Suara mati, atau terkadang dijuluki sebagai suara “setan”, adalah suara-suara yang menjadi momok bagi para pemilik burung berkelas (baca: burung lomba). Karena menjadi momok, tentu banyak pelomba yang menghindari suara-suara seperti itu. Tahun demi tahun berganti, tetapi fenomena suara mati tidak berubah sedikitpun, bahkan membuat kaum pelomba makin alergi jika mendengar suara burung kutilang, kedasih, suara ayam atau suara mati lainnya.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Selain kutilang, kedasih, dan ayam, suara apa lagi sih yang dianggap sebagai suara mati dan dihindari sejumlah pemilik burung kicauan ? Banyak sekali ragamnya, termasuk suara kucing, suara perkutut, dan sebagainya.
Patut digarisbawahi di sini, suara cerecetan kutilang tidak termasuk suara mati. Komponen suara mati pada kutilang adalah “tilung… tilung…” yang bisa mengurangi poin bagi burung saat berlomba. Silakan lihat juga artikel Cerecetan kutilang disuarakan cucak hijau.
Entah sejak kapan fenomena ini muncul. Yang pasti, pantangan ini sudah berjalan cukup lama, menyemburat dari mulut ke mulut, dan sebenarnya belum diketahui secara jelas alasan yang mendasar. Ada yang mengatakan, ini sudah menjadi konsensus juri-juri di masa lalu, dan sebagian masih diamini juri-juri masa kini.
Namun, belakangan ini, suara mati tidak lagi menjadi persoalan bagi juri-juri dalam sebuah even atau lomba, kecuali lomba besar yang tentu memerlukan kesempurnaan dari sebuah burung, meski tidak ada peraturan tertulis mengenai masalah ini.
Ada juga yang beranggapan, bahwa burung yang secara tidak sengaja merekam suara-suara mati, akan mempengaruhi kinerja burung atau menyebabkan variasi lagu lainnya terhenti begitu melagukan salah satu suara mati tersebut, sehingga burung menjadi ngeban dengan lagu mati tersebut.
Berikut ini beberapa jenis burung yang sangat pintar dan cepat sekali merekam suara mati :
- Anis kembang = pandai menirukan suara kedasih.
- Murai batu = mudah merekam suara ayam dan perkutut.
- Cucak hijau = pintar melafalkan suara kutilang dan kedasih.
- Kacer = pandai menirukan suara kedasih
- Pentet = mudah merekam suara kucing dan suara ayam
- Ada yang ingin menambahkan?
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Meski begitu, tidak semua penggemar burung menghindari suara mati. Bukankah tidak semua kicaumania senang mengikuti latber maupun lomba? Banyak kicaumania yang lebih suka menjadikan burungnya sebagai penyanyi di rumah. Bahkan, kalau mau jujur, jumlah mereka jauh lebih banyak daripada kicaumania yang suka berlomba.
Karena sekadar dijadikan penyanyi di rumah, sobat kicaumania seperti ini leluasa melakukan apapun terhada piaraan di rumah. Mereka tak peduli, dan tak terbelenggu, berbagai pakem lomba. Termasuk tak peduli apakah burung piaraan di rumah kemasukan suara mati atau suara hidup (he.. he…, sekadar parodi atas penyebutan suara mati).
Bukan berarti burung piaraan yang merekam suara mati merupakan burung tidak berharga. Penghargaan terbaik tidak terletak pada penilaian orang lain, tetapi bagaimana batin ini mengatakan suka atau tidak suka terhadap burung yang dimiliki dan dirawatnya sendiri.
Bagaimana jika burung terlanjur merekam suara mati ?
Tetapi jika Anda tidak menyukai suara mati, ada beberapa cara untuk membuang atau menghilangkan suara mati yang telanjur terekam burung lomba maupun burung piaraan di rumah. Berikut ini beberapa cara yang bisa Anda lakukan :
- Memaster ulang burung dengan suara yang bergaya tembakan, dengan penuh tekanan nada, seperti cililin, kapas tembak, dan lainnya. Jangan dulu dimaster dengan suara yang mengalun, karena justru akan mengawetkan suara mati yang telanjur terekam.
- Menunggu hingga burung mabung, kemudian memaster ulang dengan harapan burung akan melupakan suara mati tersebut. Mengapa harus menunggu burung mabung, karena pada saat itu burung akan beristirahat total dan lebih banyak diam. Jadi kesempatan ini bisa digunakan untuk mencuci otak burung dengan tujuan mereset semua hasil pemasteran yang sudah dilakukan sebelumnya.
- Menjauhkan burung dari suara yang bisa memancingnya bersuara mati. Misalnya, jika burung telanjur merekam suara kedasih, maka sangkar jangan digantung berdekatan dengan burung yang bersuara mengalun, karena akan membuat burung terpancing dan lebih sering mengeluarkan suara mati.
- Membuat stres burung. Ini memang cara ekstrem yang sangat tidak dianjurkan, meski ada juga kicaumania juga yang menerapkan metode ini. Caranya, memberi kejutan pada burung, misalnya dengan cara menyemprotnya saat burung mengeluarkan suara mati. Perlu diperhatikan, metode ini mungkin tak begitu berbahaya untuk burung jinak. Tetapi untuk burung yang belum jinak, atau masih semi-jinak, hal ini bisa memicu stres. Semula ingin membuang suara mati, bisa jadi hasil yang diterimanya adalah burung tersebut mati karena kaget atau stres.
Demikian beberapa informasi mengenai suara mati atau lagu mati yang masih menjadi fenomena dari dulu hingga sekarang. Tidak masalah apakah burung itu digunakan untuk lomba atau sekadar kelangenan, yang namanya burung tetap saja burung. Dengan kepintarannya, ia akan tetap merekam suara apa saja yang ada di sekelilingnya, termasuk beberapa suara yang termasuk suara mati tersebut.
Jadi, semua tergantung penilaian Anda sendiri. Apakah sudah waktunya Anda terbuka dan membiarkan burung bisa menirukan apapun yang direkamnya, atau Anda masih tetap akan mengikuti aturan zaman. Semua tergantung Anda.
Note: Untuk mengetahui informasi lebih lanjut mengenai suara mati atau suara setan pada jenis burung tertentu, silakan baca beberapa artikelnya di sini.
—