Cukup sulit untuk mencari informasi akurat mengenai taksonomi cucak hijau kepala kuning atau sumatran leafbird. Sebab, selama puluhan tahun, burung ini ditempatkan sebagai subspesies dari cucak hijau kepala emas / golden-fronted leafbird (Chloropsis aurifrons). Bahkan sampai kini, sebagian besar informasi masih menyebutkan hal demikian. Padahal cucak hijau kepala kuning kini sudah menjadi spesies tersendiri dengan nama Choropsis media (Wells, Dickinson, dan Dekker; 2003).
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Saya tertarik untuk mengamati cucak hijau kepala kuning (CHKK), karena spesies ini termasuk salah satu jenis burung yang sering dilombakan di wilayah Medan dan sekitarnya. Bahkan dalam even Liga Sumatera 2013, panitia juga membuka kelas cucak hijau kepala kuning, atau sejajar dengan kelas cucak hijau (Chloropsis sonneratii).
Dalam berbagai situs, Anda mungkin menjumpai istilah cucak hijau dahi kuning, atau terkadang ditulis cica daun dahi kuning, atau bahkan cucak hijau medan. Sebenarnya semua itu adalah nama lain dari CHKK.
Selama ini memang ada anggapan bahwa CHKK adalah burung khas atau endemik Sumatera Utara. Namun kalau mencermati lebih jauh, sebenarnya burung ini juga dijumpai di beberapa wilayah lain di Sumatera, mulai dari Aceh, Sumatera Utara, dan terus ke selatan hingga sepanjang Bukit Barisan. Jadi, lebih tepat kalau dikatakan CHKK adalah burung endemik Sumatera.
Para ornitolog pernah menempatkan CHKK sebagai subspesies dari cucak hijau kepala emas (CHKE), dengan nama ilmiah Chloropsis aurifrons media (Sibley dan Monroe; 1990, 1993). Statusnya saat itu disejajarkan dengan enam subspesies lainnya dari cucak hijau kepala emas, yaitu:
- Chloropsis aurifrons aurifrons (Temminck, 1829): habitat di wilayah timur laut India (termasuk wilayah timur lereng Pegunungan Himalaya), serta Myanmar.
- Chloropsis aurifrons frontalis (Pelzeln, 1856): habitat di wilayah barat dan timur India, mulai dari Gujarat, Bukit Satpura, hingga Orissa.
- Chloropsis aurifrons insularis (Whistler & Kinnear, 1932): habitat di baratdaya India dan Sri Lanka.
- Chloropsis aurifrons pridii (Deignan, 1946): habitat China Selatan (baratdaya Yunnan), wilayah timur dan selatan Myanmar, wilayah baratlaut dan barat Thailand, serta Laos.
- Chloropsis aurifrons inornata (Kloss, 1918): habitat di Thailand, Laos, dan Vietnam.
- Chloropsis aurifrons incompta (Deignan, 1948): habitat di Thailand, Kamboja, dan Vietnam.
Namun Wells dkk berpendapat, secara morfologis ada perbedaan yang nyata antara CHKK dan CHKE. Postur tubuh CHKK lebih besar. Burung jantan juga memiliki dahi berwarna kuning, bukan keemasan seperti halnya CHKE. Adapun betina cucak hijau kepala kuning memiliki penampilan yang mirip betina cucak rante / blue-winged leafbird (Chloropsis cochinchinensis), tetapi dengan mahkota berwarna kuning dan tidak ada warna biru pada sayap maupun ekornya.
