Tanaman plastik ternyata bisa menjadi tempat favorit bagi burung untuk bersarang. Pengalaman tidak sengaja yang dialami Lena Chow, yang kemudian ditulisnya di bestgroup.org, membuktikan jika burung trucukan (Pycnonotus goiavier) yang berkeliaran di sekitar rumahnya di Singapura, ternyata suka sekali membuat sarang dan bertelur di pot yang berisi tanaman anggur dari plastik. Pot-pot itu sejak lama dia letakkan di garasinya, untuk mempercantik ruangan. Pengalaman unik ini mungkin bisa menjadi inspirasi Anda dalam penangkaran burung berkicau.

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

BURUNG TRUCUKAN TERLIHAT CUEK KETIKA BERSARANG DI POT TANAMAN PLASTIK

Di alam bebas, burung umumnya malas menggunakan sarang lama yang pernah digunakannya. Setiap musim kawin tiba, pasangan burung jantan dan betina cenderung membangun sarang yang baru. Tapi tidak demikian dengan trucukan, atau mungkin juga beberapa keluarga kutilang lainnya seperti kutilang jambul (Pycnonotus jocosus) dan cucakrowo (Pycnonotus zeylanicus).

“Mereka (burung trucukan) sering kembali ke sarang lama, dengan sedikit memperbaiki bahan-bahan penyusun sarang. Barangkali trucukan burung yang ramah lingkungan, mau melakukan daur ulang,” kata Lena bercanda.

Adapun pot yang digunakan burung trucukan untuk bersarang ini berisi tanaman anggur dari plastik dan berada di garasi. Tanaman buah dari plastik tentu bukan sesuatu yang asing di Indonesia, karena sudah lama dijajakan di mal-mal.

Posisi pot ini menggantung, dengan ketinggian sekitar 1,75 cm. Induk betina dan jantan silih berganti mendatangi pot itu, sambil membawa bahan-bahan penyusun sarang yang di dapatkan di sekitar kebun rumah Lena Chow. Ada dedaunan kering, rumput kering, dan sebagainya.

Dengan nalurinya, burung ini menyusun bahan-bahan itu membentuk sarang di bagian dalam pot, seperti gambar di bawah ini.

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

BAHAN SARANG BURUNG TRUCUKAN

Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.

Induk betina kemudian masuk ke dalam pot, tepat di atas sarang, seolah tidak peduli dengan kehadiran para penghuni rumah, yang setiap hari pasti melewati kebun dan garasi. Bahkan Lena pernah mencoba menyapa trucukan (mungkin dengan siulan?), dan burung itu ternyata memberikan merespon suara.

Peristiwa itu berlangsung selama enam tahun, dan trucukan selalu kembali ke sarang lamanya, di dalam pot tanaman anggur plastik. Ini membuktikan bahwa trucukan memang merupakan spesies burung yang sudah mampu beradaptasi dengan perubahan kota, apalagi kota-negara seperti Singapura.

Mungkin ini juga menjadi tipikal burung omnivora, yang bisa memakan apa saja bahan pakan yang ada di sekitarnya. Di alam bebas, trucukan senang memangsa berbagai jenis serangga dan tanaman buah: dua sumber pakan yang masih mudah dijumpai di kota.

BURUNG TRUCUKAN MEMANGSA SERANGGA

Ketika anaknya menetas, induk jantan dan betina sibuk mencari makanan, terutama di pepohonan yang ada di taman kota. Tidak heran jika di setiap taman kota di Singapura hampir selalu dijumpai burung trucukan, entah sendiri entah bersama pasangan atau anaknya yang sudah bisa terbang.

Inspirasi yang bisa dipetik dari kisah Lena Chow adalah tanaman plastik pun bisa dimasukkan ke dalam kandang penangkaran burung, apapun jenisnya, dan tidak selalu harus menggunakan tanaman asli. Hal ini, misalnya, bagus sekali untuk memanipulasi kandang penangkaran serindit agar menyerupai habitat asli.

Selain itu, untuk burung-burung yang susah berjodoh, penyediaan tanaman plastik di dekat kotak sarang bisa menjadi alternatif untuk merangsang pasangan burung agar mau berjodoh, segera kawin, dan bertelur.

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.