Meski penangkar lovebird terus bermunculan, sejumlah breeder kawakan mampu mempertahankan eksistensinya hingga saat ini. Salah satunya adalah Yudi Yanuarso. Di bawah bendera Taurus Bird Farm, lelaki yang tinggal di kawasan Bumi Serpong Damai (BSD) Tangerang ini terus berkreasi dalam mengembangbiakkan lovebird dan kenari. Semula dia hanya fokus pada suara atau lovebird lomba, namun sekarang mencetak pula lovebird hias dengan warna-warna eksotik.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Yudi Taurus dulu fokus pada suara, karena tren lovebird saat itu memang untuk diturunkan di lomba atau latber. Seleksi induk pun diarahkan pada burung-burung bersuara panjang, sehingga anakan yang dihasilkan memiliki kualitas seperti induknya. Hal ini sudah banyak dibuktikan pada beberapa produknya.
Beberapa tahun silam, nama Yudi Taurus sempat mengorbit tatkala dia mengantarkan nama Subaru ke tangga juara. Subaru kemudian diternakkan, dan anak-anaknya dibeli beberapa tokoh kicaumania papan atas di Jabodetabek. Sebagian besar anakan Subaru juga moncer di lapangan.
Faktanya, popularitas lovebird terus melambung dalam tiga tahun terakhir ini. Segmen pasar meluas dan tak lagi didominasi kaum lelaki. Banyak perempuan menyukai burung cantik ini. Dari situlah Yudi berfikir, mengapa ia tidak mencetak lovebird dwiguna, yang memiliki suara panjang sekaligus memiliki warna-warna eksotik?
Om Yudi memulai eksperimennya. Parameter yang digunakan dalam seleksi induk diperluas, bukan sekadar memiliki suara panjang, tetapi juga mempunyai warna-warna eksotik. “Jadi tak lagi sekadar menghasilkan suara, karena warna eksotik juga akan mendukung penampilan burung di lapangan,” ungkap pria lajang ini.
Persyaratan sebelum penjodohan
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Bagaimana kiat Om Yudi mencetak anakan lovebird yang memiliki kualitas suara dan warna prima? Setelah menyeleksi calon induk yang memenuhi dua kriteria tersebut, dia menyeleksi ulang dengan memperhatikan faktor umur dan kondisi birahi burung.
“Menurut pengalaman saya, setiap jenis lovebird memiliki umur dewasa kelamin yang tidak selalu sama. Lovebird kacamata warna hijau, misalnya, sebaiknya dikawinkan setelah berumur lebih dari delapan bulan,” tuturnya.
Untuk menentukan jenis kelamin, ia cukup meraba supit udang di bagian bawah perutnya (di bawah daerah kloaka / vent). Kalau jaraknya rapat, berarti jantan. Kalau renggang, itu menandakan burung betina. Bagi pemula, metode sexing seperti ini mungkin terasa sulit. Tapi jika sudah terbiasa, maka semuanya menjadi lebih mudah.
Pemula disarankan pakai kandang koloni
Untuk breeder pemula, Om Yudi menyarankan penggunaan kandang koloni, di mana kandang bisa diisi beberapa ekor burung jantan dan betina. Burung dilepas dalam kandang besar tersebut, yang sudah dilengkapi dengan gelodok kayu sebagai tempat bersarang. Calon indukan biasanya akan mencari pasangan sesuai dengan pilihan masing-masing.
Apabila sudah berjodoh, pasangan induk bisa dipindahkan ke kandang battery yang telah disiapkan sebelumnya. Kandang battery yang digunakannya memiliki rangka aluminium, dengan dinding dari kawat ram, berukuran 48 x 48 cm2 dan tinggi 60 cm. Kandang disusun berjajar dan bertingkat, sehingga bisa menghemat lahan.
Kebutuhan pakan bagi indukan tak berbeda dari penangkaran lovebird di tempat lain. Selain biji-bijian seperti juwawut, millet dan sejenisnya, Om Yudi juga menambahkan extra fooding (EF) seperti kangkung, tauge, jagung dan lainnya. Khusus jagung, idealnya jagung tawar, bukan jagung manis. Pemberian kangkung bisa lebih mempercepat produksi.
Selama seminggu berada di kandang battery, pasangan induk akan saling mengenal lebih dekat lagi, sampai akhirnya mulai bercumbu dan kawin. Induk betina akan menyiapkan sarang dan bertelur 4-5 butir.
Setelah menetas, induk akan mengasuh anaknya sampai bisa makan sendiri. Namun Om Yudi lebih senang memanen anakan pada umur 2 minggu, kemudian dilolohnya sendiri, agar perawatan anakan lebih maksimal dan induk bisa segera berproduksi kembali.
