Merawat burung yang sudah berusia lanjut atau tua merupakan sesuatu yang berkesan bagi kicaumania. Apalagi jika burung tersebut dipelihara sejak masih piyikan, atau pernah berprestasi yang membuat nama pemiliknya kondang, atau bisa juga ada momen istimewa saat membeli atau memperoleh burung tersebut. Artikel ini ditulis berdasarkan permintaan seorang pembaca omkicau.com. Meski yang diminta adalah perawatan untuk kacer tua, artikel ini bersifat umum atau bisa diterapkan pada jenis burung berkicau lainnya.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Burung yang dirawat cukup lama oleh orang yang sama cenderung “sayang” dengan pemiliknya. Ia bisa gacor jika melihat perawatnya. Mentalnya juga stabil jika melihat perawat ada di dekatnya.
Hal ini pun diakui M Khadafi, kicaumania asal Lampung, yang punya koleksi puluhan burung juara. Om Dafi pernah bercerita, murai batu Racun menjalani transportasi laut yang cukup melelahkan dari Bakauheni (Lampung) ke Merak (Anyer), untuk berlomba di Jakarta.
Begitu mendarat di Merak, murai batu jawara ini seperti lesu, tidak bergairah. Tetapi begitu perawat yang dipercaya Om Dafi mendekati dan menenangkannya, burung langsung bergairah kembali. Ini seperti membuktikan jalinan persahabatan antara burung dan perawatnya. Untuk jenis burung paruh bengkok, levelnya bahkan meningkat menjadi jalinan kekeluargaan.
Jalinan persahabatan ini makin erat seiring dengan perjalanan waktu, ketika burung (juga perawatnya, he.. he..) bertambah umur alias makin menua. Bagaimana merawat burung kicauan yang sudah berusia tua, seperti kacer, murai batu, atau yang paling umum seperti poksay hongkong, pekin robin, dan hwamei ?
Merawat burung tua memang membutuhkan perhatian tersendiri. Mulai dari pemberian extra fooding (EF) yang teratur tetapi dengan porsi yang lebih sedikit daripada porsi burung muda hingga kebutuhan mandi yang cenderung meningkat (2 – 3 kali sehari). Tujuannya untuk meredam birahi berlebihan yang sewaktu-waktu muncul, sehingga burung menjadi malas bunyi. Tak ketinggalan pula durasi penjemuran juga mesti dikurangi sedikit, dan sebagainya.
Perawatan burung tua memang berbeda dari burung muda dan burung dewasa. Sebab pada usia tua, burung cenderung tidak stabil kondisi birahinya. Burung tua memiliki kematangan birahi yang berbeda dari burung dewasa. Jika tidak dikelola dengan baik, bisa saja memunculkan ledakan birahi atau over birahi (OB).
Ketika burung tidak memiliki pasangan, maka kondisi OB dapat menyebabkan burung stres, lebih banyak diam, atau bahkan tiba-tiba lumpuh. Jika burung tua mengalami OB, jalan terbaik adalah memberinya pasangan, meski tujuannya bukan untuk menangkarkannya.
Perawatan harian burung tua
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Secara umum, perawatan harian untuk burung tua hampir sama dengan berusia muda. Tetapi, seperti dijelaskan di atas, faktor pembeda adalah porsi pemberian EF seperti jangkrik.
Porsi pemberian jangkrik sebaiknya lebiih sedikit daripada yang biasa diberikan kepada burung muda. Jika sewaktu muda burung diberi 5 ekor pada pagi dan sore hari, maka setelah tua bisa dikurangi menjadi 3 ekor pagi dan sore.
Sebaliknya, pemberian ulat bambu bisa ditingkatkan. Jika dulu 1 ekor / minggu, setelah tua bisa dinaikkan menjadi 2 – 3 ekor / minggu. Ulat bambu antara lain membantu menurunkan kondisi birahi burung.
Untuk burung yang sudah berusia lanjut, Anda juga bisa memberikan serangga alternatif selain yang dijual di pasaran. Misalnya belalang hijau, kelabang, ikan kecil, dan sebagainya. Selain untuk mendukung metabolisme tubuhnya yang kian renta, juga dapat mencegah kelumpuhan.
Masa hidup beberapa jenus burung
Setiap mahluk hidup pasti akan mati, tidak terkecuali burung. Tetapi sebagian besar burung kicauan yang dirawat manusia memiliki masa hidup yang lebih panjang daripada di alam liar. Selain lebih aman dari gangguan predator maupun perkelahian dengan burung lain, kualitas nutrisi juga lebih baik dalam sangkar. Tentu saja jika kita merawatnya dengan baik, benar, dan konsisten. Jika tidak, burung bakalan yang baru tiga hari dibeli pun bisa mati.
Untuk menambah pengetahuan kita bersama, di bawah ini tabel masa hidup (life span) beberapa jenis burung di alam liar, atau di habitatnya. Sedangkan masa hidup burung dalam perawatan atau penangkaran umumnya lebih lama.
Jenis burung | Lama hidup (tahun) | Jenis burung | Lama hidup (tahun) |
Kacer | 10 – 15 | Kutilang | 8 – 11 |
Murai batu | 7 – 10 | Trucukan | 8 – 11 |
Pekin robin | 10 – 11 | Macaw | 40 – 50+ |
Poksay Jambul | 12 – 15 | Amazon | 40 – 50+ |
Poksay hongkong | 25-30 | African grey | 40 – 50+ |
Beo | 12 – 25 | Kakatua | 30 – 40+ |
Kenari | 7 – 10 | Lori / bayan | 15 |
Lovebird | 10 -12 | Derkuku | 10 – 20 |
Finch | 5 – 10 | Merpati | 10 – 20 |
Cockatiel | 15 – 20 | Parkit | 5 – 10 |
Perkutut | 10 – 19 | Pleci | 8 – 10 |
Conure | 15 – 20 | Cendet | 12 |
Gereja | 11 – 13 |
Burung tua disulap jadi “muda”
Tidak sedikit kicaumania yang mau merawat burungnya hingga tua. Apa alasannya, tentu hanya mereka yang tahu. Burung tua ini biasanya dijual ke pedagang di pasar burung. Nah, di sinilah sering terjadi praktik yang merugikan kicaumania lainnya. Tidak jarang burung tua disulap pedagang menjadi “muda” kembali, kemudian dijual ke calon pembeli.
Oknum pedagang nakal ini biasanya akan menghilangkan sisik-sisik yang menempel di kedua kaki burung. Sebab, inilah tengara yang sering dilihat calon pembeli. Ada beberapa cara yang dilakukan dalam membersihkan sisik kaki, misalnya menggunakan air hangat, kemudian sisik dikupas pelan-pelan.
Ada juga yang menggunakan air garam hangat, lalu dioleskan ke kaki bersisik. Sebagian lagi menggunakan minyak kelapa atau body lotion yang dioleskan setiap hari. Biasanya setelah beberapa hari, sisik tersebut akan mengelupas dengan sendirinya.
—