Meski perawatannya terbilang sederhana, alias tidak ribet, Trisula mampu berbicara banyak dalam persaingan ketat kelas murai batu di Blok Barat, terutama Jabodetabek. Di kawasan ini sangat jarang ada MB yang mencetak kemenangan lebih dari dua sesi, bahkan dalam beberapa even terakhir lebih sering dibagi rata. Trisula adalah gaco milik Anton, dan merupakan murai batu hasil penangkaran Arco Bird Farm Serang.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Sehari-hari Anton disibukkan dengan aktivitasnya sebagai lawyer. Tetapi karena hobi, setiap ada waktu senggang selalu menyempatkan diri bercengkerama dengan burung-burung piaraannya, termasuk Trisula.
Untuk mengasah ilmu perawatan burung, dia bergabung dengan Voltus and Friends, yang antara lain digawangi Yudi Voltus, salah seorang pengorbit murai batu jawara di Ibu Kota. Dari Om Yudi pula, Anton memperoleh Trisula.
Ketika masih di tangan Om Yudi, Trisula sudah puluhan kali meraih gelar juara. Tak heran ketika Anton menurunkannya dalam even Halim Cup I di lapangan Jl Raya Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Minggu (19/5) lalu, Trisula berhasil menjuarai Kelas Murai Batu Ring.
Di Jabodetabek, kelas MB ring juga memiliki gengsi tersendiri, karena berisi burung-burung hasil breeding yang ada di Indonesia: sesuatu yang mesti diapresiasi sebagai bagian penyelamatan murai batu di alam liar dari ancaman kepunahan.
“Selain di kelas ring, Trisula juga bisa main di kelas umum, dan beberapa kali mampu mengalahkan murai batu tangkapan hutan. Karena itu, jangan terlalu fanatik dengan burung tangkapan hutan, yang penting bagaimana perawatannya,” tandas kicaumania muda ini.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Lantas, bagaimana kiat Anton memoles sang gaco, sehingga pretasinya tetap stabil seperti ketika masih ditangani Om Yudi? “Materinya memang bagus. Sejak dulu saya memang percaya kalau burung-burung koleksi Om Yudi memang berkualitas. Trisula sejak dulu memang langganan juara. Itu sebabnya, saya berani memutuskan untuk take-over,” kata Anton.
Karena materinya memang bagus, dia merasa tak perlu dipusingkan soal perawatan. Soal mandi misalnya, Trisula terbiasa tiga kali dalam seminggu. Begitu pula tentang penjemuran, burung ini hanya butuh waktu sekitar 40 menit pada pagi hari. Jadi tidak merepotkan sama sekali.
Dalam kesehariannya, Anton biasa memberikan extra fooding (EF) berupa kroto segar dan 5 ekor jangkrik setiap hari. Kalau mau lomba, baru jangkrik digenjot menjadi 10 ekor per hari.
“Nah, menjelang digantang di lapangan, saya menambahkan lima ekor ulat hongkong agar birahinya meningkat dan mau bertarung habis-habisan dengan semua musuhnya,” kata Anton yang tinggal di kawasan Bukit Rivaria Depok ini.
Dengan perawatan sederhana inilah, Trisula selalu menampilkan performa terbaiknya. Saat berlaga di even Halim Cup lalu, dia langsung on-fire sejak digantang, dengan mengeluarkan materi lagu-lagunya dan tonjolan tembakan panjang cililin, diselingi ngekek lovebird dengan durasi kerja yang nyaris tanpa jeda. Selain tonjolan, tentunya diselingi lagu-lagu jenis burung kecil seperti ciblek, kolibri, rambatan, kenari, dan sejenisnya.
Trisula memiliki tipe ngerol-nembak, serta gaya ngeplay dengan penampilan aduhai, sehingga kerap mencuri perhatian para juri, sebagaimana terjadi dalam Halim Cup I, Minggu (19/5) lalu.
yang dimiliki Trisula semakin melengkapi kesempurnaannya saat tampil di lapangan dengan gaya ngeplaynya dengan penampilannya yang aduhai. “Saya siap membawa Trisula ke Jogja, mengikuti Piala Raja tanggal 9 Juni mendatang, baik di kelas murai batu ring maupun umum,” kata Anton, mengakhiri pembicaraannya dengan omkicau.com. (d’one)
Semoga makin moncer.
—