Ketika kita menyebutkan burung khas Papua, sebagian besar orang akan menjawab cendrawasih. Tidak salah memang, tetapi ada satu lagi burung eksotik dari Tanah Papua, yang tak kalah cantik dari cendrawasih. Namanya paruh-sabit cokelat atau brown sicklebill (Epimachus meyeri). Selain cantik, suaranya juga unik: mirip bunyi senapan mesin.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Wilayah persebaran burung paruh-sabit cokelat hampir merata di seluruh hutan-hutan pegunungan di Papua, baik yang berada di wilayah Indonesia (Provinsi Papua dan Papua Barat) maupun di negeri tetangga, Papua Nugini.
Sesuai dengan namanya, paruhnya panjang, runcing, dan melengkung seperti bentuk bulan sabit. Burung dengan tipe paruh seperti ini biasanya merupakan burung pemakan serangga dan buah-buahan. Burung jantan maupun burung betina sama-sama cantiknya, seperti terlihat dalam gambar berikut ini.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Paruh-sabit cokelat memiliki tiga saudara dekat, sesama anggota genus Epimachus, yaitu :
- Paruh-sabit ekor-kuning (Epimachus albertisi)
- Paruh-sabit-ekor-putih (Epimachus bruijnii)
- Paruh-sabit-kurikuri (Epimachus fastuosus)
Keempat spesies ini termasuk dalam daftar burung yang dilindungi di Indonesia, berdasarkan PP Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Jadi nggak perlu dipelihara atau ditangkar ya. Ini sekadar share mengenai khazanah perburungan di Indonesia.
Seperti dijelaskan di atas, keunikan burung ini adalah suaranya yang terdengar mirip bunyi senapan mesin. Mau dengar suaranya ? Silakan pencet tombol play di bawah ini :
Kalau mau dowload, silakan klik link di atas. Suara unik ini jika termaster burung kicauan seperti murai batu atau cucak hijau tentu akan menjadi variasi yang unik, karena tembakannya yang mirip dengan suara senapan mesin bisa membuat kagum siapapun yang mendengarnya
Kalau ingin melihat aksinya, berikut tayangan video burung paruh-sabit cokelat:
Ada cerita tersendiri mengenai burung ini. Pada zaman perang dulu, sejumlah tentara kolonial pernah berlarian kocar-kacir mencari perlindungan ketika mendengar suara tembakan dari dalam hutan. Mereka mengira ada serangan dari tentara kita, padahal itu suara burung paruh-sabit cokelat.
Secara tidak langsung, burung ini pernah membantu tentara kita melawan bangsa penjajah, he.. he.. Makanya, nggak perlu ditangkap dan kita lestarikan selamanya.
Semoga bisa menambah wawasan pengetauhan kita bersama.
—