Dengan demikian, taksonomi dari cucak hijau kepala kuning adalah sebagai berikut :
Kerajaan | : Animalia |
Filum | : Chordata |
Kelas | : Aves |
Ordo | : Passeriformes |
Keluarga | : Chloropsidae |
Genus | : Chloropsis |
Species | : Chloropsis media (Bonaparte, 1850) |
Nama Inggris | : Sumatran leafbird |
Nama Indonesi | : Cucak hijau kepala kuning, cucak hijau dahi kuning, cica daun dahi kuning |
Karakter fisik cucak hijau kepala kuning
CHKK mudah dibedakan dari cucak hijau (Chloropsis sonneratii) yang umum dilombakan di Indonesia. Perbedaan paling mencolok adalah keberadaan warna kuning pada bagian atas kepalanya, atau biasa disebut dahi / mahkota, pada cucak hijau kepala kuning. Silakan bandingkan cucak hijau dan CHKK dalam gambar di bawah ini :
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Sepintas lalu CHKK memiliki kemiripan dengan CHKE atau golden-fronted leafbird, khususnya subspesies Chloropsis aurifrons pridii, atau sering disebut sebagai cucak Thailand. Perbedaan utama hanya pada dahinya yang berwarna kuning, sedangkan CHKE berwarna oranye atau keemasan.
Lihat kembali kedua gambar di atas. Sebagaimana CHKE, pada burung jantan, bagian tenggorokan cucak hijau kepala kuning juga berwarna hitam, yang melebar hingga ke samping kiri-kanan dan ke bawah hingga berbatasan dengan daerah dada. Jika diamati, warna hitam itu membentuk seperti topeng, namun jauh lebih melebar daripada topeng hitam pada cucak hijau biasa.
Di dalam topeng juga terdapat warna biru yang terlihat sangat jelas. Hal ini berlaku untuk burung jantan cucak hijau kepala kuning dan kepala emas, dan sangat berbeda dari cucak hijau biasa yang mana topengnya hanya berwarna hitam saja.
Pada CHKK betina dan burung muda tidak terdapat topeng seperti ini. Burung betina juga memiliki dahi berwarna kuning, tapi kuningnya tidak secerah burung jantan dewasa. Selain itu, warna hijaunya juga terlihat lebih kusam daripada jantan. Penampilan burung muda hampir mirip dengan burung betina.
Postur tubuhnya sedikit lebih besar daripada CHKE, dengan panjang sekitar 20-22 cm. Sebagai perbandingan, panjang tubuh cucak hijau rata-rata 22 cm, sedangkan cucak hijau kepala emas rata-rata 19 cm. Tetapi variasi panjang tubuh mungkin saja terjadi dalam pemeliharaan di dalam sangkar, terutama jika Anda memeliharanya sejak trotolan, karena faktor pakan dan suhu lingkungan sangat mempengaruhi pertumbuhan badannya.
Habitat dan kebiasaan hidup
Di habitat aslinya, burung cucak hijau kepala kuning mendiami kawasan hutan pegunungan, atau daerah yang memiliki pepohonan tinggi. Sebab burung ini senang sekali hinggap di pucuk pohon tinggi sebagai tempat hidup, sekaligus tempat untuk mencari makanan kesukaannya, yaitu serangga yang berkembang biak di batang dan cabang pepohonan.
Di alam bebas, pakan utama burung ini memang serangga. Ini terlihat dari bentuk paruhnya yang tajam melengkung dan lidahnya yang seperti berduri. Bentuk lidah seperti ini juga sangat membantunya ketika mencari nektar. Seperti halnya burung madu, CHKK juga akan terbang di depan bunga untuk mengambil nektar.
Selain serangga dan nektar, cucak hijau kepala kuning juga senang menyantap madu. Cara menyantap buah mirip dengan serindit, di mana burung akan melubangi kulit buah, kemudian memasukkan paruh ke lubang buah untuk mengambil daging buah dan menyedot kandungan air di dalam daging buah.
Dalam beberapa pengamatan, CHKK sering hidup berpasangan di cabang / dahan pepohonan, meski ada juga yang terkadang bergabung dengan beberapa spesies burung lain ketika mencari makanan.
