Kakatua memang merupakan burung yang menarik untuk dipelihara, karena dikenal pintar dan memiliki kemampuan mengolah kata-kata yang diajarkan pemiliknya. Sebagai burung hias yang bisa dijadikan kawan atau sahabat di rumah, penggemarnya bisa lelaki dan perempuan, mulai dari anak-anak, remaja, orang dewasa, hingga manula. Jadi, melihat penggemarnya yang beragam, prospek penangkaran kakatua terbilang cerah. Tertarik menangkar kakatua? Jika tertarik, siapkan pengetahuan Anda mengenai problem yang sewaktu-waktu muncul, yaitu ketika induk jantan sering menyerang pasangannya.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Sebelum menangkar, Anda mesti mengetahui terlebih dulu mana kakatua yang masuk dalam daftar burung dilindungi dan mana kakatua yang boleh dipelihara, agar kelak tidak menimbulkan permasalahan hukum. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 Tahun 1999 tentang Penyelamatan Jenis Tumbuhan dan Satwa, ada enam jenis / spesies kakatua yang termasuk dalam daftar burung dilindungi, yaitu :
- Kakatua raja / kakatua hitam (Probosciger aterrimus)
- Kakatua kecil jambul kuning (Cacatua sulphurea)
- Kakatua koki (Cacatua galerita)
- Kakatua maluku / kakatua seram (Cacatua moluccensis)
- Kakatua tanimbar (Cacatua goffini)
Sedangkan spesies lain, termasuk kakatua dari mancanegara, boleh dipelihara dan ditangkarkan. Khusus enam jenis kakatua yang dilindungi, Anda masih berkesempatan untuk menangkarnya, dengan beberapa persyaratan tertentu. Salah satunya adalah memperoleh izin penangkaran dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) di masing-masing provinsi.
Apabila sudah memiliki izin, Anda juga boleh menjual sebagian hasil penangkaran kepada konsumen, di mana setiap pembeli akan dilengkapi dengan dokumen burung dan perdagangan burung dari breeder, yang sudah diketahui BKSDA. Jadi, Anda bisa memperoleh rezeki dari penangkaran burung langka, dan bebas dari sanksi hukum yang ditetapkan pemerintah. Hal ini juga telah diterapkan untuk para penangkar burung dilindungi lainnya, seperti jalak bali dan jalak putih.
Penyebab kakatua jantan menjadi agresif
Oke, kita mulai ke inti permasalahan, yaitu kakatua jantan sering menyerang pasangannya. Perlu diingat, tidak semua kakatua jantan memiliki perilaku seperti ini. Jadi, ada faktor pemicu yang membuat si jantan sering menyerang pasangannya. Selain itu, sifat agresif kakatua jantan jauh berbeda dari burung paruh bengkok lainnya seperti lovebird, seperti pernah dibahas di sini.
Efek penyerangan tergantung dari tingkat agresivitas burung. Ada burung betina yang sekadar tersakiti, namun ada pula yang mengalami cacat fisik, hingga yang terparah adalah kematian.
Sebelum menyerang, biasanya kakatua jantan selalu menghalangi burung betina ketika hendak mengambil makanan atau ketika mau minum. Ketika betina sudah lemas karena kelaparan, maka si jantan akan menyerangnya. Kasus seperti ini bisa terjadi pada awal penjodohan, tetapi bisa juga terjadi pada induk jantan dan induk betina yang sudah berpasangan selama bertahun-tahun.
Di alam liar, kakatua betina bisa melarikan diri dari pasangannya yang marah, dengan cara terbang menjauhinya. Namun, hal ini sulit dilakukan ketika kedua burung berada dalam kandang penangkaran. Ketika diserang, induk betina tidak punya pilihan lain, selain pasrah dan menyerah.
Memang tidak banyak informasi mengenai faktor pemicu kakatua jantan melakukan tindakan tersebut. Beberapa ahli sempat menduga hal ini berkaitan dengan kepintaran burung kakatua, dan mudahnya ia berinteraksi dengan manusia. Dengan karakter seperti ini, kakatua dinilai memiliki emosi tersendiri, yang berbeda dari emosinya burung pengicau. Ketika burung merasa tak nyaman, ekspresi ketidaksenangannya bukan sekadar membuang telur atau membuang anakan, melainkan menjelma menjadi sebuah perilaku agresif.
Karena itu, penting sekali menjaga suasana kandang yang nyaman bagi pasangan induk kakatua, khususnya kakatua jantan. Hal lain yang diduga menjadi pemicu agresivitas kakatua jantan adalah masalah seks. Ketika burung jantan sudah siap kawin, tetapi induk betina pasangannya tidak mau dikawini, hal ini juga bisa memicu kemarahan kakatua jantan.
