Dalam seri pertama sudah dijelaskan, anakan murai batu (MB) yang diproduksi Arco-Kapuk BF Serang dibiarkan diasuh induknya selama 1 minggu. Selama masih mengasuh anaknya, induk MB harus mendapat asupan protein tinggi dari kroto segar dan jangkrik. Pemberian jangkrik harus kontinyu, tetapi porsinya tergantung dari kemampuan masing-masing indukan dalam mengkonsumsi.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Bahan-bahan inilah yang akan dikonsumsi induk murai batu. Sebagian untuk diproses di dalam saluran pencernaannya sendiri, untuk kelangsungan hidupnya, dan sebagian lagi akan dilolohkan kepada anak-anaknya. “Pemberian extra fooding tidak boleh terlambat, apalagi pada saat suhu udara dingin atau ketika cuaca mendung maupun hujan,” kata Darlian, pemilik Arco-Kapuk BF.
Pada umur 8 hari, anakan dipisahkan dari induknya, dan ditempatkan dalam sangkar soliter. Pemanenan anakan ini dilakukan bersamaan dengan sarangnya. Bagian atas sangkar soliter diberi lampu penghangat 5 Watt yang selalu dihidupkan, terutama malam hari. Konsepnya hampir sama dengan kandang inkubator.
Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
Waktu pemasangan ring
Sebagian penangkar murai batu melakukan pemasangan ring pada umur 2 minggu. Tapi Darlian biasa melakukannya bersamaan dengan pemisahan anakan dari induknya, yaitu pada umur 8 hari. Semua anakan dari penangkarannya diberi ring ARCO.
Begitu dipasangi ring, anakan langsung dimasukkan ke sangkar soliter yang dilengkapi dengan lampu penghangat tadi. Banyak keuntungan yang bisa diperoleh penangkar dengan menyapih anakan sejak dini, antara lain :
- Meningkatkan produktivitas indukan. Sebab seminggu setelah anak-anaknya dipanen, induk betina biasanya sudah langsung bertelur kembali.
- Meningkatkan kualitas anakan, karena perawatan untuk setiap individu anakan bisa lebih maksimal.
- Membantu meningkatkan daya adaptasi murai batu terhadap manusia, karena burung sejak dini sudah dekat dengan perawat atau penangkarnya. Dampaknya juga akan lebih memudahkan perawatan hingga dewasa, termasuk ketika burung sudah dibeli konsumen.
Menurut Darlian, anakan dipelihara dalam sangkar soliter sampai umur 2 minggu. Setelah itu, mereka akan belajar nangkring. Pakan yang diberikan kepada anakan berupa adonan voer, kroto segar dan bersih, dua tetes madu murni, dan minyak ikan.
Agar pertumbuhan anakan lebih cepat (bongsor) dan sehat, Darlian biasa memberikan potongan cacing tanah yang sudah disterilkan. Caranya, cacing dipotong menjadi bagian yang lebih kecil, kemudian dibersihkan dengan air hangat. Pemberian cacing dilakukan pada siang hari.
Memasuki umur 1 bulan, anakan sudah bisa makan sendiri. Saat itulah anakan harus mulai dipisah dan dipindahkan ke sangkar biasa. Setiap sangkar diisi seekor burung. Senan naluri fighter burung ini sudah mulai muncul. Jika tetap disatukan bisa saling menyerang. “Pada umur tersebut, anakan sudah bisa dipasarkan,” jelas Darlian. (d’one)