Burung jantan dan burung betina yang sudah berjodoh akan membangun sarang berbentuk mangkuk / cawan terbuka. Pasangan ini akan mengumpulkan bahan sarang yang berasal dari ranting-ranting kecil, dedaunan, dan rerumputan kering yang luruh di atas tanah, kemudian membawanya ke lokasi sarang.
Biasanya, mereka membangun sarang pada ujung cabang dekat tajuk pohon, namun ada juga pasangan burung yang membuat sarang menggantung di dahan, atau meletakkannya di antara dua ranting pohon yang sejajar dan sangat berdekatan.
Sebagaimana keluarga leafbird lainnya, termasuk cucak hijau, cucak rante, dan cucak hijau kepala emas, induk betina CHKK juga menghasilkan 2-3 butir telur. Telurnya berwarna merah muda dan akan dierami selama 14 hari oleh induk betina saja. Sedangkan induk jantan bertugas mencari makanan untuk betina dan anaknya ketika sudah menetas.
Karakter dasar dan perawatan harian CHKK
Mengetahui karakter dasar cucak hijau kepala kuning sangat penting untuk memaksimalkan perawatan harian, perawatan selama masa mabung, dan perawatan lomba. Berikut beberapa karakter dasar CHKK yang perlu diketahui :
- Semi fighter : Sebagaimana cucak hijau, CHKK bukanlah burung tipe fighter murni. Daya tarung pada burung ini cenderung akibat tingkat birahi pada level tertentu, yang akan membuat burung ini menjaga daerah teritorialnya.
Berikut ini gaya semi fighter CHKK ketika dihadapkan pada burung cucak rante. Video ini milik Om Pasya yang pernah diupload di youtube:
- Senang mandi dan jemur : Cucak hijau kepala kuning dikenal senang mandi dan penjemuran, terutama pada pagi hari.
- Mudah jinak : CHKK memiliki kemampuan adaptasi yang bagus terhadap manusia. Anda dapat menjinakkan burung ini relatif mudah (tips menjinakkan burung bisa dilihat di sini). Kalau sudah jinak, burung akan selalu memberi respon saat Anda bersiul atau menjentikkan ibu jari ke jari tengah yang memunculkan bunyi “cethet..”.
- Mudah dimaster, tapi harus sering ditempel masternya : CHKK dapat merekam suara isian yang ada di sekitarnya dengan baik dan sangat cepat. Meski mudah dimaster, tetapi jika terlalu lama tidak ditempel atau diperdengarkan suara masternya, maka isian itu bisa hilang dari memorinya. Ya, karakter ini juga dijumpai pada cucak hijau.
- Takut gelap: Jangan menempatkan sangkar CHKK di tempat gelap, karena burung mudah panik dalam situasi gelap. Jika paniik, ia sering menabrak jeruji sangkar, bulunya rontok, dan menjadi stres.
Adapun perawatan harian, perawatan mabung, drop, over birahi, menjelang lomba, dan lain sebagainya hampir sama dengan cucak hijau. Silakan cek kembali halaman cucak hijau di sini.
Video cucak hijau kepala kuning
Seperti dijelaskan, CHKK mudah sekali dimaster. Om Wahyudi Susanto (Palembang) mempunyai jagoan bernama Pagar Alam. Umurnya sudah mapan (6 tahun) dan full isian (antara lain lovebird, cucak jenggot, kapas tembak, ciblek, pentet, cililin, burung gereja tarung, pelatuk, dll). Pagar Alam baru sekali diikutkan lomba dan masuk lima besar. Berikut ini tayangan videonya:
Selain itu, ada dua video lain dari cucak hijau kepala kuning yang tak kalah bagusnya :
- CHKK milik Mr Brankshack.
- CHKK milik Om Dani
—
Oh ya, jika ingin mendowload suara burung cucak hijau kepala kuning, silakan mampir di sini. Ada dua audio yang bisa Anda koleksi untuk alternatif pemasteran burung dari keluarga cica daun ( misalnya cucak hijau, cucak rante, dan CHKK).
Semoga bermanfaat
—