Keuntungan beternak kenari YS lokal
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Meminjam istilah Om Syamsul Saputra, pemilik SKL Bird Farm, orientasi pertama yang harus diingat setiap penangkar adalah breeding itu merupakan bisnis murni. Jika hanya sekadar dijadikan hobi, lebih baik menjadi penggemar burung atau pemain saja.
Berdasarkan pengalaman sejumlah peternak kenari, keuntungan beternak YS lokal tidak lain karena harganya yang jauh melebihi kenari kecil, yang biasanya didominasi kenari lokal. Padahal, teknik beternaknya sama. Demikian pula dengan biaya pemeliharaannya.
Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
Hal ini bisa dianalogikan dengan beternak kacer dan murai batu, yang mana teknik penangkaran dan tingkat kesulitannya nyaris sama, tetapi harga produk berbeda jauh. Akibatnya, masyarakat lebih suka beternak murai batu daripada kacer.
Hanya saja, mengingat harga bahannya juga mahal, penangkaran YS lokal sebaiknya dilakukan oleh mereka yang sebelumnya pernah beternak kenari kecil. Artinya, Anda bisa beralih dari kenari kecil ke YS lokal, atau melakukan diversifikasi usaha dengan produk kenari kecil dan kenari bongsor.
Sebab kalau sebelumnya tak pernah memiliki pengalaman beternak kenari, dikhawatirkan jika terjadi kegagalan bisa mengalami kerugian cukup besar. Ya, namanya juga makhluk hidup, banyak x-factor yang menentukan keberhasilan maupun kegagalan dalam penangkaran burung.
Hal ini pula yang dilakoni Budi Harto dari Jongke, Mlati, Sleman. Setelah memiliki cukup pengalaman dari beternak kenari kecil, ia lalu banting setir menjadi peternak YS lokal, karena permintaan sangat tinggi, dan harga juga sangat menggiurkan.
“Biaya perawatannya relatif sama, tingkat keribetannya juga sama, tetapi hasilnya bisa beberapa kali lipat lebih tinggi. Memang, modal awalnya juga lebih tinggi. Tetapi kalau sudah jalan, ya.. lebih cepat kembali dan tinggal menangguk untung,” kata Budi Harto, seperti dikutip Agrobur.