Burung murai batu (MB) blorok belakangan makin sering bermunculan. Jika Anda berselancar di penjualan online seperti tokobagus atau berniaga, bisa dijumpai beberapa orang yang menjual MB blorok. Setali tiga uang, beberapa penangkar pun menjumpai beberapa anakan yang setelah dewasa terlihat blorok. Mereka bahkan menjualnya dengan harga tinggi, karena dianggap langka. MB blorok masih menjadi misteri besar yang membutuhkan diskusi dan sharing pengalaman, khususnya dari rekan-rekan penangkar, karena ada dua pemahaman yang berbeda.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Sebenarnya batasan MB blorok masih cukup rancu. Setidaknya ada dua pemahaman mengenai MB blorok. Saya tidak perlu menjelaskan dengan kata-kata, tetapi cukup lihat apa yang saya maksud melalui gambaran berikut ini.
MB blorok milik SKL Bird Farm
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini. |
Foto-foto di atas milik sklbirdfarm.com, dengan objek murai batu bernama Adipati. Om H Syamsul Saputro, sang pemilik bird farm, menyebutnya sebagai MB blorok. Jika Anda searching di Mbah Google, beberapa penangkar juga pernah mengalami hal yang sama.
Om Syamsul memperoleh Adipati dari muraibatu mania di Majalaya, Kabupaten Bandung. Selain karena volumenya yang tajam dan mentalnya oke, beliau juga tertarik dengan warna bulunya yang unik, yaitu blorok. Tapi saat diambil, bintik-bintik putihnya belum sebanyak ketika dewasa.
MB blorok milik Om Bobby (Jakarta)
Gambar ini pernah diupload di kaskus, dan belakangan muncul di tokobagus. Pernah ditawar sobatnya di Jawa Timur seharga Rp 10 juta, tetapi entah kenapa Om Bobby batal melepasnya (mungkin karena dia mendengar harganya bisa jauh lebih mahal dari itu, he..he…).
MB blorok milik Om Bobby diberi nama Hanoman, berkelamin jantan. Silakan simak video berikut ini:
Kalau melihat gambar Adipati dan Hanoman, perbedaannya jelas bukan? Dada Adipati tetap hitam, begitu pula dengan perutnya yang tetap cokelat tua. Sedangkan dada Hanoman dominan putih-hitam, dan pada bagian perutnya terjadi gradasi warna dari cokelat tua menjadi oranye muda berbaur warna putih.
Ketika saya searching lagi di Mbah Google, sulit menemukan gambar yang sama dengan Hanoman. Saya pun berusaha mencari situs-situs perburungan di luar negeri, untuk mencari spesies lain yang berada dalam genus Copsychus, tetapi tidak ketemu yang cocok dengan gambar di atas.
Satu-satunya yang agak mendekati, tapi tidak bisa disebut mirip, adalah Copsychus luzoniensis / white-browned shama, burung endemik di Pulau Luzon, Filipina, dengan beberapa gambar seperti di bawah ini (tetap beda kan?):
Cerita dari kandang unggulan SKL Bird Farm
Belakangan, SKL Bird Farm kembali mendapat anugerah setelah lahir sepasang piyik (jantan dan betina) dari kandang unggulan, Phantom. Piyik jantan diambil Om Wahid di Bekasi ketika masih trotol. Setelah dewasa dan mengalami molting, Om Wahid mengatakan kalau warna bulunya menjadi blorok. Bahkan, kedua ekor utamanya (yang terpanjang) pun berwarna putih seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
Selain warna bulunya yang unik, blorok anakan Phantom ini memiliki tembakan-tembakan istimewa seperti suara cililin, lovebird, cucak jenggot, dan jalak suren, diselingi suara ngeroll serindit. Volumenya juga kencang sekali.
Nah, makin bingung kan dengan pola warna pada MB Blorok? Tampilan anakan Phantom ini mirip dengan Adipati, namun bulu utamanya berwarna putih. Sedangkan Adipati tetap hitam. Tampilan kedua MB blorok ini jelas berbeda dari Hanoman.
Rupanya, Om Syamsul termasuk penangkar yang jeli. Sambil melihat kembali data recording piyik-piyik yang pernah lahir di penangkarannya, ternyata pasangan dari MB blorok yang dibeli Om Wahid sudah mulai besar (betina). Dan, ini yang membuat saya makin bingung kuadrat, justru si betina inilah yang memiliki kemiripan dengan Hanoman.
Melihat serangkaian gambar dan fakta di atas, kini setidaknya saya mulai paham, MB blorok tetap terlahir dari murai batu spesies Copsychus malabaricus atau white-rumped shama, bukan dari spesies lain seperti Copsychus luzoinensis.
Dalam ketiga kasus di atas, keblorokan murai batu umumnya sudah mulai terlihat sejak masih muda, tetapi masih sangat samar-samar, dan baru menjadi jelas setelah mengalami molting umur 7-8 bulan. Ini berbeda dari anggapan Om David de Souza, bahwa MB blorok (berdasarkan pengalamannya) terjadi akibat defiensi mineral.
Untuk lebih jelasnya, kita akan bahas masalah ini dalam serial berikutnya.