Maret hingga Mei 2013, sebagian besar daerah di Indonesia memasuki masa pancaroba, atau peralihan dari musim hujan ke musim kemarau. Sebagaimana pancaroba sebelumnya (Oktober – Desember 2012) yang merupakan peralihan dari musim kemarau ke hujan, selalu muncul wabah penyakit pada manusia (demam berdarah dengue / DBD, penyakit saluran pernafasan atas) maupun hewan seperti burung dan unggas lainnya (tetelo).
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Sinyal bahwa sekarang memasuki musim pancaroba telah disampaikan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), akhir Februari lalu. Data BMKG Pusat menunjukkan masa pancaroba berlangsung pada awal Maret hingga Mei. Meski intensitas hujan relatif menurun, jika datang terkadang sangat deras disertai angin kencang. Di lain waktu, cuaca akan terasa sangat terik sehingga kita sering kehausan.
Adapun Dinas Kesehatan di sejumlah daerah provinsi maupun kota / kabupaten sudah mengingatkan warganya untuk selalu mewaspadai ancaman DBD, demam typhoid, penyakit saluran pernafasan atas seperti influenza dan batuk-pilek, serta penyakit pencernaan seperti muntaber dan diare.
Yang terpenting, bagaimana kita bisa memperkuat sistem pertahanan tubuh, mengurangi aktivitas yang terlalu menguras energi, dan rutin berolahraga. Mengkonsumsi vitamin C juga sangat dianjurkan supaya tubuh selalu fit, dan kuman penyakit dalam level rendah bisa ditangkal.
Sambil menjaga kondisi kesehatan Anda dan keluarga, jangan lupakan pula kesehatan burung-burung piaraan di rumah. Apalagi bagi para penangkar yang tentu memiliki banyak burung di kandang. Adapun jenis penyakit yang paling sering muncul adalah tetelo, yang secara rutin selalu datang di saat pancaroba seperti ini, dan selalu mematikan puluhan ribu unggas.
Untuk peternakan ayam, ayam bangkok dan ayam kampung paling sering menjadi korban, sedangkan ayam ras (petelur dan pedaging) relatif terkendali karena sejak awal unggas sudah divaksin. Penangkar burung pun sering mengalami kerugian akibat kematian burung muda dan piyikan, terutama murai batu, kacer, merpati, dan lovebird.
Membaca gejala alam pancaroba
Pancaroba merupakan masa peralihan yang terjadi antara dua musim utama di daerah iklim muson: dari musim penghujan ke musim kemarau, atau sebaliknya. Dalam pranata mangsa yang dikenal masyarakat petani di Jawa, peralihan dari musim hujan ke musim kemarau seperti saat ini disebut sebagai mangsa mareng. Lazimnya terjadi pada Maret dan April, tetapi perubahan iklim global nampaknya memperluas durasi masa pancaroba. Adapun peralihan dari musim kemarau ke musim hujan, dan biasanya terjadi pada Oktober – Desember, disebut mangsa labuh.
Gejala alam yang sering muncul di masa pancaroba adalah meningkatnya frekuensi badai, hujan sangat deras disertai guruh, serta angin yang bertiup kencang. Hal ini sangat mempengaruhi kondisi lingkungan dan kesehatan manusia maupun hewan.
Bagi sebagian hewan, masa pancaroba seperti sekarang ini juga menjadi sinyal untuk menjalankan tugas reproduksinya. Di alam liar, sebagian besar burung memasuki musim kawin. Tonggeret biasanya bakal keluar dari persembunyiannya, mengeluarkan suara khas, mencari pasangan, lalu kawin. Sedangkan saat mangsa labuh, rayap-rayap akan mencapai tahap dewasa dan keluar dari liang di tanah sebagai laron.
Waspadai penyakit tetelo / ayan pada burung
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Kalau DBD sering menyerang manusia pada masa pancaroba, maka penyakit tetelo / ayan, atau newcastle disease (ND), hampir setiap masa peralihan selalu menyerang pada burung-burung piaraan di rumah maupun di penangkaran. Pagi hari burung masih terlihat segar-bugar, siang hari tiba-tiba sudah tergeletak di dasar sangkar, dengan kepala mendongak, paruh terbuka, kemudian berputar-putar, dan akhirnya mati.
Saya masih teringat dengan cerita Om Tony Alamsyah dari Black Bird Keeping Cilacap, ketika bertemu di Semarang, beberapa waktu lalu. Penangkar burung murai batu yang sudah berpengalaman ini bercerita mengenai banyaknya burung muda yang mati akibat keganasan tetelo, dan itu selalu terjadi pada masa pancaroba. Namun berkat tempaan pengalaman pahit itulah, Om Tony kini mampu mengatasi penyakit ganas tersebut.
