Ada kabar menarik bagi penangkar maupun calon breeder murai batu, terutama yang memiliki lahan terbatas. Jika Anda kesulitan menggunakan sangkar gantung maupun kandang gantung, bisa juga menggunakan model minimalis-poligami untuk memaksimalkan produktivitas indukan di lahan sempit. Model inilah yang diterapkan Om Eko, pemilik Tiara Bird Farm (BF) Bekasi, dan ingin di-share kepada pembaca omkicau.com. Selamat menikmati.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Tiara BF adalah breeding murai batu yang dikelola Om Eko bersama Om Firliansyah Bay di rumahnya, kawasan Jatiranggon, Jatisampurna, Ujung Aspal Pondok Gede Bekasi. Om Eko dulu aktif mengikuti berbagai lomba di Jabodetabek, terutama di kelas murai batu. Beberapa gaconya sering juara, kemudian terpikir untuk mendapatkan keturunan dari beberapa murai batu jawara tersebut.
Tiga tahun lalu, Om Eko bersama Om Firliansyah Bay memulai breeding murai batu dengan memanfaatkan sisa lahan di samping rumah yang lebarnya hanya 2,5 meter.
Om Firliansyah adalah teman akrab Om Kicau. Minggu (12/4) lalu, Om Kicau bersama Om Dwi Jogja, Om Bajak Laut Cilacap, Om Joko Pamungkas, dan Om Wahyudi dolan ke Jakarta untuk melihat even Ronggolawe Cup I . Selama di Jakarta, Om Kicau dkk dijamu Om Firliansyah.
Nah, untuk menyiasati lahan sempit, Om Eko membuat kandang sederhana dengan rangka kayu dan dinding berlapis kawat halus (strimin). Hanya dinding belakang yang ditutup tripleks. Ukurannya?
Karena lahannya sempit, ukuran kandang pun minimalis, dengan panjang 150 cm, lebar 50 cm, dan tinggi 100 cm. Dengan ukuran minimalis seperti itu, ia bisa membangun delapan petak kandang di samping rumahnya. “Pada malam hari, dinding depan ditutup kain agar burung tak kedinginan,” kata Om Eko.
Meski minimalis, produktivitas indukan bisa dibilang maksimalis. Produksinya sudah mencapai 75 ekor anakan. “Itu yang sudah menggunakan ring, karena masih puluhan anakan lagi yang belum sempat dilakukan pemasangan ring,” tambah Om Eko.
Menerapkan perkawinan poligami
Model penangkaran yang dikembangkan Tiara BF memang terbilang ekstrem. Selain ukuran kandang yang minimalis, perkawinannya pun menggunakan model poligami. Dalam hal ini, ia menggunakan tiga ekor jantan dan lima ekor betina.
Sebenarnya Tiara BF memiliki dua lokasi penangkaran. Di lokasi lain, jumlah induk betina tiga ekor, yang dikawini secara bergiliran oleh seekor induk jantan.
Untuk memudahkan proses penjodohan, setiap petak kandang didesain sedemikian rupa sehingga pada bagian tengah bisa dimasukkan penyekat. Penyekat yang terbuat dari bahan kawat strimin berangka kayu ini akan dicabut jika burung sudah berjodoh.
Hal ini penting untuk induk betina yang baru pertama kali dijodohkan, sehingga tidak terjadi saling serang antara burung jantan dan burung betina pada masa pengenalan.
Dalam metode poligami, setiap induk betina menempati petak kandang masing-masing. Apabila betina A mau dikawinkan, maka induk jantan dimasukkan ke petak kandangnya. Pada tahap ini, penyekat dipasang sehingga kedua burung tidak dapat kontak secara langsung.
“Proses penjodohannya tidak memakan waktu lama. Biasanya sehari atau dua hari ditempatkan dalam satu kandang yang sudah diberi penyekat, kedua burung bisa cepat saling mengenal dan mau berjodoh. Hal ini ditandai dengan posisi kedua burung yang saling mendekat, dan betinanya tampak sudah birahi,” jelas Om Eko.
