, melihat kebersihan kandang, dan sirkulasi udara juga jauh lebih bagus. Kandang terbuka sekaligus bisa menghibur, menghilangkan rasa jenuh, dan memulihkan semangat dan kesegaran setelah seharian bekerja,” tambah Om Agisma.
Inti dari semua ini adalah burung, khususnya cucakrowo, jika sejak awal memang dipelihara dalam kandang terbuka, maka burung-burung yang ada di dalamnya pun akan menyesuaikan diri dengan keadaan.
Berkat penangkaran di kandang terbuka, Om Agisma jarang menemui kendala berarti seperti burung stres, macet produksi, suka membuang telur, membunuh anakan yang mengakibatkan indukan jadi kanibal, dan perangai buruk lainnya yang konon sering dikaitkan dengan lalu lalang manusia atau sering dilihat orang.
“Yang penting bagaimana kita memberikan kasih sayang kepada burung, memberikan asupan gizi dan multivitamin breeding yang bagus,” tuturnya. Om Agisma juga melengkapi bagian dalam kandangnya dengan bentuk menyerupai habitat aslinya, seperti penyediaan pohon di dalam kandang, dan tempat sarang yang diletakkan di sela-sela ranting pohon.
Yang tak kalah penting adalah selalu menjaga kebersihan kandang. Sebab burung yang diternakan dalam lingkungan bersih akan menghasilkan indukan dan anakan yang lebih sehat, mental pemberani, stamina oke, dan cepat bongsor.
Sumber foto: Agisma Bird Farm
Salam sukses untuk Anda, salam sukses dari Om Kicau.