Banyak sekali kicaumania yang berminat menjadi penangkar lovebird, karena popularitasnya yang terus meningkat, disukai berbagai kalangan bahkan lintas-gender, dan harga jualnya cukup tinggi. Para penangkar senior bahkan terus berlomba menciptakan varian warna baru, melalui ilmu genetika dan teknik mutasi warna. Tetapi, jika Anda pemula atau berminat menjadi penangkar lovebird, ada baiknya memulainya dengan model kandang koloni terlebih dulu.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Untuk memandu Anda, baiklah kita belajar langsung dari Om Agus, pemilik ABS Bird Farm, yang berlokasi di Ciracas, Kampung Rambutan, Jakarta Timur. Om Agus juga memulainya dengan memelihara sejumlah lovebird jantan dan betina dalam kandang koloni, dengan ukuran 2,5 x 2 m2 dan tinggi 2 meter.
Siapkan kotak sangkar atau glodok, dengan jumlah melebihi jumlah pasangan lovebird di dalam kandang tersebut. Misalnya Anda memasukkan 5 ekor burung betina dan 5 ekor burung jantan, diusahakan jumlah kotak sarangnya 6 unit atau lebih, sehingga burung bisa memilih sendiri kotak sarang yang diinginkannya.
Menangkar lovebird dengan cara seperti itu, menurut Agus, lebih efektif dan produktif. Pasalnya, setiap burung bisa mencari pasangannya sendiri, sesuai dengan selera masing-masing. “Kalau berjodoh secara alami, biasanya tidak ada persoalan dalam perkawinan dan proses reproduksi selanjutnya,” kata Om Agus.
Dalam kandang koloni, karakter monogami pada burung lovebird ini akan terlihat. Meski di kandang tersebut terdapat beberapa burung betina, baik yang belum berjodoh atau sudah berjodoh, lovebird jantan yang sudah menemukan pasangannya tidak akan pindah ke lain hati.
Metode penangkaran seperti ini bagus diterapkan untuk pemula, sehingga tidak perlu repot-repot memikirkan seleksi induk jantan dan induk betina berdasarkan warna tertentu. Penangkar juga tak perlu pusing-pusing dulu dengan ilmu genetika, mutasi warna, dan sejenisnya.
Dalam hal ini, Om Agus hanya memasukkan lovebird aneka warna ke dalam kandang koloni, mulai dari lutino mata merah, pastel kuning, pastel hijau, blorok dan sebagainya. “Biarkan mereka mencari jodohnya sendiri,” pesannya.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Setelah berjodoh, barulah diketahui induk jantan dengan warna tertentu berjodoh dengan induk betina dengan warna tertentu pula. Tugas penangkar selanjutnya adalah mencatat data induk jantan dan induk betina, terutama mengenai jenis atau warnany, ke dalam buku recording.
Selanjutnya, jika semua telur sudah menetas, silakan dilihat seperti apa warna anakan yang dihasilkan dari pasangan tersebut. Data anakan juga harus dimasukkan dalam buku recording, sehingga Anda memiliki basis data yang cukup lengkap mengenai asal-usul setiap anakan yang dihasilkan.
Hal serupa juga dilakukannya untuk pasangan lain, yang mungkin akan memiliki karakter warna yang berbeda. Dari waktu ke waktu, data yang terkumpul makin banyak, sehingga kelak bisa Anda jadikan patokan untuk menjodohkan burung melalui campur tangan manusia, misalnya dipelihara dalam kandang soliter (1 kandang 1 pasangan indukan).
Dengan cara ini pula, Om Agus bisa memperoleh anakan lovebird dalam berbagai warna, karena perkawinannya pun dilakukan secara acak dan alami oleh pasangan lovebird dalam kandang koloni.
Anakan lovebird hasil breeding ABS terbilang laris manis. Produknya banyak ditunggu para kicaumania Sumatera, terutama dari Bengkulu dan Jambi. Warna-warna eksotik yang dihasilkannya membuat para pelanggan melakukan pemesanan secara rutin.
Uniknya, ABS juga sering mengandalkan pemasaran lovebird dengan membuka gerai burung di berbagai arena lomba, khususnya di kawasan Jabodetabek. Selain lovebird, burung yang dipasarkan di arena lomba adalah anakan murai batu dan kenari, yang juga hasil breeding ABS. Bahkan, berbagai model sangkar pun ikut dipasarkan dalam gerai tersebut. (d’one)