Apa yang menyebabkan burung pentet atau cendet salto ? Pertanyaan tersebut mungkin lebih tepat dijawab oleh Anda yang memelihara pentet. Mengapa jawaban saya begitu? Karena jawabannya memang terletak pada perawatan harian yang dilakukan oleh pemilik atau perawat terhadap pentetnya. Saya, dia, atau mereka tentu tidak tahu apa yang Anda berikan kepada pentet di rumah Anda, baik soal pakan maupun perawatan harian lainnya.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Di alam liar, pentet memang sering melakukan gaya-gaya akrobatik (termasuk salto) dalam mencari dan mengejar makanan, misalnya serangga atau burung-burung kecil. Ini yang perlu dipahami dulu, agar Anda tak menganggap salto sebagai sesuatu “kelainan” pada pentet. Jadi, salto sebenarnya merupakan karakter dasar dari pentet di alam liar.
Namun ketika dipelihara sebagai burung rumahan maupun burung lomba, salto seakan menjadi gerakan tabu untuk pentet. Ini sudah berlangsung lama, sehingga kini menjadi sebuah pembenaran bahwa pentet piaraan tidak boleh salto. Karena itu, banyak kicaumania yang bertanya kepada omkicau.com, mengapa momongannya masih sering melakukan salto?
Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
Nah, merujuk kepada jawaban saya di atas, faktor pemicu pentet sering bersalto adalah pola pemberian pakan dan perawatan harian lainnya. Sebab gaya salto yang sering dilakukan pentet sebenarnya mencerminkan apa yang dialami burung tersebut, sebagaimana pernah dibahas di sini.
Burung yang sering salto bisa disebabkan kebiasaan, bisa juga karena penyakit. Jika burung salto karena penyakit, maka ia akan terus (sering) melakukan gerakan tersebut. Meski berada di dasar sangkar, pentet akan sering menggerak-gerakkan kepala dan meliuk-liuk ke belakang dengan posisi berdiri tetap normal.
Sedangkan salto yang disebabkan kebiasaan sering dilakukan pentet di atas tenggeran, dengan frekuensi yang tidak terlalu sering. Penyebab utamanya biasanya pemberian jangkrik atau extra fooding (EF) yang berlebihan, sehingga birahinya naik dan menjadi over reaktif.
Menangani pentet salto
Upaya mengatasi burung pentet yang sering salto harus disesuaikan dengan faktor pemicunya. Jika burung sering salto dengan gejala seperti kehilangan kesimbangan, misalnya kepala berputar kebelakang dan melakukan gerakan salto yang tidak lazim di dasar sangkarnya, maka burung harus diobati dulu.
Sebab gerakan salto itu muncul sebagai reaksi atas gangguan keseimbangan tubuh yang dialaminya. Hilangnya keseimbangan tubuh pada burung umumnya karena gangguan saraf yang disebabkan paramyxovirus (PMV), di mana salah satu jenisnya sering menyerang unggas di Indonesia, yaitu penyakit tetelo / ayan yang disebabkan rubulavirus (salah satu genus dari famili Paramyxovirodae).
Tetapi apabila pentet yang semula normal, kemudian mulai sering melakukan salto setelah Anda melakukan perubah setting dalam pemberian ED seperti jangkrik, atau mengubah durasi penjemuran (semula pendek menjadi lebih lama), kemungkinan besar penyebabnya karena faktor perubahan perawatan tersebut, bukan karena penyakit. Untuk itu, solusinya pun berbeda, dengan beberapa cara berikut ini :
- Mengembalikan ke setingan awal atau semula ( istilahnya direset ).
- Mengurangi atau tidak memberikan EF jangkrik untuk sementara waktu (khusus burung yang sudah gacor) sampai frekuensi saltonya makin berkurang.
- Memberikan terapi kejut pada sangkarnya, misalnya menggunakan tali karet atau senar yang diikatkan pada bagian atas sangkar, sama seperti yang digunakan untuk mengantisipasi pleci yang sering salto (silakan cek artikelnya di sini).
- Menambah jumlah tenggeran di dalam sangkar, untuk mengurangi kebebasan burung dalam bersalto.
Cara-cara di atas sebenarnya bersifat mengurangi frekuensi burung untuk bersalto, bukan menghentikan sifat salto pada pentet. Sebab, bagaimanapun, sifat salto pada burung pentet sulit dihilangkan jika sudah terlanjur muncul. Tetapi, apabila Anda dapat mengurangi frekuensi salto dalam waktu cukup lama, secara bertahap kebiasaan ini juga akan terkikis.
—