Sampai saat ini, murai batu masih menempati urutan teratas dalam berbagai lomba burung berkicau, baik di level paling kecil (latihan rutin), lomba lokal, lomba regional, maupun lomba nasional. Murai batu (MB) hampir selalu dilempatkan di kelas utama atau kelas paling bergengsi. Meski popularitas lovebird dari hari ke hari terus meningkat, rasanya masih sulit untuk menggeser MB. Mengapa? Berikut ini artikel menarik yang ditulis H Syamsul Saputro, atau lebih akrab disapa Om Syamsul, dari SKL Bird Farm, Jaribarang, Indramayu.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan murai batu menjadi burung terfavorit di kalangan kicaumania. Sebagian faktor ini jarang dimiliki burung lain, sehingga menjadi daya dukung tersendiri dalam mempertahankan MB sebagai top kicauan di kalangan kicaumania Indonesia, bahkan di sejumlah negara ASEAN seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, dan Vietnam.
Beberapa faktor pendukung tersebut antara lain :
1. Perawatan relatif mudah
Perawatan burung murai batu relatif mudah, apalagi makanan hanya berupa voer dan serangga seperti jangkrik, kroto, ulat hongkong, dan cacing tanah. Rawatan harian biasanya cukup voer, jangkrik, dan kroto. Cacing hanya diberikan sesekali. Sedangkan ulat hongkong umumnya diberikan menjelang atau saat lomba. Silakan cek perawatan harian murai batu di sini, dan rawatan lomba di sini.
Mahal dan tidak biaya perawatan biasanya ditentukan oleh porsi pemberian kroto, karena telur semut rangrang menjadi komponen biaya pakan terbesar, mengingat harga di pasaran cenderung naik. Tetapi ini juga berlaku untuk pemilik jenis burung lain yang juga makan kroto, bukan?
2. Gayanya sangat atraktif
Gaya murai batu saat bertarung sungguh atraktif, ngeplay, dengan selalu menaikturunkan ekornya yang cantik. Jenis burung lain yang memiliki gaya bertarung atraktif adalah anis merah dan kacer (apalagi yang ndelosor). Silakan lihat gaya atraktif murai batu Natalia di bawah ini :
3. Volumenye tembus keluar lapangan
Saat berkicau, volume suara yang dikeluarkan murai batu tembus sampai keluar lapangan. Bahkan dalam lomba di mana aturan non-teriak tak dihiraukan pemain dan penonton, kita masih bisa memantau jagoan kita sedang menembak, yaitu dilihat dari gerakan tubuh burungnya.
Pokoknya, dalam situasi apapun, juri di dalam lapangan maupun pemilik yang di luar lapangan masih bisa memantau burungnya saat sedang berkerja. Inilah salah satu keunggulan murai batu sehingga dinobatkan sebagai burung lomba papan atas. Bahkan di kalangan internasional, murai batu dijuluki sebagai burung pengicau terbaik di dunia.
4.Mudah ditangkarkan
Faktor lain yang mendukung popularitas murai batu adalah mudah ditangkarkan, bahkan dalam lahan sempit sekalipun. Om Kicau juga beberapa kali menurunkan artikel mengenai penangkaran murai batu dalam kandang gantung maupun dalam sangkar gantung.
Saat ini, beberapa event organizer (EO) sudah membuka kelas MB ring. Bahkan sejumlah even besar (nasional) pun telah memulainya sejak beberapa tahun lalu seperti BnR Award, Piala Raja, dan Valentine PBI. Even terbaru seperti Ronggolawe Cup dan Kicaumania Cup juga membuka kelas MB ring. Gelaran EB-Odjoss Bird Champhion yang akan berlangsung di Cibubur, 30 Juni 2013, pun membuka kelas murai batu penangkaran.
Bahkan, mulai tahun depan, pada gelaran lomba burung akbar tertentu kita hanya boleh menurunkan burung-burung hasil penangkaran saja, terutama untuk kelas murai batu.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Populasi MB di alam liar makin kritis
Ketika lomba burung berkicau dimulai pada Agustus 1976, burung terpopular saat itu adalah anis merah dan cucakrowo. Tetapi sejak awal 2000-an, murai batu menyodok ke papan atas dan menjadi jenis burung paling diminati kicaumania. Ini ternyata berimbas pada populasinya di alam liar, atau di habitat aslinya. Pasalnya, terjadi perburuan murai batu secara besar-besaran, sehingga dampaknya terasa saat ini: populasi murai batu di alam liar makin kritis.
Karena itulah, SKL Bird Farm bersama bird farm lain di Indonesia mulai terlibat aktif dalam penangkaran murai batu. Tapi upaya ini hanya bisa menekan angka perburuan liar, belum mampu menghentikannya. Sebab masih ada anggapan murai batu hasil tangkapan alam lebih berkualitas daripada burung hasil penangkaran. Yang lebih sering juara adalah MB hasil tangkapan hutan.