Perubahan cuaca dan suhu udara membuat sebagian besar burung harus melakukan penyesuaian dalam tubuhnya. Saat itu pula, daya kekebalan tubuh (imunitas) terhadap penyakit berkurang, sehingga sering menyebabkan burung sakit di masa pancaroba.
Temperatur udara yang berubah secara drastis juga membuat virus, bakteri, jamur, dan protozoa cepat berkembang biak. Misalnya siang hari begitu terik. Namun hujan deras disertai angin kencang pada sore hari membuat suhu udara berubah menjadi dingin.
Pada manusia, perubahan suhu udara ini membuat tubuh mudah sekali nggreges, dan sering berujung pada flu maupun batuk-pilek. Burung-burung pun mengalami dampak yang sama. Ada yang mengalami gangguan saluran pernafasan, pencernaan, sampai tetelo / ayan.
Mengenai apa dan bagaimana penyakit tetelo / ayan pada burung, silakan cek artikel terdahulu di sini. Bagi yang ingin melihat tayangan langsung mengenai gejala klinis burung yang terserang tetelo, silakan simak video berikut ini. Gejala ini hampir sama pada jenis burung lainnya :
- Tetelo / ayan pada burung merpati
- Tetelo / ayan pada burung gereja
Untuk pencegahan, beberapa penangkar burung dan peternak ayam pernah membuat ramuan tradisional (silakan buka artikelnya di sini). Namun karena tidak ada takaran yang pasti, banyak pembaca omkicau.com yang belum berani untuk menerapkannya pada burung piaraan di rumah, apalagi untuk burung mahal yang ada di penangkaran seperti murai batu, cucakrowo, lovebird, dan sebagainya.
Dengan alasan itulah, Om Kicau beberapa waktu lalu meluncurkan produk baru bernama BirdPro, yang khusus untuk mencegah dan mengobati berbagai gangguan saraf pada burung, termasuk tetelo / ayan. Komposisinya antara lain multivitamin dengan bagian terbesar vitamin B1, B6 dan B12, serta diperkaya dengan bahan-bahan lain yang berfungsi untuk:
- Melancarkan metabolisme tubuh.
- Melancarkan sirkulasi darah dan pembentukan sel darah baru
- Mengoptimalkan aktivitas kognitif dan fungsi otak
- Mencegah terjadinya kerusakan syaraf pada burung yang sehat (tindakan preventif)
- Memulihkan gangguan saraf pusat dan saraf tepi pada burung yang sakit (tindakan kuratif)
- Mengembalikan stamina burung secara cepat, terutama menghadapi perubahan cuaca yang drastis, melalui pengubahan karbohidrat, protein, dan lemak menjadi energi.
Dengan komposisi dan fungsi bahan-bahan tersebut, maka gejala yang bisa diatasi melalui terapi BirdPro antara lain:
- Kepala burung berputar-putar.
- Tubuh burung sering gemetaran.
- Salah satu atau kedua kaki tidak bisa digerakkan, sehingga burung tidak bisa bertengger dengan baik dan sering jatuh dari tangkringan tanpa sebab.
- Burung mengalami stroke, kejang-kejang, dan beberapa gangguan syaraf lainnya.
BirdPro tersedia dalam bentuk serbuk / tepung yang dikemas dalam botol isi 25 gram.
Cara penggunaan :
- Masukkan BirdPro sebanyak 1 sendok ukur (selalu disertakan dalam botol) ke dalam 50 ml air (wadah minum burung ukuran normal). Berikan sebagai minuman burung sejak pagi. Siang / sore hari, ganti air minumnya dengan larutan yang baru lagi.
- Berikan selama 7 hari berturut-turut, atau sampai burung kembali normal.
- Selama diterapi dengan BirdPro, usahakan wadah air minum jangan terkena sinar matahari secara langsung.
Khusus untuk pencegahan, pemberian BirdPro dengan dosis yang sama bisa dilakukan seminggu sekali. Ingat, banyak penyesalan yang muncul setelah burung terserang dan mati, hanya karena merasa burung piaraannya sehat-sehat saja. Padahal, serangan virus tetelo bisa berlangsung beberapa jam saja, apalagi di musim pancaroba.
Note: BirdPro juga bisa digunakan untuk burung merpati, perkutut, dan derkuku. Dosis yang diberikan 2x lebih banyak daripada dosis untuk burung kicauan.
Info selengkapnya mengenai BirdPro bisa dilihat di sini.
—