Hwamei atau wambi pernah menjadi burung primadona dalam setiap lomba burung berkicau pada era 1990-an, hingga awal dekade 2000-an. Namun sejak kemunculan wabah SARS (sindrom sistem pernafasan akut) di tahun 2003, pemerintah mulai menutup keran impor burung asal China. Akibatnya, pamor hwamei menyurut drastis akibat pasokan di pasar burung kosong. Keran impor sempat dibuka, namun awal tahun ini seperti de javu. Daripada menunggu ketidakpastian kapan keran impor bakal dibuka lagi, mengapa tidak mencoba untuk menangkar hwamei?
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Meski tak selalu dijumpai di pasaran, sesekali kita masih bisa menjumpai hwamei di beberapa kios / pedagang di pasar burung, khususnya di PB Pramuka Jakarta. Sebagian merupakan burung yang dilego penggemarnya, dan biasanya berusia tua, tetapi ada juga hwamei hasil penangkaran yang disetor secara tidak kontinyu.
Sebagaimana robin dan sanma, ada beberapa sobat kicaumania yang mencoba menangkar hwamei. Hanya saja jumlahnya tidak banyak, bahkan umumnya jarang terekspose media. Karena itu, penangkaran hwamei dapat dijadikan peluang usaha bagi Anda, terutama akibat kelangkaan sumber.
MEMILIH HWAMEI BAKALAN
Beberapa tips berikut bisa diterapkan dalam pemilihan burung hwamei bakalan atau muda hutan, meskipun sekarang burung ini masih jarang di temukan di pasar-pasar burung di daerah kecuali pasar-pasar burung besar seperti Pramuka dan pasar-pasar burung besar lainnya.
Memilih burung hwamei akan lebih baik jika burung didapatkan berusia masih muda karena sifatnya belum seliar yang sudah dewasa, memilih burung hwamei yang masih berusia muda ini bisa dilihat dari ciri-ciri sebagai berikut :
- Warna bulu pada bagian dadanya yang masih kusam.
- Bulu pada kepala yang masih tipis.
- Kaki yang masih terlihat basah dan tanpa sisik.
- Memiliki sifat yang sering naik turun tenggeran atau sering didasar sangkar.
- Paruh yang masih tipis dengan warna kekuningan pada bagian dalamnya.
- Dan suara kicauan yang masih belum keras ( masih serak atau parau ).
Memelihara burung hwamei muda hutan memang lebih mudah dibanding memelihara burung hwamei yang sudah dewasa atau dewasa hutan, selain lebih mudah dibuat jinak karena burung akan cepat beradaptasi dengan lingkungan barunya juga mudah dimaster dengan suara burung lainnya yang diinginkan.
PERAWATAN HWAMEI
Dalam artikel sebelumnya (silakan cek di sini) dijelaskan, hwamei yang banyak ditemukan di pasaran terdiri atas dua jenis, yaitu hwamei asal China (Garullax canorus) dan hwamei asal Taiwan (Leucodioptron taewanum). Tetapi yang lebih banyak dipelihara kicaumania adalah hwamei asal China.
Dalam penangkaran burung, selalu terdapat aktivitas perawatan. Masalah perawatan hwamei sudah dikupas di sini. Intinya, ada beberapa tahapan agar burung cepat jinak dan rajin berbunyi. Sebab, karakter asli hwamei memang sangat liar, bahkan burung ini memiliki kemampuan bertarung secara fisik yang bagus sebagaimana ayam bangkok. Tidak heran jika di China, kontes bukan hanya soal suara, tetapi juga pertarungan hwamei dalam arti sesungguhnya.
Untuk mempercepat proses penjinakan, hwamei perlu dipelihara dalam sangkar bundar. Sangkar ini bahkan sudah digunakan sejak dulu, dan kerap disebut sebagai sangkar wambi, meski sekarang malah lebih popular dengan sebutan sangkar anis.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Hwamei termasuk burung yang lincah dan aktif. Karena itu, burung ini butuh pakan dengan energi dan protein tinggi, untuk menguatkan staminanya, serta tingkat kegacorannya.
Hwamei yang mendapat pakan seadanya kerap terlihat lemas, bahkan sering salto, atau berkali-kali menengadahkan kepalanya ke atas.
PENANGKARAN HWAMEI
Untuk menangkar hwamei, dibutuhkan beberapa persyaratan antara lain:
- Sepasang burung jantan dan burung betina.
- Kondisi kedua calon induk sehat dan tidak cacat.
- Burung jantan dalam kondisi siap kawin ( ditandai dengan sering berkicau di hadapan betina ).
- Burung betina berumur minimal 8 bulan, sudah jinak, dan siap kawin pula.
Salah satu hal yang paling menyulitkan dalam menangkar hwamei adalah mendapatkan sepasang calon induk. Sebab, burung jantan dan betina memiliki penampilan fisik yang hampir sama, baik bentuk, warna, maupun ukuran tubuhnya.
Untuk membedakan jenis kelaminnya, kita hanya bisa melakukannya dengan cara mendengarkan suaranya. Burung hwamei jantan akan berkicau dengan lagu bervariasi dan sangat lantang. Adapun burung betina hanya memiliki suara panggilan, atau membalas kicauan burung jantan dengan suara khasnya: “cier.. cier.. cier.. ” .
1. Kandang penangkaran
Untuk mengembangbiakkan hwamei, Anda bisa menggunakan kandang aviary berukuran sedang maupun besar. Yang paling penting adalah menaruh beberapa tanaman di dalamnya.
Adapun perlengkapan yang mesti disiapkan dalam kandang penangkaran hwamei antara lain :
-
Tempat sarang: bisa terbuat dari rotan atau besek. Letakkan sarang di antara tanaman yang sudah disediakan di dalam kandang.
