Sudah tiga tahun terakhir Agam tak terlihat di lapangan lomba. Rupanya dia sedang menimba ilmu penangkaran lovebird, dan setahun lalu resmi mengibarkan bendera AGM Bird Farm di daerah Cipayung, Jakarta Timur. Di penangkarannya sudah ada sekitar 70 pasang induk, dan kini telah menghasilkan ratusan ekor anakan dengan warna-warna eksotik.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Nama Agam sudah dikenal di kalangan pelomba, khususnya di Blok Barat. Dialah pemilik Willis, cucak hijau legendaries yang kerap menjuarai lomba tingkat nasional. Kini ia sudah jarang berlomba, karena penangkaran lovebird membutuhkan perhatian serius dan harus fokus.
Masa-masa awal menangkar lovebird pun harus dilaluinya dengan kegagalan. “Dulu hanya punya beberapa pasang induk saja. Semuanya dimasukkan dalam kandang battery system soliter, satu kandang satu pasangan. Eh, susah jodok dan burung tak mau produksi,” kenangnya, ketika ditemui omkicau.com di rumah yang sekaligus menjadi pusat penangkaran lovebird.
Agam tidak mau menyerah. Dia pun mencari cara praktis, sekadar membangkitkan semangat, yaitu dengan menggunakan kandang koloni.Puluhan pasang induk lovebird dilepasnya dalam satu kandang besar.
“Eh.., ternyata mereka malah cepat menemukan jodoh masing-masing. Setelah jodoh dan telurnya menetas, baru saya pindah lagi ke kandang battery,” tambah Agam.
Waktu pada akhirnya menempa dirinya menjadi penangkar yang sukses. Kegagalan menjadi media yang mengantarnya pada keberhasilan. Kini Agam sudah lebih selektif dalam pemasangan induk jantan dan induk betina. Bukan hanya berdasarkan varian warnanya, tetapi juga suaranya yang ngekek panjang.
“Meski belum semuanya sesuai dengan harapan saya, setidaknya sudah ada beberapa pasang induk yang mampu menghasilkan warna-warna eksotik,” tuturnya.
Misalnya, dia menjodohkan pastel biru dan pastel hijau, menghasilkan lima anakan dengan beberapa warna, seperti albino mata merah, albino mata hitam, pastel kuning dan pastel hijau.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Sampai saat ini, Agam masih aktif bereksperimen menjodohkan indukan warna-warna tertentu, dengan harapan menghasilkan variasi warna yang eksotik. Selain itu dia juga tengah menciptakan anakan dengan kualitas suara panjang. Misalnya, dia mengambil trah basic blood lovebird muka salem atau non-klep.
Biasanya jenis ini bisa menghasilkan anakan dengan warna-warna eksotik seperti blorok (pied dominant maupun pied recessive), dan sejenisnya. Begitu juga suaranya harus dipilih yang punya volume keras dan ngekek panjang.
Selanjutnya, Agam menyilangkannya dengan lovebird kacamata hijau. Anakannya lalu disilang lagi dengan jenis lainnya. Dengan cara itulah dia bisa mencetak varian warna dan suara berkualitas.
Sebagian pasangan induk dipelihara dalam kandang battery, dan sebagian lagi tetap di kandang koloni. Semua kandang ditempatkan di lantai dua di kediamannya.
“Menangkar dengan cara seperti itu lebih produktif, sekaligus cocok untuk penangkar pemula yang kesulitan dalam proses penjodohkan. Jadi, burung dibiarkan mencari jodoh dan pasangan masing-masing. Setelah berjodoh baru dipindah ke kandang battery,” katanya.
Anakan diasuh induknya sampai umur 1 bulan
Biasanya, induk yang sudah berproduksi dibiarkan mengasuh anaknya hingga besar. Setelah umur 1 bulan, anakan baru dipisah dan dipasangi ring kode AGM. Namun, jika induk menghasilkan anakan terlalu banyak, biasanya ada yang kurang terurus. Konsekuensinya, kita ambil sebagian anakan untuk diloloh sendiri,” ungkapnya.
Anakan ditempatkan di kandang khusus untuk pembesaran. Dipisahkan sesuai dengan induknya. Misalnya, anakan dari induk blorok di tempatkan terpisah dari anakan lainnya.
Agar anakan tetap fit dan sehat, secara rutin ia memandikannya dengan cara dilap menggunakan kain lembut yang sudah dicelup dalam air hangat. Hal ini penting untuk menjaga bulu-bulu tetap bersih, sekaligus membersihkan sisa pakan dan kotorannya.
Anakan yang sudah remaja dipindah ke kandang umbar lebih besar “Di kandang umbar, burung jadi lebih sehat, bias terbang bebas, narik suaranya juga bias panjang-panjang,” ungkapnya.
Selain ternak sendiri, Agam juga mengimpor lovebird khusus dari Belanda, bekerja sama dengan Sanggar Flona. Kini dia juga membuka galeri baru, dengan nama AGM Bird Shop. Koleksinya cukup lengkap, mulai dari lovebird lokal, impor, hingga aneka kenari dan burung paruh bengkok impor lainnya. (d’one)