Sebagian kicaumania menyebut anis siberia atau siberian thrush (Zoothera sibirica) dengan nama punglor hitam, karena warna bulunya dominan hitam. Masyarakat Sunda menyebutnya anis cacing gunung, untuk membedakannya dari anis cacing yang merupakan nama lain anis merah. Sebenarnya habitat asli burung ini bukan di Indonesia, melainkan kawasan Siberia, yang mencakup wilayah timur Rusia, sebelah utara Kazhakstan, dan Asia Utara (China, Mongoloa, Manchuria, dan Jepang). Kok bisa sampai ke Indonesia, Om?
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Sampai saat ini, masih banyak yang mengira bahwa anis siberia merupakan burung lokal Indonesia. Apalagi beberapa waktu lalu, sejumlah pasar burung kebanjiran anis siberia, terutama di Jakarta dan Purwokerto.
Jika ditelusuri lebih jauh, pasokan anis siberia di sejumlah pasar burung itu berasal dari dua sumber. Pertama, setiap awal musim dingin di kawasan Siberia, burung ini pasti bermigrasi mengikuti tiupan angin, dan biasanya menuju ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Di negeri kita, anis siberia sering mukim di kawasan hutan pegunungan yang ada di Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Bali.
Mereka bermigrasi lantaran menghindari musim dingin yang bisa mematikan kehidupannya. Bukan hanya anis siberia yang sering bermigrasi ke Indonesia, terutama pada Oktober – November, tetapi juga sejumlah burung lain seperti burung sikep madu asia, elang, alap-alap, burung layang-layang, burung air, dan sebagainya (cek juga artikel ini). Setelah beristirahat sekitar tiga bulan, burung-burung ini akan memulai perjalanan pulang ke habitat aslinya, awal Maret.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Kedua, anis siberia yang memilih menetap di Indonesia. Ternyata tidak semua anis siberia kembali ke habitat aslinya. Selain ditangkap untuk dijual di pasar burung, dan dipelihara pembeli, ada juga yang kerasan menetap di hutan-hutan pegunungan seperti Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Cibodas, Kabupaten Cianjur, Gunung Slamet (Banyumas), dan sebagainya.
Arnould van den Berg bahkan pernah merekam suara anis siberia di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, meski hanya berupa suara panggilan (call) seperti berikut ini :
[protected-iframe id=”fad3756352234bc8fa29655f68b22c08-3742496-13647856″ info=”http://macaulaylibrary.org/audio/36110/play/320″ width=”350″ height=”220″ frameborder=”0″ allowfullscreen=””]
Sedangkan suara nyanyian (song) burung jantan di alam liar terdengar lebih merdu, lagunya lebih bervariasi, bahkan disertai dengan cerecetan atau tembakan yang cukup rapat. Dengar audionya di bawah ini.
Habitat dan karakteristik anis siberia
Anis siberia dulu dikelompokkan dalam genus Geokichla, dengan nama spesies Geokichla sibirica. Tetapi melihat banyaknya persamaan morfologi dengan burung-burung dalam genus Zoothera, kini mereka dimasukkan dalam genus tersebut dengan nama Zoothera sibirica.
Seperti dijelaskan sebelumnya, habitat asli burung anis siberia adalah kawasan hutan di Siberia. Ada dua ras (subspesies) dari burung ini, dengan wilayah persebaran, dan arah migrasi yang berbeda, yaitu:
- Zoothera sibirica sibirica (Pallas, 1776): Habitat di wilayah selatan Siberia bagian tengah dan timur, hingga ke wilayah utara Mongolia dan Manchuria, serta wilayah timur Rusia. Ketika musim dingin, mereka bermigrasi ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia (Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Bali).
- Zoothera sibirica davisoni (Hume, 1877): Habitat di Sakhalin, wilayah selatan Pulau Kuril, dan Jepang. Pada saat musim dingin, mereka bermigrasi ke wilayah tenggara China Selatan, tapi sebagian juga migrasi ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia (Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Bali).
Panjang tubuhnya rata-rata 22 cm, atau sedikit lebih besar daripada anis merah (rata-rata 21 cm). Berbeda dari anis merah yang monomorfik, anis siberia justru bersifat dimorfik, di mana kita dapat membedakan jenis kelaminnya secara mudah, berdasarkan perbedaan warna bulunya.
Burung jantan memiliki warna kehitaman, sedangkan betina berwarna cokelat. Alis mata mencolok, karena berwarna putih. Iris mata cokelat, paruh hitam, dan kedua kaki (shank) berwarna kuning.
Di habitat aslinya, maupun saat bermigrasi, anis siberia senang hidup berkelompok. Mereka sering menghabiskan waktunya di tajuk pepohonan hutan, namun terkadang sering dijumpai di permukaan tanah.
Video burung anis siberia
Berikut ini perbedaan burung jantan dan betina dalam dua tayangan video :
- Video anis siberia jantan
- Video anis siberia betina
Meski habitat aslinya di kawasan dengan empat musim, anis siberia ternyata juga dapat beradaptasi dengan baik di daerah beriklim tropis seperti Indonesia. Tak sedikit kicaumania yang memeliharanya di rumah, dengan perawatan yang tidak jauh berbeda dari anis merah maupun anis kembang.
Kualitas suara anis siberia sebagai burung piaraan di rumah sebenarnya cukup baik. Namun sebagian penggemar burung menganggap suaranya masih kalah dari kedua saudara dekatnya (anis merah dan anis kembang), terutama volumenya yang tidak terlalu keras. Sedangkan kemampuan membawakan lagu maupun merekam suara burung lain bisa dikatakan bagus. Bahkan, jika sudah gacor, anis siberia juga bisa berkicau sambil teler seperti anis merah.
Semoga bisa menambah wawasan kita tentang khazanah perburungan di seluruh dunia.
—