Kalau kita bicara soal pentet jawara, khususnya di Blok Barat, tentu tak bisa lepas dari nama besar Duta Ong. Sudah 10 tahun lebih, kicaumania yang satu ini konsisten main di jalur pentet. Hingga kini tercatat ada 36 ekor pentet jawara yang memenuhi kediamannya yang asri di kawasan Villa Melati Mas, BSD Tangerang, Banten. Dalam artikel kali ini, Om Duta Ong ingin share pengalamannya mengenai kriteria pentet berkualitas.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Popularitas burung cendet atau pentet di Wilayah Barat, khususnya Jabodetabek, memang tidak sepanas Blok Tengah dan Blok Timur. Namun bukan berarti kelas ini tak punya gengsi. Justru dalam laga-laga penting di Jabodetabek, kelas pentet kerap menjadi pusat perhatian dan punya gengsi tersendiri. Bahkan dalam EB-Odjoss Bird Champion di Cibubur, 30 Juni lalu, pentet masuk kelas bergengsi dengan hadiah paling mahal.
Di antara pemain pentet di Jabodetabek, nama Duta Ong tak bisa diabaikan begitu saja. Banyak koleksi pentet jawara yang menghuni rumahnya. Misalnya Perkasam. Buser, dan Rahwana. Ketiganya sudah delapan tahun terakhir ini malang-melintang di arena lomba.
Kemudian muncul generasi berikutnya seperti Algojo, Bayi Tabung, Basoka, Eldorado, Kudeta, Barbados, Mahameru (MHR), Bigbang, Galactus, Asteroid, Babylon, dan lain sebagainya. Sebagian legenda-legenda pentet tersebut masih disimpannya bersama gaco-gaco debutan barunya.
Volume bukan segalanya
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Lantas, bagaimana kriteria pentet berkualitas menurut Om Duta Ong? Apakah hanya terpaku pada kualitas volume suara yang keras dan tembus?
Dalam perbincangan dengan omkicau.com, Om Duta Ong menerangkan, seekor pentet jawara tidak hanya terpaku pada volume yang keras. “Harus ada keluwesan saat burung membawakan irama lagu. Itu yang penting. Meski demikian, volume juga penting, sehingga saling mendukung dengan irama lagu,” jelasnya.
Ditambahkan, irama lagu juga harus didukung oleh speed yang rapat saat dibawakannya di lapangan. Selain itu, burung harus luwes dalam membawakan lagu. Perpindahan dari satu ke lagu harus licin.
Apa yang dimaksud dengan licin? Maksudnya, perpindahan dari satu lagu ke lagu lainnya terjadi secara halus, pas, dan enak didengar. Setelah itu, senjata atau tonjolannya juga keluar dengan apik.
Beberapa elemen tersebut juga harus didukung oleh durasi kerja atau performance di lapangan. “Burung duduk anteng dari awal hingga akhir saat membawakan lagu, tidak banyak loncat atau melintir. Semua kategori itu harus bisa dikombinasikan jadi satu,” kata Duta Ong.
Dengan perpaduan tersebut, tidak ada istilah ketinggalan materi lagu selama burung itu luwes dan licin saat membawakan lagunya. “Di lapangan kan sering kita dengar juga ada burung yang bawa lagunya tidak beraturan dan kurang enak didengar. Jadi, volume keras dan isian sebanyak apapun, kalau kurang luwes dan licin saat bawa lagua, ya tidak masuk hitungan buat saya,” ungkap Duta Ong.
Karakter pentet “abadi”
Pentet dengan karakter kombinasi seperti itulah yang akan “abadi” dan tidak mengenal istilah ketinggalan materi. Jadi, bisa disimpulkan, kriteria pentet berkualitas dalam versi Om Duta Ong adalah sebagai berikut :
- Cara membawakan irama lagunya luwes dan licin
- Volume suaranya cukup
- Speed rapat
- Durasi kerja bagus
- Performance baik, dalam arti burung anteng duduk saat bunyi
Soal isian atau materi lagu juga tidak perlu banyak-banyak saat dibawakan di lapangan. Yang penting, sekali lagi, cata membawakannya harus luwes dan licin, serta beberapa kriteria lain seperti disebutkan di atas.
“Kalau memang memungkinkan, idealnya burung masterannya harus banyak, agar bisa melengkapi materinya saat burung membawakan lagu di lapangan,” tandasnya. (d’one)
Ikuti pula tips lain dari Om Duta Ong
Cara membidik pentet prospek dan memiliki naluri fighter sejati.
—