Untuk mengatasi dan menekan risiko kerusakan yang terjadi dalam penangkaran kakatua, berikut ini beberapa solusi yang bisa dilakukan seorang breeder :
1. Menyediakan kotak sarang (gelodok) khusus
Biasanya kotak sarang (gelodok) untuk burung paruh bengkok memiliki satu buah lubang yang digunakan sebagai pintu masuk dan pintu keluar. Apabila kita menggunakan gelodok dengan satu lubang untuk kakatua, maka ketika sifat agresif burung jantan muncul, burung betina dalam keadaan bahaya. Sebab ia sulit keluar dari sarang, terlebih jika burung jantan menutupi lubang pintu.
Maka, jalan terbaik adalah menyediakan kotak sarang (gelodok) yang didesain khusus, memiliki dua lubang. Desain gelodok bisa dilihat pada gambar di bawah ini.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
2. Memberikan wing clipping pada burung jantan
Wing clipping adalah metode pengguntingan bulu terbang utama pada kedua sayap burung. Hal ini bisa diterapkan hanya pada kakatua jantan, dengan tujuan memperlambat gerakan burung saat sifat agresifnya muncul. Dengan demikian, burung betina yang tidak menjalani wing clipping akan memiliki waktu untuk melarikan diri.
Metode wing clipping tidak menyakiti burung, karena hanya memotong sebagian bulu sayap yang digunakan untuk terbang jauh / tinggi. Metode ini bahkan lazim digunakan penangkar burung paruh bengkok di mancanegara, dalam rangka menjinakkan atau melatih burung parrot seperti parkit, nuri, cockatiel, lovebird dan lainnya.
3. Menyediakan dua wadah pakan
Wadah pakan idealnya lebih dari satu, agar burung betina bisa mengambil makanannya dalam wadah lain jika suatu saat burung jantan mencegahnya. Dalam beberapa kasus, sering terjadi burung betina mati karena dehidrasi dan kelaparan akibat dihalangi burung jantan saat ingin mengambil makanan dan air minum.
4. Mengoptimalkan fungsi reproduksi kedua induk
Seperti dijelaskan sebelumnya, kakatua jantan bisa meledak amarahnya ketika ia sudah siap kawin, sementara betina menolak diajak kawin dan terus berlari menjauhinya. Hal ini biasanya karena induk betina sedang dalam birahi rendah. Agar pasangan induk berada dalam kondisi birahi yang sama, yaitu sedang-optimal, disarankan untuk menggunakan BirdMature, produk Om Kicau khusus untuk burung indukan.
Selain bisa mengoptimalkan kondisi birahi, BirdMature sekaligus dapat meningkatkan fertilitas (kesuburan telur), daya tetas (persentase telur yang menetas), dan anakan yang menetas menjadi lebih sehat dan memiliki pertumbuhan bagus.
5. Memasang kamera dalam kandang
Untuk memantau perilaku indukan di dalam kandang penangkaran, kita tidak mungkin terus-menerus berada di dekat kandang. Apalagi jika kandang penangkaran berada di luar ruangan. Solusi terbaik adalah memasang kamera pemantau agar tingkah laku indukan selalu terkontrol. Vegitu terjadi sesuatu hal, kita bisa langsung mengambil tindakan pencegahan.
Kamera pemantau bisa menggunakan kamera canggih misalnya IP camera yang terhubung dengan jaringan internet, sehingga dapat dipantau di mana dan kapan saja, baik melalui laptop, tablet, ataupun smartphone. Jika ingin yang lebih sederhana, Anda bisa menggunakan webcam yang dimodifikasi (lihat cara pemasangannya di sini).
6. Memisahkan burung jantan dan betina
Begitu terlihat tanda-tanda burung jantan mulai menekan burung betina, Anda harus segera memisahkannya terlebih dahulu untuk sementara waktu, sampai burung jantan dalam kondisi tenang kembali.
7.Memilih pasangan yang cocok
Banyak penangkar berpengalaman percaya, burung kakatua sebaiknya dibiarkan mencari pasangannya sendiri dalam kandang koloni, yang diisi beberapa ekor burung betina dan burung jantan. Jangan menjodohkan induk jantan tertentu dan induk betina tertentu hasil pilihan Anda, karena berisiko memunculkan watak agresif pada burung jantan.
Dengan membiarkan burung memilih sendiri pasangannya, si jantan relatif bisa tenang. Penjodohan dalam kandang soliter bisa dilakukan hanya untuk breeder berpengalaman saja, terutama untuk menghasilkan mutasi warna tertentu. Melalui pengalaman bertahun-tahun, biasanya breeder kawakan sudah bisa mengatasi sifat agresif burung jantan, melalui berbagai solusi yang telah dijelaskan sebelumnya.
Itulah beberapa solusi yang bisa diterapkan dalam penangkaran burung kakatua, jika suatu waktu terjadi aksi penyerangan oleh burung jantan terhadap burung betina.
—