Logika ini salah besar. Di Jakarta, sudah banyak MB ring yang menjuarai di kelas MB biasa. Demikian juga di daerah lain. Jika saat ini lebih banyak MB hasil tangkapan hutan yang juara, itu karena yang dilombakan memang lebih banyak murai batu hasil tangkapan hutan, persentasenya sekitar 90 : 10. Jika persentasenya berimbang, misalnya 50 : 50, pasti murai batu ring lebih sering menang. Sebab, keunggulan MB ring adalah lebih jinak dan bisa “dibentuk” sejak awal.
Berbagai keunggulan serta kemudahan dalam penangkaran mestinya menyadarkan kita untuk selalu menggunakan MB hasil tangkaran. Usaha penangkaran yang dilakukan sejumlah breeder, termasuk SKL, memang bisa menekan perburuan murai batu di alam liar. Sayangnya, jumlah penangkar MB belum sebanding dengan tingginya permintaan konsumen. Akibatnya, perburuan di alam liar masih terjadi di berbagai daerah, dan populasinya dari hari ke hari terus menyusut.
Hasil survai Tim SKL menunjukkan, populasi murai batu di habitatnya kini sangat memprihatinkan. Bahkan pengepul dan beberapa pemilik toko burung di Jalan Bintang Medan sudah mulai berhenti mengirim murai batu ke Jawa, karena stok tahun ini turun sangat drastis. Mereka bertutur, “Bagaimana dengan tahun depan, Pak? Makin bertambah suram ya?”
Sebagian pengepul hanya mampu memiliki beberapa ekor saja. Tetapi jumlah yang terlalu sedikit membuat mereka ragu mengirim ke Jawa. Jika dipaksakan untuk dikirim, tentu ongkos kirim menjadi sangat mahal. Pada akhirnya, mereka lebih memilih menjualnya ke pasar lokal. Itupun selalu ludes hanya dalam hitungan jam atau hari saja.
Bukan cerita omong kosong jika saat ini banyak pemikat murai batu yang kembali ke profesi lamanya sebagai petani, kembali turun ke ladang, atau memikat jenis burung lainnya seperti cucak hijau dan kacer. Ini menunjukkan tanda-tanda keberadaan murai batu di habitatnya sudah kritis.
Bisa difahami jika Pemerintah Provinsi Aceh mengeluarkan berbagai aturan yang melarang penangkapan, perdagangan, atau membawa keluar murai batu dari wilayah tersebut (cek artikelnya di sini). Sejumlah pemerintah kabupaten di Aceh pun telah mengeluarkan qanun atau peraturan serupa, seperti Pemerintah Kabupaten Simeulue.
Apa yang terjadi jika permintaan lebih tinggi dari pasokan? Sesuai dengan hukum ekonomi, khususnya hukum supply and demand, harga barang (dalam hal ini murai batu) akan meningkat tajam. Jika harga murai batu terus meningkat dan tak terkendali, apa yang akan terjadi selanjutnya?
Tentu harganya tidak akan terjangkau oleh kalangan tertentu. Hal ini bisa membuat murai batu menjadi burung eksklusif yang hanya bisa dinikmati kalangan ekonomi menengah ke atas. Padahal, jumlah mereka tidak seberapa dibandingkan dengan kicaumania dari strata ekonomi menengah ke bawah.
Jika murai batu hanya bisa dinikmati kalangan minoritas, apa yang akan terjadi? Tentu pamor murai batu tidak akan lagi seheboh / semeriah ketika semua kalangan bisa berpartisipasi.
Penangkaran MB sebagai bisnis murni
Bagaimana solusinya?Untuk menghindari kemungkinan buruk tersebut, diperlukan partisipasi dari sebagian kicaumania maupun para pemodal yang hobi burung. Partisipasi paling riil adalah terlibat aktif dalam usaha penangkaran burung murai batu.
Perlu diingat, bagi yang ingin menangkar murai batu, ini adalah bisnis atau perdagangan, jadi bukan sekadar penyaluran hobi. Ada perbedaan antara hobi dan bisnis dalam mengelola murai batu. Apabila sekadar penyaluran hobi, memelihara murai batu dijamin pasti rugi terus, tidak akan pernah meraih keuntungan. Hadiah bagi pemenang umumnya belum bisa menutupi biaya perawatan harian.
Hampir semua hobi pasti merugi, karena imbalan / keuntungan yang didapat hanya sebatas kesenangan / kebahagiaan hati saja. Ini memang sudah konsekuensi, dan sebagian penghobi memang tak mempermasalahkan faktor biaya. Hobi memancing, misalnya, bisa menghabiskan puluhan juta apalagi memancing di laut dalam, bahkan ada yang memancing sampai ke luar negeri.
Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...
Jika Anda hobi badminton, silakan dihitung sendiri biaya untuk membeli raket, sepatu, jersey, sewa lapangan, sampai… taruhannya. Apa yang didapat? Hanya kesenangan hati semata bukan? Memang, membuat hati senang sekarang juga butuh biaya mahal.
Nah, jika Anda hobi burung, dan berminat menangkar murai batu, Anda dapat memperoleh keduanya: kepuasan batin / penyaluran hobi, sekaligus mendatangkan keuntungan finansial. Hanya saja, ketika sudah nyemplung ke dunia breeding, yang harus lebih diutamakan adalah aspek bisnisnya. Syukur-syukur usaha ini memberi keuntungan, hobi tersalurkan, dan Anda pun sudah berpartisipasi dalam pelestarian murai batu.
Karena lebih memperhatikan aspek bisnis, maka penangkaran murai batu juga bisa dijalankan oleh pemodal yang selama ini kurang faham dengan seluk-beluk murai batu. Dalam hal ini, pemodal seperti ini memercayakan manajemen breeding kepada ahlinya, termasuk program pemasteran sejak dini, perawatan rutin, dan sebagainya. Dengan demikian, pemilik modal cukup menangani manajemen usaha saja.
Program pemasteran di SKL Bird Farm
Sekali lagi, penangkaran murai batu harus benar-benar murni bisnis. Jika Anda masih saja mendahulukan hobi, tentu MB jawara akan terus diturunkan dari lomba ke lomba. Anda tak mau menjadikannya sebagai indukan, karena khawatir jika keturunannya dibeli orang dan moncer di arena lomba, bahkan mengalahkan burung kebanggaan Anda. Jadi, kalau Anda bersikeras menyimpan burung istimewa, berarti Anda masih mendahulukan penyaluran hobi, dan dijamin pasti merugi.
Apabila Anda memandang penangkaran murai batu murni sebagai bisnis, burung jawara pun harus dijadikan indukan. Ia akan terus menjadi mesin ATM hidup bagi Anda, karena akan selalu menghasilkan anakan berkualitas dan memiliki nilai jual tinggi. Di mana-mana, MB yang memiliki trah juara pasti memiliki harga jual istimewa.
Mengapa menangkarkan murai batu adalah murni bisnis? Prinsip berbisnis adalah apa yang kita investasikan cepat atau lambat akan kembali modal. Misalnya, Anda menginvestasikan uang untuk sepasang MB seharga Rp 8 juta. Selama satu tahun ternyata bisa menetas tiga kali. Lalu Anda jual anakannya seharga Rp 4 juta sepasang. Jadi, omzet yang dihasilkan selama setahun Rp 12 juta (3 x Rp 4 juta). Keuntungan kotor yang diperoleh sebesar Rp 4 juta (Rp 12 juta – Rp 8 juta).
Kok sedikit? Itu kan hanya hitungan untuk sepasang induk. Bagaimana jika Anda memiliki 10 pasang induk? Setahun bisa mencapai Rp 40 juta. Jika Anda memiliki 20 pasang indukan, laba kotor pun bisa mendekati Rp 80 juta / tahun, atau Rp 6,7 juta per bulan.
Pada tahun kedua, keuntungan sudah tidak diperhitungkan lagi dengan modal inti bernama indukan. Jadi, jika Anda memiliki 20 pasang indukan, laba kotor sudah bukan lagi Rp 80 juta / tahun, melainkan Rp 240 juta / tahun.
Jika banyak burung produk penangkaran Anda moncer di arena lomba, harga anakan bisa dinaikkan lebih dari Rp 4 juta / pasang. Sebab, sebagaimana perusahaan dengan brand images bagus, harga akan selalu menyertai kualitas produk, juga menyertai citra perusahaan itu sendiri.
Hal menarik lainnya dari bisnis penangkaran murai batu adalah Anda akan selalu mendapatkan laba, sementara modal inti berupa pasangan induk masih berada di tangan Anda, dan akan terus berproduksi. Sebagian besar dapat dijual, dan sebagian lainnya disisakan untuk replacement atau penggantian calon indukan maupun pengembangan jumlah indukan. Jadi modal inti tak perlu dibeli, tetapi diperoleh dari hasil breeding sendiri.
Kalaupun suatu ketika, karena berbagai hal yang tak bisa dihindari, Anda harus berhenti menjadi penangkar murai batu, indukan masih bisa dijual. Kalau mau dijual cepat, misalnya seharga Rp 6 juta sepasang, pasti laku seperti kacang goreng. Tetapi Anda masih tetap untung, apalagi jika diperhitungkan dengan hasil penjualan anakan selama ini.
