Dalam setiap lomba di kawasan Jabodetabek, yang paling ditunggu penonton selalu kelas murai batu. Fenomena ini nampaknya juga dijumpai di sebagian besar wilayah Indonesia. Popularitas murai batu masih di peringkat atas. Ini membuat persaingan, terutama di Blok Barat, makin ketat. Banyak jawara baru bermunculan. Inilah yang membuat Yudi Voltus, pengorbit murai batu jawara, terus mencari materi baru yang berkualitas, terutama murai batu hasil penangkaran.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Meski beberapa jenis burung selain murai batu juga makin popular di Jabodetabek, seperti lovebird dan kenari, Yudi Voltus tetap fokus main di kelas murai batu. Beberapa burung jawara terorbit melalui tangan dinginnya. Salah satunya adalah Vicking yang kini sudah di-take-over salah seorang rekannya.
Yudi sudah berkecimpung dalam permuraian selama 10 tahun lebih. Uniknya, berbeda dari “aliran” sebagian besar MB mania, dia lebih fokus pada murai batu ring alias hasil penangkaran.
“Ya, sudah sejak lama saya lebih fanatik kepada murai batu ring ketimbang murai hutan. Murai batu ring hasil penangkaran lebih mudah dimaster. Variasi lagunya juga lengkap,” ungkapnya.
Ucapannya ini bukan sekadar untuk mendukung pemasyarakatan burung lomba dari hasil penangkaran, yang juga menjadi salah satu misi omkicau.com, dalam rangka mengurangi angka perburuan terhadap burung-burung di alam liar. Tetapi Yudi Voltus sudah lama membuktikan hal ini.
Beberapa ekor murai batu ring koleksinya memang berprestasi di berbagai even akbar. Salah satunya ya Vicking. Didukung materi lagu yang mewah dan dahsyat, dengan speed rapat, durasi kerja yang nyaris tanpa jeda, disertai tembakan khas cililin panjang-panjang, juga lovebird, serindit, dan variasi isian lagu darii suara burung-burung kecil, membuat prestasi Vicking stabil hingga saat ini.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Murai batu hasil penangkaran, menurut pengalamannya, juga lebih simpel dalam rawatan harian. Bahkan Yudi tak pernah menggunakan kandang umbaran, sebagaimana dilakukan pemain murai batu lainnya, khususnya hasil tangkapan hutan.
“Itulah keunggulan burung ring atau hasil ternak. Nggak perlu repot-repot dimasukkan ke kandang umbaran yang butuh tempat dan pendampingan ekstra. Toh murai-murai tanpa umbaran, setidaknya di tempat saya, tetap bekerja maksimal di lapangan (lomba – Red),” tegas Yudi, yang hampir semua murai batu koleksinya merupakan hasil breeding para penangkar papan atas di Tanah Air.
Apa yang diucapkannya itu bisa dipertanggungjawabkan. Di Jabodetabek sudah terbukti banyak murai batu ring yang nyaris tak terkalahkan dalam beberapa lomba terakhir. Yang terbaru adalah keperkasaan Anak Perkasa milik Cece, yang merupakan hasil breeding Arco-Kapuk BF Serang, Banten.
Usai menjuarai Lomba Burung Berkicau Taman Radja Cup 1 di Jakarta Selatan (12/3), Anak Perkasa kembali mencatat prestasi gemilang dengan menjuarai HUT Kavaleri di Cijantung, Jakarta Timur, 31 Maret lalu.
Bagaimana merawat murai batu ring agar bisa jawara? Menurut Yudi Voltus, masing-masing burung memiliki karakter yang berbeda dalam penanganannya. Tetapi yang biasa dia lakukan adalah mengeluarkan burung pagi hari, buka kerodongnya, lalu dijemur hingga pukul 10.00.
Setelah dijemur, burung diangin-anginkan sebentar, kemudian dimasukan ke bak / karamba mandi. Anginkan kembali (bukan dijemur) agar bulu-bulunya kering. Setelah itu dikerodong hingga sore hari. Soal pakan, bisa disesuaikan dengan kebiasaan selama ini.
Hanya dengan perawatan seperti itulah gaco-gaco andalannya terus berkibar prestasinya. Yang lebih penting lagi, penanganan murai batu ring atau hasil penangkaran jauh lebih mudah daripada murai batu tangkapan hutan. (d’one)
—