Belalang dikenal sebagai salah satu jenis serangga yang dapat digunakan untuk memaster burung berkicau. Suaranya yang nyrecet sangat baik untuk menghasilkan efek tembakan pada burung berkicau tipe petarung (fighter) seperti murai batu, kacer, dan cendet. Salah satu jenis belalang yang konon dianggap terbaik untuk masteran adalah belalang kerek (Orthoptera tettigoniidae). Belalang kerek sering dijumpai di kawasan dataran tinggi seperti pegunungan, terutama di kaki gunung.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Disebut masteran terbaik, karena kualitas suaranya memang ciamik. Bahkan di Malaysia pun ada kontes belalang kerek, yang digelar rutin setiap pekan. Mereka juga menyebutnya belalang kerek, meski ada juga yang menamakannya sebagai belalang rusa. Kontes belalang juga rutin digelar di China, namun dengan spesies yang berbeda.
Menjelang petang hingga dinihari, belalang kerek aktif mengeluarkan suara dengan durasi lama, dan volume yang keras, bahkan bisa terdengar dalam radius 50 meter: “Creeeeet… creeeeet.. creeeeet…” .
Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
“Burung seperti pentet (cendet), murai, dan kacer mudah sekali menirukan suara belalang kerek jantan, yang akan mengerik sepanjang malam,” kata Ibrahim, pemburu belalang kerek di kaki Gunung Salak, Kabupaten Bogor.
Mau dengar suaranya? Silakan lihat tayangan video berikut ini:
Saya tidak tahu persis apakah belalang kerek sama dengan belalang kecek. Tetapi sebutan belalang kerek lazim digunakan di Malaysia dan sebagian wilayah Indonesia, terutama Bogor dan sekitarnya (mohon masukan dari pakar serangga).
Dengan suara belalang kerek:
Untuk membandingkan dengan suara belalang lainnya, silakan klik link berikut ini;
Perjuangan Ibrahim di kaki Gunung Salak
Setiap malam, Ibrahim mencari belalang kerek di semak-semak tanaman di kaki Gunung Salak. Di musim kemarau, setiap hari biasanya dapat menangkap sekitar 50 ekor. Ketika tanah kering, belalang keluar dari sarangnya dan berlomba-lomba mengeluarkan suaranya. Hal ini memudahkan Ibrahim untuk mendeteksi keberadaannya, kemudian menangkapnya.
Namun pada musim hujan seperti sekarang, ketika kondisi tanah basah, belalang lebih sering bersembunyi di sarangnya. Kalau pun keluar dari sarang, mereka jarang sekali mengeluarkan suaranya, sehingga sulit dideteksi. “Kalau hujan, paling hanya bisa mendapatkan tujuh ekor,” kata Ibrahim.
Ibrahim punya cara sendiri untuk menjual belalang itu. Biasanya, setiap ada lomba, dia akan berjualan di sana. Seekor belalang kerek dibanderol dengan harga Rp 7.500 hingga Rp 10.000. Memang terasa mahal, tetapi harga itu sebanding dengan perjuangannya beratnya di kaki Gunung Salak.
Modal berburu memang bisa dikatakan murah, hanya mengandalkan dian (lampu suluh) dan bakul yang ada tutupnya. Tetapi risiko berhadapan dengan binatang berbisa seperti ular dan kalajengking, serta tertusuk duri tanaman bersemak, jarang dipikirkan orang lain. “Mencarinya kan harus malam, dingin sekali, dan harus pakai tangan,” kata Ibrahim.
Selain itu, tidak semua belalang kerek yang sudah ditangkapnya langsung laku. Jika belum laku, mau tidak mau Ibrahim harus menyediakan pakan seperti kacang panjang dan buncis, dan itu juga membutuhkan uang.
Jadi, bagi kicaumania yang memiliki belalang kerek di rumah, juga perlu menyediakan pakan berupa kacang panjang dan buncis. Pakan lain yang bisa diberikan antara lain pucuk nenas dan ketimun.
Setiap malam, belalang kerek harus ditempelkan di dekat sangkar burung yang mau dimaster, sampai burung bisa menghasilkan tembakan-tembakan seperti suara belalang tersebut. Biasanya, belalang kerek hanya mampu bertahan selama 3-4 bulan. Setelah itu mati.
—