Kemitraan antara manusia dan burung sudah berlangsung sepanjang masa, dan dipraktikkan masyarakat di sejumlah daerah maupun negara. Kini sudah banyak masyarakat desa menggunakan burung hantu untuk mengusir hama tikus di areal persawahan padi dan jagung, seperti dilakukan warga Desa Telogoweru, Demak. Masyarakat nelayan di Indonesia maupun di mancanegara juga kerap menggunakan burung untuk membantu pekerjaan mereka. Kalau nelayan Indonesia sering menggunakan burung layang-layang, maka nelayan di beberapa negara seperti Eropa, Peru, Jepang, dan China umumnya menggunakan burung kormoran.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Di Jepang, tradisi memancing ikan dengan menggunakan burung kormoran ini disebut ukai. Teknik ini sudah dilakukan sejak berabad-abad yang lalu, tepatnya pada tahun 702.
Cara yang dilakukan adalah dengan menjepit sayap burung kormoran, dan memasang ring jepit kecil di bagian leher burung tersebut, selanjutnya diikat dengan tali atau batang bambu. Tidak jarang mereka memancing ikan pada malam hari, dengan menggunakan penerangan berupa obor atau penerangan lainnya.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Kormoran merupakan burung air yang memiliki kaki berselaput dan di bagian bawah paruhnya terdapat kantung seperti pelikan. Pakan utamanya memang ikan. Setelah kormoran dilepas dari perahu oleh nelayan, mereka langsung menyelam dan langsung menangkap ikan dengan paruhnya.
Ikan yang sudah ditangkap kormoran tentu tidak bisa langsung ditelan oleh burung, karena tertahan oleh ring yang dipasang di lehernya. Pada saat itulah nelayan akan mengambil ikan yang tersangkut di mulutnya.
Setiap kali dilepas ke air, burung kormoran akan terus mencari ikan, namun akan diambil lagi oleh nelayan. Begitu seterusnya, sehingga nelayan bisa mengumpulkan ikan dalam jumlah banyak.
Para nelayan Jepang mengakui, memanfaatkan burung kormoran sangat berpengaruh besar terhadap hasil tangkapan yang diperolehnya daripada menggunakan metode memancing secara manual.
Untuk melakukan hal tersebut, para nelayan tidak sembarangan menggunakan kormoran sebagai partnernya. Sebab burung sebelumnya harus sudah jinak dan telah menjalani berbagai latihan untuk membantu nelayan.
Jenis kormoran yang digunakan pun berbeda-beda menurut lokasinya. Nelayan di Gifu, Jepang, menggunakan kormoran jepang atau japanese cormorant (Phalacrocorax capillatus). Adapun nelayan di China sering menyukai great cormorant (Phalacrocorax carbo). Bahkan burung jenis lain, dari genus Anhinga. juga sering digunakan untuk membantu menangkap ikan. Burung ini masih merupakan kerabat dekat kormoran.
Jumlah burung yang dipergunakan saat memancing juga bervariasi, tergantung kemampuan masing-masing. Ada yang memanfaatkan dua ekor burung saja, tetapi ada juga yang memanfaatkan 10 ekor kormoran dalam sekali melaut.
Memancing dengan kormoran juga sudah dilakukan sejak lama oleh nelayan di Makedonia, terutama di Danau Dojran, di bagian tenggara negara tersebut. Sedangkan di negara-negara Eropa, memancing dengan bantuan kormoran hanya berlangsung sebentar, yaitu pada abad ke-16 hingga abad ke-17, terutama di Ingris dan Prancis.
Meskipun dengan metode yang sama seperti di Jepang dan China, metode di Eropa dikembangkan lagi dengan menggunakan burung elang. Metode kormoran juga sudah lama dilakukan di Peru, bahkan sudah dilakukan 100 tahun, sebelum Jepang melakukannya.
Semoga bisa menambah pengetahuan bersama.
—