Setelah berjodoh, penyekat boleh dibuka. Jangan lupa, ini masih dalam tahap rawan sehingga pasangan ini harus terus dipantau. Jika tetap rukun dan tidak saling serang, biasanya mereka akan mengangkut bahan sarang dan menyusunnya ke kotak sarang.
Sepanjang hari, pasangan ini akan terlihat berduaan. Kalau sudah kawin, seminggu kemudian induk betina akan bertelur. Diusahakan agar pasangan dalam setiap petak kandang tidak melihat pasangan lain dalam petak di sebelahnya. Jika sampai melihat, ini bisa mengganggu produktivitas. Murai batu menjadi agresif kalau melihat burung sejenis, karena memang bertipe fighter sejati.
Sebelum bertelur, pasangan induk akan bersama-sama mengangkut bahan sarang. Ini merupakan tengara paling akurat untuk memastikan induk betina akan segera bertelur. “Nah, ketika induk betina mulai mengerami telur-telurnya, induk jantan bisa diangkat dari petak kandang tersebut, kemudian dipasangkan dengan induk betina lainnya,” tutur Om Eko.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Cara mengangkat induk jantan
Karena ukuran kandang minimalis, maka pintu pada setiap petak tak memungkinkan manusia untuk memasukinya. Lalu, bagaimana cara mengeluarkan induk jantan agar bisa dipindahkan ke petak kandang betina lainnya?
Om Eko memang benar-benar tidak pelit ilmu. Dijelaskan, ada beberapa cara yang bisa dilakukan. Misalnya, memancing induk jantan menggunakan burung lain, sambil menyiapkan sangkar kosong. Induk jantan akan dengan mudah terpancing keluar dan masuk ke sangkar yang sudah disiapkan.
Setelah diangkat dari petak kandang induk betina yang sedang mengerami telurnya, induk jantan jangan langsung dimasukkan ke petak kandang betina lainnya. Burung harus diistirahatkan dulu selama 1-2 hari, sambil diberi vitamin dan suplemen agar staminanya pulih. Anda bisa menggunakan BirdMature yang kaya multivitamin dan multimineral.
Setelah kondisinya kembali fit, induk jantan bisa dimasukkan ke petak kandang induk betina yang lainnya, dengan mengulangi proses penjodohan (termasuk memasang penyekat). Demikian seterusnya.
Jika Tiara BF menggunakan 3 ekor induk jantan, hal itu dilakukan agar para pejantan tidak terlalu terforsir staminanya. Selain itu, setiap induk betina selalu dalam kondisi produksi.
Moncer di berbagai latber / lomba
Anakan mulai dipanen pada umur 5-7 hari. Begitu dipanen langsung dimasukan ke inkubator atau kotak penghangat yang sudah dilengkapi dengan lampu penghangat.
“Sebenarnya saya memanen anakan bukan berpatokan pada umur atau hari ke berapa. Pokoknya kalau sudah tumbuh bulu jarum, itulah saatnya dipanen. Sebab berdasarkan pengalaman, memanen anakan murai batu yang sudah tumbuh bulu jarumnya relatif lebih aman. Masa kritis sudah terlampaui, sehingga anakan lebih mudah dirawat,” jelasnya.
Dari kandang minimalis ini, Tiara BF mampu melahirkan beberapa burung juara di berbagai lomba. Ini pula yang membuat produknya laris-manis, bahkan peminat harus antre alias indent sebelum mendapatkan anakan yang diinginkan.
Lantas, berapa banderol yang dipasang Tiara BF untuk trotolan yang sudah mulai bisa makan sendiri? Eko menjawab dalam kisaran Rp 2 juta – Rp 2,5 juta per ekor. Siapa mau beli atau pesan? (d’one)