- Bahan sarang bisa menggunakan jerami kering atau material sarang lainnya. Sebagian disimpan dalam tempat sarang, dan sebagian lagi ditebarkan di dasar kandang atau di sela-sela tanaman.
- Pakan dan minum diletakkan dalam wadah masing-masing. tetapi diusahakan posisinya agak jauh dari tempat sarang.
- Suplemen khusus untuk mendukung produktivitas indukan, serta meningkatkan fertilitas dan daya tetas telur. Anda bisa menggunakan BirdMature yang sudah dipercaya ribuan breeder burung di Indonesia.
- Bak mandi besar, yang diletakkan di dasar kandang.
2. Proses penjodohan hwamei
Jika belum berjodoh, silakan melakukan penjodohan seperti pada jenis burung lainnya. Bagi yang belum tahu, silakan buka kembali panduan menjodohkan burung di sini.
Pada awal penjodohan, Anda sudah mulai bisa menggunakan BirdMature, untuk mengkondisikan kedua induk agar cepat birahi, dan lebih cepat pula berjodoh.
Jika sudah berjodoh, burung jantan dan betina disatukan dalam kandang penangkaran. BirdMature tetap dilanjutkan, dan baru dihentikan ketika burung betina sudah mengerami telurnya.
Setelah beberapa hari bersama dalam kandang, burung jantan yang sering berkicau dengan lantang sambil menggetar-getarkan kedua sayapnya dengan cepat. Pada saat itu pula, burung betina akan membalas sahutan sang jantan dengan suara khasnya, dan sering mengikuti kemana pun burung jantan.
Kalau sudah demikian, biasanya pasangan hwamei akan terlihat saling bersolek dan saling menyuapi pakan. Beberapa waktu kemudian, burung betina mulai mengumpulkan bahan sarang yang sudah ditebar di dasar kandang, kemudian di bawa ke sarang dan merapikan tata letak sarang.
Silakan lihat tayangan video berikut ini :
3. Memantau perkembangan indukan
Mengingat karakternya yang sangat giras, dianjurkan untuk lebih sering memantau perkembangan indukan di dalam kandang. Sebab, banyak sekali kemungkinan yang terjadi, yang sebenarnya merupakan refleksi burung terhadap pola perawatan yang kita berikan.
Ada beberapa perilaku indukan hwamei yang mesti dicermati. Misalnya, induk betina membuang telurnya, tak mau mengerami telurnya, bahkan memakan telurnya sendiri.
Induk yang tidak mau mengerami telurnya, atau bahkan membuang telurnya, biasanya disebabkan oleh beberapa faktor berikut ini:
- Lokasi kandang kurang nyaman. Misalnya terlalu dekat dengan sumber kebisingan (pinggir jalan raya), banyak aktivitas manusia, dekat lokasi anak-anak kecil bermain, atau hal lain yang bersifat mengganggu bagi mereka. Jika merasa tidak nyaman, burung akan menganggap sesuatu di sekelilingnya (baik yang dilihat, didengar, atau dibauinya sebagai ancaman). Akibatnya, ia merasa tertekan (stres) dan seringkali dilampiaskan dengan cara membuang telur, atau tidak mau mengerami telurnya.
- Burung sering melihat binatang lain seperti kucing dan anjing sebagai ancaman. Dampaknya juga bisa membuatnya tertekan.
- Jika lingkungan menurut Anda sudah nyaman, tetapi induk tidak mau mengeram, coba periksa apakah banyak kutu dan tungau yang menempel pada bahan sarang. Jika itu terjadi, enyahkan kutu di dalam sarang dengan menaburkan serbuk FreshAves di bawah sarang.
- Jika kutu / tungau sudah hilang, tetapi induk betina tetap tidak mau mengeram lagi, maka Anda harus bersabar untuk menunggu peneluran berikutnya. Hal ini biasanya akibat stres yang mencekam burung. Tetapi pada praktik selanjutnya, biasakan menaruh serbuk FreshAves di bawah bahan sarang, agar tak terjadi lagi kasus serupa. Lakukan hal ini ketika induk betina sedang keluar dari sarangnya, misalnya untuk makan atau minum.
- Jika induk betina sampai memakan telurnya sendiri, berarti ia kekurangan kalsium dan fosfor. Indukan yang sudah diberi BirdMature biasanya tidak menunjukkan perilaku seperti ini.
Induk betina hwamei akan bertelur sebanyak 2 – 4 butir, yang dieraminya selama 14 – 15 hari. Telur ini bisa dierami sendiri oleh induk betina, tetapi bisa juga ditetaskan melalui mesin tetas / inkubator.
Pada kasus normal, lebih baik telur dierami langsung oleh induknya. Tetapi jika Anda berkali-kali menjumpai telur yang dibuang atau bahkan dimakan sendiri oleh induknya, meski sebelumnya burung sudah mendapat suplemen mineral, maka penetasan melalui mesin tetas bisa dijadikan solusi.
Setelah telur menetas, induk betina akan merawat dan meloloh anak-anaknya. Pada tahap ini, pemberian pakan hidup seperti serangga harus lebih ditingkatkan. Jika semula hanya diberi 5 ekor jangkrik pada pagi dan sore, maka induk yang bawa anak bisa diberi 15-20 jangkrik yang diberikan pada pagi dan sore hari. Bisa juga ditambah ulat hongkong dan belalang hijau. Setelah 1 minggu, anakan hwamei mulai keluar dari sarangnya.
Hwamei trotolan bisa dipisahkan dari induknya, sehingga perawatan diteruskan penangkar atau perawat yang ditunjuknya. Dengan cara inilah, hwamei akan menjadi lebih jinak, lebih mudah dilatih, dan memiliki mental yang sangat baik.
—