Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Dengan inisiatif sendiri, Mang Idin bersama beberapa relawan membangun kolam pelestarian yang sederhana di Pantai Hiu. Jika musim penyu mendarat tiba, mereka akan menyisir pantai di malam hari, untuk mencari dan “memanen” telur-telur penyu. Penyisiran itu dilakukan dinihari sekitar pukul 03.00. Adapun musim penyu mendarat dan bertelur terjadi antara Mei hingga Desember.
Telur penyu selanjutnya dibawa untuk ditetaskan di dalam kolam pasir yang sudah disediakan. “Seekor penyu bisa bertelur sebanyak 120 sampai 250 butir, tapi tidak dikeluarkan sekaligus. Kalau di satu lokasi kita temukan telur penyu, biasanya 12 hari kemudian kita datangi lagi lokasi tersebut. Sebab periode bertelur yang kedua biasanya pada hari ke-12,” kata Mang Idin.
Kolam pasir tempat menetaskan telur penyu tidak terlalu luas, hanya berukuran 2 x 4 m2. Telur-telur itu kemudian ditimbun sedalam 70 cm. “Jadi yang mengerami telur penyu adalah adalah kehangatan pasir, bukan dierami induknya,” jelasnya.
Mengapa telur penyu perlu “diamankan”?
Mang Idin dan kawan-kawan memang punya kepedulian tinggi. Dari berbagai referensi, serta ditempa pengalaman selama ini, ia tahu kalau dari sekitar 1.000 ekor anak penyu yang menetas, hanya 2-3 ekor saja yang bisa bertahan hidup sampai dewasa. Sebab anak penyu merupakan makanan favorit para predator di laut.
“Nah, anakan penyu yang menetas di sini kita pelihara sampai usia tujuh bulan, sudah cukup dewasa dan bisa mencari makan sendiri, serta sudah mampu menyelamatkan diri dari serangan predator,” kata Mang Idin.
Karakter penyu terkadang unik untuk diamati. Misalnya, ada jenis penyu yang jenis kelaminnya bisa diamati dari sifat pemalunya. Ketika penyu diangkat, dan dua sirip bagian bawahnya menutupi “aurat”, itu pertanda betina. Ada juga yang kepalanya mirip burung elang.
Ukuran penyu juga bervariasi, mulai dari yang standar sampai berukuran sangat besar. Penyu hijau yang pernah ditemui Mang Idin memiliki panjang sekitar 2,5 meter, diukur hanya pada bagian punggung yang ditutupi kerabang keras (leher dan kepala tidak ikut diukur). Adapun panjang tubuh penyu sisik sekitar 1,5 meter dan penyu tempayan sekitar 2 meter.
Ketika berkunjung di kolam pemeliharan, ada beberapa ekor penyu sisik dan penyu hijau yang sudah cukup besar. Selain itu, ada juga puluhan anak penyu umur 6 bulan. Bebeapa penyu terlihat memar dan lebam di bagian matanya.
“Ya, sebagian ada yang sakit karena kadar garam di kolam ini kurang atau terlalu payau. Kenapa kurang? Sebab kita menyedot air hanya dari bibir pantai saja, tidak bisa sampai ke tengah laut hingga melampaui ombak. Jadi pas hujan, air laut yang bercampur air hujan atau air tawar ikut tersedot. Kita belum mampu menyedot sampai tengah laut, sebab butuh selang panjang. Kami di sini membiayai sendiri semuanya, dan uang itu berasal dari bantuan para pengunjung. Tidak ada bantuan dari pemerintah,” tandasnya.
Apabila Anda juga punya kepedulian untuk melestarikan alam, termasuk penyu yang beragam, silakan hubungi langsung Mang Idin di Pantai Hiu, sehingga ia dan beberapa relawan lainnya dapat memberikan treatment yang lebih maksimal dalam pelestarian penyu-penyu tersebut. Dari pengalamannya, kita juga bisa belajar banyak tentang beragam jenis penyu, habitat, dan karakternya. (Waca-Jogja)
Just for your inspirations.
—