Pembersihan kandang pasca-produksi
Agar tidak terlalu diforsir, maka begitu anakan dipanen, induk diistirahatkan dulu selama 2-3 hari. Artinya, induk jantan dan betina ditempatkan dalam sangkar terpisah, meski selalu didekatkan.
Saat istirahat inilah, gelodok dan bahan sarang dikeluarkan, untuk memudahkan pembersihan kandang. Masalah ini kerap diabaikan breeder pemula, dan tanpa disadari sering membuat pasangan induk sulit berproduksi atau gagal menetaskan telurnya, akibat gangguan kutu, tungau, dan parasit lainnya.
Karena itu, masa istirahat bagi pasangan indukan yang hanya 2-3 hari ini harus dimanfaatkan untuk membersihkan seluruh bagian kandang penangkaran, termasuk gelodok dan bahan sarangnya. Dalam hal ini, jika kandang sudah dibersihkan, semprot seluruh bagian kandang menggunakan FreshAves. Larutkan 5 gram serbuk FreshAves dalam 1 liter air, kemudian larutan dimasukkan ke dalam sprayer, dan disemprotkan ke seluruh bagian kandang.
Selanjutnya, semua bahan sarang dikeluarkan dari gelodok. Gelodok dicuci dan dijemur, kemudan diisi dengan bahan sarang yang baru. Taburkan bubuk FreshAves (bukan dilarutkan) secukupnya di bawah bahan sarang.
Penggunaan FreshAves, baik model semprot dan ditaburkan di bawah bahan sarang, sangat penting untuk mencegah kutu, tungau, dan parasit lain yang sering masuk ke kandang dan tubuh burung, serta sering menyelinap dalam sarang.
Setelah semua bagian kandang bersih, gelodok dan bahan sarang bisa dimasukkan kembali. Induk jantan dan induk betina pun bisa segera disatukan kembali dalam kandang tersebut. Dalam keadaan normal, biasanya induk betina akan bertelur lagi seminggu kemudian.
Perawatan dan pemasteran anakan
Sekarang kita lihat bagaimana Om Yudi mengelola anakan sejak dipanen pada umur 2 minggu. Usai dipisahkan dari induknya, anakan dimasukkan dalam kotak kayu yang di dalamnya sudah dilapisi dengan serbuk kayu yang halus. Dengan demikian, anakan mendapatkan alas yang hangat dan nyaman.
Pada masa ini, semua kebutuhan pakan ditanganinya sendiri, dengan cara melolohnya. Bahan pakan terbuat dari adonan bubur sereal yang biasa digunakan untuk bayi. Ia tak menggunakan media pipet atau spuit sebagaimana lazim digunakan breeder saat melakukan handfeeding untuk piyik lovebird.
“Saya lebih senang menggunakan sendok plastik yang biasa digunakan untuk minum obat. Lebih praktis, mudah dilakukan oleh siapa saja, dan burung pun merasa nyaman. Pemberian makanan dilakukan secara berkala, karena pada fase anakan, burung mudah sekali merasa lapar dan berteriak-teriak,” ujar Om Yudi.
Metode ini terus dilakukannya sampai anakan lovebird bisa makan sendiri, atau berumur 1 bulan. Sebelumnya, umur 3 minggu, dilakukan pemasangan ring pada kakinya. Sebab, terkadang ada juga pelanggan yang membeli ketika burung masih disuapi.
Pada prinsipnya, anakan sudah siap dipasarkan ketika burung berumur 1-1,5 bulan. Burung-burung ini kemudian dipindahkan dari kotak kayu ke kandang umbaran, agar pertumbuhannya lebih cepat dan sehat.
Tetapi pembeli memiliki keinginan sendiri-sendiri. Ada yang menghendaki anakan dengan suara asli lovebird, ada juga yang ingin membeli anakan lovebird yang sudah isian.
Khusus lovebird isian, Om Yudi akan memisahkannya dalam kandang tersendiri. Sebab, pada umur 1,5 bulan, anakan akan mulai menjalani program pemasteran, sesuai dengan permintaan konsumen. “Sebab ada juga pemesan yang meminta lovebird suara isian,” kata Om Yudi.
Lovebird yang akan dimaster ini akan ditempatkan terpisah dari lovebird yang bersuara asli. Materi isian berupa cucak jenggot, ciblek, prenjak, jalak suren, tengkek buto, hingga cililin. Hasilnya? Silakan buktikan sendiri. (d’one)