Sepanjang di daerah Anda ada burung hasil penangkaran, terutama murai batu, kacer, anis kembang, dan anis merah, disarankan untuk membelinya dari sana, baik anakan, burung muda, maupun burung dewasa. Jjika kondisi tidak memungkinkan, boleh saja membeli burung bakalan hasil tangkapan hutan, baik di pasar burung dan tempat lainnya. Hanya saja diperlukan penanganan ekstra. Jika tidak, jangankan nantinya rajin bunyi, seringkali kita menjumpai umur burung tidak bertahan lama. Agar burung tetap hidup, dan kelak rajin bunyi, diperlukan beberapa prakondisi terlebih dulu.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Memelihara burung bakalan, terlebih hasil tangkapan hutan, memang membutuhkan perhatian dan perawatan ekstra, terlebih burung yang belum mengenal pakan kering buatan manusia bernama voer. Selain itu, masih banyak tahap yang harus dilalui dalam perawatan burung bakalan, seperti tahap penjinakan dan penggacoran.
Tetapi, bagaimanapun, itulah seni memelihara burung dan ini sudah menjadi risiko dari kita sebagai penghobi burung. Jadi, untuk dapat “mencetak” burung berkualitas, diperlukan berbagai usaha yang tidak ringan. Jika berhasil, tingkat kepuasannya akan melebihi orang-orang berduit yang begitu mudah melakukan take-over terhadap burung jawara.
Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
Tidak sedikit sobat kicaumania yang bertanya, bagaimana cara membuat burung bakalan yang dibeli bisa menjadi rajin berbunyi? Perlu diingat, sebelum berharap burung nantinya rajin bunyi, ada beberapa kondisi awal (prakondisi) yang harus dilalu, antara lain :
- Burung tersebut sudah beradaptasi dengan sangkar dan lingkungan. Ini merupakan langkah menuju burung jinak. Nah, bagaimana cara menjinakkan burung, buka kembali arsipnya di sini. Ada juga cara menjinakkan burung ala David de Souza.
- Burung berjenis kelamin jantan, kecuali untuk beberapa spesies di mana betina juga memiliki kemampuan berkicau seperti burung jantan. Misalnya cendet, di mana burung betina justru sering menjuara lomba. Tidak percaya? Cek artikelnya di sini.
- Burung yang dibeli termasuk tipe burung yang memiliki kicauan kencang. Ini terutama berlaku untuk burung yang jarang / tidak pernah dilombakan.
Jangan sampai Anda membeli burung, tetapi berminggu-minggu menunggu, ternyata burung tidak berbunyi. Padahal Anda tidak sadar, bahwa yang dibeli memang burung dengan karakter suara tidak bisa kencang. Contoh, paok pancawarna dan burung bubut.
Banyak kicaumania pemula membeli burung ini karena warnanya bagus, kemudian mengira suaranya kencang dan bisa bervariasi. Karena itu, sebelum membeli, tanyakan dulu kepada pedagang atau rekan Anda, apakah burung A atau B yang mau dibeli memiliki suara yang bagus dan kencang. - Kenali pakan utamanya. Hal ini perlu diketahui sebelum membeli burung. Ketika burung sudah dibeli, dan Anda baru mencari info soal makanannya, bisa-bisa burung malah tak berkesempatan makan alias sudah mati terlebih dulu. Dengan mengetahui pakan utamanya, maka perawatan berikutnya pun menjadi lebih mudah.
Jika sudah mengetahui beberapa prakondisi tersebut di atas, dan burung sudah berada di tangan Anda, maka tahap berikutnya adalah perawatan harian. Jika burung belum mengenal voer, maka harus dilatih dahulu untuk makan voer. Bagaimana melatih burung makan voer, monggo dibuka lagi rahasianya di sini.
Saatnya membuat burung rajin berbunyi
Setelah semua tahapan di atas dilakukan, kini saatnya melakukan perawatan agar burung rajin berbunyi. Kalau Anda memelihara jenis burung tertentu, dan tahu apa pakan utama burung tersebut di habitat aslinya, maka itulah kunci dalam perawatan harian agar mereka mau berkicau dengan rajin. Sebab apa yang dimakan berkaitan erat dengan metabolisme burung.
Kalau metabolisme berjalan normal, maka kadar hormon testosteron di dalam tubuhnya akan naik seiring dengan pertambahan umur. Jika metabolisme terganggu, atau beberapa nutrisi tertentu tak tercukupi, maka burung yang berusia lebih tua sangat mungkin memiliki kadar testosteron yang jauh di bawah burung yang usianya lebih muda. Akibatnya, burung tetap malas bunyi.
Pakan utama untuk spesies burung terkadang berbeda dari spesies burung lain. Ada yang pakan utamanya berupa buah, tetapi ada juga yang pakan utamanya berupa serangga. Sebagian besar burung pemakan buah umumnya juga menyantap serangga sebagai selingan atau pakan tambahan (extra fooding). Sedangkan burung pemakan serangga ada yang sesekali makan buah, tetapi ada juga yang tidak mau.