Bagaimana jika indukan dijual di atas harga modalnya? Tentunya keuntungan yang diperoleh akan berlipat. Belum lagi keuntungan yang diperoleh dari harga anakan yang setiap tahun cenderung meningkat. Jadi, penangkaran murai batu ini sama manisnya dengan investasi tanah, he.. he.. he…
Di zaman sekarang, rasanya hanya sedikit sekali ada jenis usaha yang semenggiurkan penangkaran murai batu. Bisnis ini bisa balik modal dalam hitungan beberapa bulan atau maksimal setahun. Bahkan dalam waktu kurang setahun, sebagian besar penangkar murai batu bukan hanya bisa mencapai break event point (BEP), tetapi sudah bisa mencetak laba !!!
Mungkin ada yang nyeletuk, “Gimana Om, kalau di tengah jalan tiba-tiba indukan mati?”. Wah, yang namanya musibah, itu bisa terjadi di mana-mana. Semua lini bisnis pasti ada risikonya. Banyak contoh ketika musibah tidak diharapkan, jauh dari bayangannya selama ini, tiba-tiba terjadi.
Lihat betapa banyak perajin tempe gulung tikar ketika harga kedelai impor melambung tinggi.
Lihat betapa banyak pengusaha yang gulung tikar akibat lokasi usahanya terendam lumpur Lapindo.
Lihat seorang pengusaha garmen atau mebel kaya raya, tiba-tiba gudangnya terbakar tanpa sempat diasuransikan.
Sebagian musibah memang tidak bisa dielakkan, jika itu memang kehendak Tuhan untuk menguji keimanan kita. Tetapi, ada sebagian musibah yang sebenarnya berawal dari keteledoran kita. Dalam konteks penangkaran murai batu, hal-hal yang bersifat keteledoran yang bisa menggagalkan usaha Anda adalah lalai menjaga kebersihan kandang, lalai menjaga kesehatan burung (manajemen kesehatan), sehingga mengundang potensi sumber penyakit, termasuk penyakit yang mematikan burung.
Dalam berusaha, tugas manusia adalah menjalankan pekerjaan itu dengan sebaik-baiknya. Selanjutnya, tinggal berdoa dan berserah diri kepada Sang Pencipta.
Kemungkinan terpahit yang biasanya terjadi dalam setiap penangkaran murai batu adalah burung dicuri orang, burung terbang, dan burung mati. Jadi, persoalannya adalah bagaimana kita menerapkan manajemen keamanan, manajemen perawatan dan penanganan burung, serta manajemen kesehatan burung.
“Terus bagaimana cara memasarkan anakannya, Om?”
Silakan Anda pilih secara acak nomor telepon / HP pemilik penangkaran MB. Saya jamin tidak ada yang ready stock, alias harus indent (pesan dulu). Apalagi jika penangkarannya bonafid. Apa artinya? Ini menunjukkan hampir semua penangkar MB kekurangan pasokan siap jual, sehingga calon pembeli atau pelanggar harus antre sampai indukan menghasilkan anakan yang siap jual.
Nah, dari berbagai uraian di atas, apakah Anda tidak berminat untuk menangkarkan murai batu? Siapa takut??? Jangan terlambat !!! Siapa cepat bertindak, maka dia akan cepat mendapatkan berkah-Nya. Amin…
*) H Syamsul Saputro adalah pemilik Shakila Putra (SKL) Bird Farm, salah satu penangkar murai batu (dan lovebird) terbesar di Indonesia, yang menerapkan sistem bedol kandang / jebol kandang untuk mendorong tumbuhnya para penangkar murai batu di Indonesia.
Om Syamsul / SKL Bird Farm
Alamat : Jalan Ahmad Yani No. 37 – 70 Jatibarang, Indramayu.
Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.
00
Suka? Bagi-bagi ke teman ya. Terima kasih.
Tags
Notice: Undefined variable: taglink in /home/omkicau.com/public_html/wp-content/plugins/amp-newspaper-theme/template/single.php on line 277 BURUNG MURAI BATU
Notice: Undefined variable: taglink in /home/omkicau.com/public_html/wp-content/plugins/amp-newspaper-theme/template/single.php on line 277 H Syamsul Saputro
Notice: Undefined variable: taglink in /home/omkicau.com/public_html/wp-content/plugins/amp-newspaper-theme/template/single.php on line 277 Murai Batu
Notice: Undefined variable: taglink in /home/omkicau.com/public_html/wp-content/plugins/amp-newspaper-theme/template/single.php on line 277 penangkaran murai batu
Notice: Undefined variable: taglink in /home/omkicau.com/public_html/wp-content/plugins/amp-newspaper-theme/template/single.php on line 277 SKL Bird Farm Indramayu
Notice: Undefined variable: taglink in /home/omkicau.com/public_html/wp-content/plugins/amp-newspaper-theme/template/single.php on line 277 tips sukses menangkar murai batu