Hwamei, atau sering juga disebut wambie, adalah burung yang pernah populer bagi penggemar burung kicauan yang sudah malang-melintang sejak dekade 1990-an hingga awal dekade 2000-an. Suara keras, selalu fight dengan gaya menggetarkan kedua sayapnya, merupakan ciri khas dari burung ini. Sayangnya, popularitas hwamei di Indonesia kini memudar, terbelit persoalan internal dan eksternal.

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Mari kita flashback sebentar ke era dimana burung ini masih merajai semua kelas lomba seperti halnya poksay, samho, dan sebagainya. Pada era kejayaan hwamei, burung lokal yang masih bisa menandingi popularitasnya adalah anis kembang (anis merah belum muncul saat itu), jalak suren, dan cucakrowo.

Kemampuan bertarung yang sangat tinggi menjadi daya tarik utama bagi para kicaumania untuk memeliharanya. Popularitasnya mulai meredup ketika muncul anis merah dan cucak hijau. Anis kembang pun ikut redup sejak kemunculan saudara dekatnya, anis merah, yang memiliki gaya teler saat berkicau.

Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...

Saat itulah, beberapa kicaumania mulai ngrasani hwamei sebagai burung yang berisik, karena suaranya yang sangat keras. Suara yang memekakkan telinga itu dianggap bisa mengganggu ketenangan rumah tangga, juga mengganggu ketenangan burung berkicau lainnya di rumah.

Tetapi pukulan paling berat justru faktor eksternal, saat muncul wabah SARS pada awal dekade 2000-an, sehingga pemerintah menghentikan impor burung dari China. Maklumlah, wabah SARS atau sindrom sistem pernafasan akut berasal dari China. Penyakit yang menyerang manusia itu ditularkan melalui burung.

Sejak itu pula, sekitar tahun 2003, hwamei sudah jarang dilombakan dan akhirnya lenyap begitu saja. Tetapi saya yakin, sebagian penggemar masih memelihara maupun membiakkan hwamei untuk konsumsi kalangan terbatas. Di sejumlah negara Asia, setiap pemelihara hwamei mesti mengantungi sertifikat khusus (lisensi) dari instansi yang berwenang. Mungkin seperti lisensi jalak bali.

DI SEJUMLAH PASAR BURUNG DI CHINA, HWAMEI JINAK YANG MAU DIJUAL TIDAK DIMASUKKAN DALAM SANGKAR. MEREKA HANYA MENGINGAT KAKI HWAMEI DENGAN RANTAI KALUNG.

Menjinakkan hwamei

Burung hwamei (Leucodioptron canorum) rata-rata memiliki karakter giras, meski ada beberapa burung yang bisa jinak melalui terapi penjinakan dan pelatihan. Burung ini bisa lebih cepat jinak jika dipasangkan dengan betinanya. Namun untuk mencari hwamei betina, apalagi sekarang ini, susahnya minta ampun.

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

Tapi jangan khawatir, karena rata-rata hwamei yang ada di pasaran saat ini merupakan burung lama, atau setidaknya merupakan burung hasil penangkaran dari segelintir hwamei mania yang tersisa. Jadi, kondisinya berbeda dari dua atau tiga dekade sebelumnya yang murni impor dan hasil tangkapan alam di China.

Jika Anda memiliki burung hwamei dan masih giras, semoga tips berikut ini bisa membantu:

  1. Untuk memulai program penjinakan, masukkan hwamei ke sangkar kecil.
  2. Sangkar digantung di tempat ramai, dan dikerodong setengahnya saja.
  3. Frekuensi mandi hwamei mesti ditingkatkan, dan menggunakan bak / karamba mandi.
  4. Saat mandi, dekatkan sangkar hwamei betina.
  5. Sesekali membuat burung kelaparan (teknik ini lazim diterapkan di China).

Meski sudah jinak, hwamei jantan tidak akan kehilangan kemampuan bertarungnya jika bertemu dengan sesama hwamei jantan. Cara berkelahinya pun mirip dengan ayam aduan. Bahkan setelah jarang dilombakan sebagai burung pengicau, hwamei lebih sering dijadikan burung aduan di sejumlah negara Asia, termasuk China.

Barangkali karena “peralihan fungsi” dari burung lomba ke burung aduan itulah yang membuat beberapa negara di Asia memberlakukan lisensi untuk memelihara hwamei. Mudah-mudahan kita tidak terjebak atau ikut-ikutan mengalihfungsikan hwamei. Tetapi kalau mau lihat tayangan adu hwamei di China, silakan simak video berikut ini, sekadar menambah wawasan saja:

Penangkaran hwamei

Apabila tertarik untuk mengembangbiakan burung hwamei, Anda bisa menggunakan teknik dan metode penangkaran burung robin, karena sebagian besar poinnya sama. Silahkan cek artikel penangkaran burung robin di sini.

Keberhasilan penangkaran hwamei harus diawali dari penjodohan induk jantan dan betina. Jika burung sulit dijodohkan, pemberian suplemen khusus penangkaran sangat diperlukan.

Perawatan harian

Jika sekadar memelihara, bukan menangkarkan, maka perawatan harian hwamei pun tidak jauh berbeda dari burung-burung tipe petarung seperti murai, kacer, dan cendet. Mandi dan jemur adalah ritual harian yang wajib bagi burung ini. Pemberian ekstra fooding (EF) seperti jangkrik dan ulat hongkong 5 ekor pagi dan sore hari bisa membuat burung lebih rajin berbunyi.

Burung hwamei pintar menirukan suara burung lainnya. Jadi, dalam hal ini pemasteran burung perlu diberikan untuk menambah variasi suara kicauannya. Adapun burung yang bisa dijadikan masteran bagi hwamei antara lain ciblek, parkit, lovebird, cucak jenggot, kapas tembak, serta cililin.

Salam sukses dari Om Kicau.

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.