Peneropongan telur (candling) merupakan salah satu hal yang rutin dilakukan peternak pembibit (ayam, itik, puyuh) maupun sebagian penangkar burung. Memang, belum semua penangkar burung terbiasa dengan aktivitas ini. Padahal candling sangat penting untuk memastikan apakah telur yang dierami indukan perlu diteruskan atau tidak. Kalau sejak awal sudah diketahui infertil, apalagi semua telur, pengeraman bisa segera dihentikan, sehingga waktu bisa dimaksimalkan untuk mengawinkan kembali dengan burung jantan.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Alat teropong telur (candler egg) sebenarnya dijual di beberapa toko burung terkemuka. Namun, Anda bisa juga membuat sendiri alat itu dengan menggunakan bahan sederhana dan tak terpakai di rumah, misalnya kaleng bekas susu, pot bunga, dan sebagainya.
Gambar di bawah ini menunjukkan bahan-bahan yang digunakan, sistem perangkaian, dan bagaimana cara menggunakan alat teropong tersebut :
Diameter lubang pada bagian atas pot / kaleng susu, serta kardus / karton yang dilubangi harus disesuaikan dengan ukuran telur. Yang pasti harus lebih kecil dari ukuran telur, agar telur tidak jatuh saat diletakkan untuk diteropong.
Bagaimana meneropong telur?
Agar isi di dalam telur bisa terlihat jelas, maka ruangan sebisa mungkin dibuat gelap. Silakan ambil telur burung, ayam, itik, atau puyuh dari inkubator (mesin penetas). Jika dierami induknya, maka pengambilan telur dari kotak sarang dilakukan saat induk keluar dari sarang untuk makan atau minum.
Usahakan peneropongan ini selesai dalam waktu 20-30 menit, agar telur tidak menjadi dingin. Lebih cepat lebih baik.
Untuk telur yang masa pengeramannya 21 hari atau lebih, misalnya ayam (21 hari), lovebird (23 hari), atau itik (28 hari), peneropongan bisa dimulai pada hari ke-6 s/d hari ke-10. Setelah itu tidak perlu dilakukan peneropongan lagi, kecuali tiga hari menjelang menetas. Misalnya ayam menetas pada hari ke-21, maka peneropongan terakhir bisa dilakukan pada hari ke-18. Setelah itu jangan melakukan candling lagi, karena tiga hari terakhir telur harus berada pada posisi yang tetap.
Untuk telur burung berkicau, dengan masa pengeraman bervariasi12 – 16 hari, peneropongan pertama bisa dimulai pada hari ke-5. Sedangkan peneropongan hari terakhir dilakukan tiga hari sebelum menetas. Murai batu, misalnya, memiliki masa pengeraman sekitar 14 hari, burung pleci 12 hari, burung puyuh 16 hari, dan seterusnya.
Peneropongan pertama dimaksudkan untuk mengetahui apakah telur yang ditetaskan dalam mesin tetas, atau dierami induknya di kotak sarang, fertil (subur) atau infertil (gabuk). Apabila ternyata infertil, telur harus segera dibuang (digoreng juga masih enak dan aman dari sisi kesehatan, he..he..).
Kalau Anda melakukan candling untuk kedua kalinya, misalnya 2-4 hari berikutnya, maka telur yang semula fertil memiliki dua kemungkinan. Pertama, embrio tumbuh berkembang dan denyut jantungnya terlihat jelas. Kedua, embrio diam saja alias mati muda di dalam telur. Telur dengan embrio yang mati juga harus dibuang karena di dalamnya terkandung gas ammonia yang bisa mencemari mesin tetas atau kotak sarang.
Candling yang terakhir, atau 3 hari menjelang menetas, juga dimaksudkan untuk memantau apakah embrio masih hidup atau sudah mati. Pada saat itu, jika masih hidup, embrio sudah menjadi janjin yang memiliki organ tubuh lengkap, seperti paruh, sayap, dan kaki.
Apa yang bisa dilihat
Setelah telur diletakkan di bagian atas alat teropong, kita bisa melihat bayangan mengenai isi di dalam telur tersebut.
a. Telur fertil
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Lihat gambar di atas. Telur di sebelah kiri merupakan telur fertil, ditandai dengan adanya noktah merah yang merupakan embrio muda, disertai dengan sejumlah pembuluh darah. Gambaran inilah yang biasanya dapat Anda lihat pada candling pertama, ketika telur sudah dierami / ditetaskan selama 5-6 hari.
Sedangkan telur di sebelah kanan juga telur fertil, di mana embrionya sudah membesar, memenuhi ruangan kuning telur (yolk), dan mengambang di atas putih telur (albumin). Gambar ini terekam pada saat telur sudah dierami selama 2 minggu.
b. Telur infertil
Lihat gambar di atas. Telur di sebelah kanan tidak berisi apa-apa, yang berarti gabuk alias infertil, atau tidak mengandung sel benih (embrio). Gambar ini bisa Anda lihat ketika telur sudah dierami selama 5-6 hari.
Terkadang yang terlihat bukan telur infertil, bukan juga telur fertil, tetapi seperti terlihat pada gambar telur di sebelah kiri. Ada titik darah (semacam noktah), tetapi tidak ada pembuluh darah. Ini menunjukkan telur yang sebenarnya fertil, tetapi embrio mati muda di dalam telur.
c. Telur terkontaminasi bakteri
Perhatikan dua gambar di bawah ini :
Gambar sebelah kiri menunjukan adanya sebuah cincin pada telur yang berusia 5-6 hari. Cincin ini dibentuk oleh bakteri yang terkonsentrasi dan menyerang membran telur. Hal ini bisa terjadi pada saat awal bertelur, bisa juga pada saat awal dierami. Gambar di sebelah kanan menunjukkan cincin bakteri menyerang embrio muda, sehingga mati di dalam telur.
Berikut ini gambar perkembangan telur ayam dari hari ke-1 hingga hari-21. Gambar ini bisa dianalogikan untuk sebagian besar jenis burung berkicau, meski masa pengeramannya lebih singkat (12-16 hari).
Untuk melengkapi pemahaman Anda, berikut tayangan video mengenai peneropongan telur burung.
—