Sejumlah peneliti di Kanada menemukan bukti, lingkungan perkotaan yang bising seperti di jalan raya sangat mempengaruhi populasi burung di alam liar. Polusi suara yang berasal dari suara knalpot, mesin, dan klakson sepeda motor, mobil, bus, truk, dan tronton mengganggu komunikasi burung ketika mereka memasuki musim kawin. Akibatnya, banyak burung betina yang menjomblo karena sudah tidak mampu lagi mendengar seluruh elemen lagu atau kicauan burung jantan.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Hasil penelitian ini dilansir BBC, Senin (11/3) lalu, setelah sebelumnya dipublikasikan dalam jurnal Global Change Biology. Seperti diketahui, burung mengandalkan komunikasi sebelum berjodoh dan melakukan perkawinan. Sebagian besar komunikasi dilakukan melalui kicauan burung jantan, dan sebagian kecil lagi melalui ritual tarian. Pada beberapa jenis burung, misalnya burung bidadari, ritual sebelum perkawinan bisa berupa kicauan dan tarian sekaligus.
Belakangan para ahli burung di luar negeri kerap melakukan penelitian mengenai perilaku burung di perkotaan. Om Kicau pun secara rutin mengikuti perkembangannya, dan beberapa di antaranya pernah dimuat dalam website ini, misalnya :
Tim peneliti telah melakukan survei di 113 kawasan yang ada di Kota Edmonton, Kanada. “Kami telah menemukan bahwa jumlah spesies yang dijumpai di setiap lokasi cenderung lebih rendah kalau tingkat kebisingannya lebih tinggi,” kata Darren Proppe, salah seorang peneliti.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Edmonton dipilih sebagai objek survei, karena mempunyai tingkat kebisingan anthropogenic (berkaitan dengan aktivitas manusia) yang cukup tinggi. Pada daerah dengan kebisingan tinggi, jumlah sarang yang ditemukan sangat sedikit. Sarang dibangun oleh burung jantan dan betina. Kalau komunikasi terganggu, burung betina dan burung jantan sulit bertemu. Frekuensi perkawinan pun menurun drastis, sekaligus meningkatkan jumlah burung jomblo.
Status jomblo ini makin meningkat pada burung-burung yang berkicau dalam frekuensi rendah, misalnya keluarga burung pipit (he.. he.., beda sama murai batu atau cucakrowo yang volumenya kenceng). Para peneliti pun merasa cemas, dalam rentang waktu beberapa tahun kemudian, fenomena ini berakibat pada terus menyusutnya populasi burung di alam liar, khususnya di daerah perkotaan.
Semoga bisa menambah wawasan kita bersama.
—