Apapun tipe burung dari segi pakan utamanya, kandungan gizi buah dan serangga sudah memiliki standar masing-masing. Di alam liar, burung memiliki insting untuk memenuhi semua kebutuhan gizinya, terkecuali jika mereka hidup di habitat yang sudah rusak. Namun, dalam pemeliharaan di dalam sangkar, insting itu tidak sepenuhnya keluar, karena Andalah aktor utama yang menentukan jenis pakan untuk burung piaraan di rumah.
Faktanya, seperti beberapa kali diungkap dalam website ini, hampir semua burung peliharaan mengalami masalah dengan kecukupan vitamin A, vitamin D, dan mineral kalsium. Itu sebabnya, burung piaraan idealnya mendapat asupan multivitamin dan multimineral dari luar. Misalnya pemberian BirdVit 3 kali dalam seminggu, dan BirdMineral seminggu sekali, yang akan membuat burung selalu dalam kondisi fit. Ini memang prasyarat agar burung bisa rajin bunyi, dan hampir semua burung jawara tidak pernah alpa diberi multivitamin.
Selain itu, seperti telah dibuktikan sendiri oleh sekitar 14.500 pelanggan tetap, pemberian TestoBirdBooster (TBB) pada burung bakalan bisa mempercepat burung rajin bunyi dan selalu gacor. Ada yang bertanya, berapa batasan umur minimal burung bisa diberi TBB? Apakah tidak menimbulkan efek negatif pada burung muda?
Dalam artikel ini pula, Om Kicau ingin menjelaskan, bahwa anakan burung sejak menetas sudah memiliki kadar testosteron, meskipun kadarnya masih sedikit. Tetapi seiring dengan pertambahan usia, kadar testosteron akan meningkat. Burung muda, dengan umur 2,5 – 3 bulan, rata-rata sudah memiliki kadar testosteron sebanyak 80% dari burung dewasa.
Pemberian TBB bisa mempecepat level kicauan burung, sebagaimana hasil penelitian Christopher Templeton dkk dari Fakultas Biologi Universitas Washington, AS, Oktober 2012 (lihat artikel mengenai penelitian hormon testosteron di sini). Burung muda bisa cepat bunyi dan rajin bunyi.
Karena itu, TBB sama sekali tidak memiliki efek negatif sama sekali apabila diberikan kepada burung, dengan anjuran pemberian TBB dilakukan minimal pada burung bakalan berumur 2,5 bulan, tanpa ada batasan umur maksimal. Sebab burung tua yang tidak rajin bunyi bisa diterapi dengan pemberian TBB.
Selain bisa meningkatkan level kicauan. dan membuat burung rajin bunyi, efek pemberian TBB juga berimbas pada perbaikan warna bulu atau tingkat kecerahan warna bulu, serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Artinya, burung pun menjadi relatif lebih tahan terhadap penyakit (cek kembali artikelnya di sini). Untuk hasil yang efektif, berikut aturan penggunaan TestoBirdBooster :
- Bagi pengguna baru, TBB bisa diberikan selama 3 hari berturut-turut. Setelah itu stop, dan tunggu perkembangan burung.
- Setelah ada perkembangan, yang intinya berbeda dari performa semula, pemberian TBB bisa dilakukan 2 kali seminggu (misalnya tiga hari sekali).
- Dalam kondisi tertentu (karena ada juga individu burung yang secara genetis memiliki kadar testosteron rendah). dan tidak mengalami perubahan performa suara setelah pemberian 3 hari berturut-turut, maka bisa diulangi lagi pada minggu kedua (3 hari berturut-turut).
- Apabila burung benar-benar sudah gacor, pemberian TBB hanya dilakukan sekali dalam seminggu, sekadar untuk menjaga agar tetap rajin bunyi.
Mau tahu kegacoran burung yang diberi BirdVit dan TBB? Berikut ini komentar polos Om Ali Ahonk yang sama sekali tidak pernah diminta Om Kicau (bagi yang kenal beliau, silakan ditanya langsung kebenarannya):
“Mantab om…tapi kalo saya lebih cocok pake TBB and BIRDVIT Om. Itu jiga udah luar biasa, sampe tetangge di rumah bilang burungny bunyi mulu ya, walaupun malam hari. Padahal Om, dia nyindir saya kalo dia keberisikan kalo malam.. he.. he.. he.. Maklum kalo yang bunyi kacer dan jenggot, kadang-kadang ciblek ikut nimpalin. Volume-volume burung ini kan dikenal kenceng Om, apalagi jenggot nyerecetnya. Walau dikerodong pun, mereka tetap bunyi Om…. Mantap produk Om Duto / Om Kicau”.
(Om Ali Ahonk termasuk salah seorang pembaca Om Kicau, yang saban hari pasti memberi komentar. Thanks Om, sukses selalu)
—