Akibat ulah perawat yang bertindak tanpa ngomong dulu dengan dengannya, Agung Djuminten harus menanggung malu dalam Lomba Bekisar Paku Alam Cup di Jogja, Minggu (16/12). Apalagi ulah sang perawat bekisar ini tergolong curang alias kurang terpuji. Ia membawa dua ekor ayam ke lapangan. Seekor diikutkan di babak pertama, dan ternyata lolos. Tetapi di babak kedua, sang perawat memasukkan bekisar yang satunya lagi, dan ternyata juga lolos.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Bahkan saat berlaga di babak ketiga, bekisar milik Agung sesungguhnya berhasil lolos ke babak final. Nah, di sinilah permasalahan muncul, karena para peserta lain mengetahui kalau bekisar milik Agung yang maju ke final bukanlah ayam yang ikut di babak pertama. Itu berarti Agung dianggap telah menggunakan joki atau bekisar lain di babak penyisihan, sementara setelah masuk babak berikutnya baru memakai jagoan yang sesungguhnya.
Akibat kecurangan ini, bekisar milik Agung Djuminten pun didiskualifikasi dan tidak boleh ikut babak final. Celakanya, selama kontes berlangsung, Agung justru lebih banyak ngobrol dengan teman-temannya di pinggir lapangan. Akibatnya, ia tidak terlalu memperhatikan kontes, khususnya di babak-babak awal.
Setelah mengetahui ramai-ramai dan yang dipersoalkan adalah bekisarnya, Agung pun mengaku syok. “Wah malu sekali, dikiranya saya tahu atau bahkan yang menyuruh. Padahal itu murni inisiatif si perawat tanpa ngomong dulu dengan saya. Saya tidak mungkin melakukan hal konyol dan memalukan seperti itu. Warna bulu ayamnya saja jelas berbeda. Jumlah ayam bekisar, khususnya ayam kontes, kan tidak banyak, sehingga di antara kita sudah saling hapal. Jadi kalau mengganti ya pasti ketahuan,” tutur Agung.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Kisah ini justru menjadi bahan omongan yang hangat hingga saat ini, menyingkirkan kisah ayam-ayam yang masuk juara.
Di luar kejadian tersebut, even Paku Alam Cup berlangsung sukses. Para peserta datang dari berbagai daerah, tidak hanya dari Pulau Jawa, tapi juga dari Sumatera dan Madura. Ketua Panitia Acun Hadiwinoto mengaku sangat puas dengan gelaran kali ini, termasuk memuji tindakan tim juri dan panitia yang mendiskualifikasi peserta yang terbukti berlaku curang.
“Tindakan tegas untuk menjaga aturan main itu perlu, tak peduli itu siapapun. Dengan demikian, panitia dan tim juri tetap bisa menjaga martabat dan kehormatannya. Di luar itu, saya juga mengucapkan terima kasih, karena yang bersangkutan mau menyadari kekeliruannya serta mau menerima sanksi tidak boleh ikut babak final.”
Gandrung, gaco milik Indra dari Solo, memang patut diacungi jempol. Dari awal kerekan, bekisar ini nampak gacor dan mengeluarkan suara merdu, sehingga juri bersepakat menetapkan Gandrung sebagai pemenang kelas utama.
Tidak kalah hebat gaco Parikesit milik Haji Taufik dari Temanggung, yang memiliki suara merdu. Sayangnya, ayam ini kurang rajin dan ditengarai karena cuaca mendung. Di kelas madya, Darah Muda milik Hoyu Surabaya dari awal juga rajin dan stabil dalam mengeluarkan lagu andalannya.
Bagaimana pun Lomba Bekisar Paku Alam Cup perlu mendapat apresiasi, mengingat frekuensi gelaran ayam bekisar belakangan mulai menyusut. Ayo, siapa lagi yang mau mengadakan lomba ayam bekisar? (Waca-Jogja)
Hasil Lomba Bekisar Paku Alam Cup Jogja (16/12)
KELAS UTAMA | ||
1. Gandrung | Indra H | Solo |
2. Samurai | H Wofi | Surabaya |
3. Parikesit | H Taufik | Temanggung |
4. Jecko | Yanto | Surabaya |
5. Kudeta | Wardi | Wates |
6. Raul | Haryono | Surabaya |
7. Darah muda | Hoyu | Surabaya |
8. Megan toro | Agung laloe | Sleman |
9. Sekar langit | Heru | Sleman |
10. Kamerun | H Ibrahim | Pamekasan |
KELAS MADYA | ||
1. Darah muda | Hoyu | Surabaya |
2. Bintang W1 | H Ibrahim | Pamekasan |
3. Shasha | Kardi | Wates |
4. Songgo Pentil | H Taufik | Temanggung |
5. Bintang pagi | H Taufik | Temanggung |
6. Sekar jagad | Acun h | Jogjakarta |
7. Badai | H Munir | Cilengsi |
8. Songgo bawono | Acun H | Jogjakarta |
9. Tanjung | Cahyo | Muntilan |
10. Modrik | Haryono | Surabaya |
KELAS PRATAMA | ||
1. Jalalabad | Wiwik wibowo | Semarang |
2. Gendon | Yanto | Solo |
3. Sunan | Zaki | Pamekasan |
4. Joko ngebong | Acun H | Jogjakarta |
5. Sunan | Ikhsan | Muntilan |
6. Galih | Doni | Jogja |
7. Budak jambi | Ihwan | Jambi |
8. Galakxi | H Ibrahim | Pamekasan |
9. Ronggeng | H Taufik | Temanggung |
10. Galeh | Saroi | Sleman |